Chereads / A Journey of normal person to be the highest / Chapter 3 - #chapter 03 -kemungkinan dari kultivasi

Chapter 3 - #chapter 03 -kemungkinan dari kultivasi

Hazam bangkit dari tempat tidurnya, lalu melihat jam dinding yang menunjukkan angka 5, dia bergegas mencuci wajahnya.

"senior ...!

"senior .....!

"Oh, kamu sudah bangun!

"Baiklah, mari kita lanjutkan pembicaraan kita tadi malam."

"Selain teknik budidaya, seorang kultivator juga membutuhkan teknik bela diri dan teknik gerakan.

dan tidak semua teknik beladiri dapat dipelajari oleh seorang kultivator karena mereka memerlukan tingkat kultivasi tertentu, misalnya seseorang yang hanya memiliki budidaya ki kondensasi tidak dapat menggunakan teknik bela diri di tingkat penciptaan dasar, dan seterusnya, mereka harus pada level yang sama. Karena teknik beladiri semuanya mengharuskan seseorang mengumpulkan sejumlah besar ki untuk menjadi cara menyerang atau bertahan seorang pembudidaya."

"berbeda dengan teknik gerakan yang tidak memiliki kondisi ini, karena energi yang digunakan tergantung pada seberapa cepat seorang pembudidaya itu ingin bergerak, tetapi ada juga teknik gerakan yang memiliki kondisi tertentu, itu bisa disebut teknik terlarang, tidak banyak yang menggunakannya. apakah kamu mengerti?"

"ya."

"baiklah, jika Anda sudah mengerti, pilih dua teknik beladiri yang sesuai untuk kamu, satu teknik senjata dan teknik tinju, dan untuk teknik gerakan, pilih teknik gerakan yang saya gunakan dulu, karena itu teknik gerakan terbaik yang saya miliki, dan biarkan aku yang memilih teknik terlarang Anda."

"bagaimana aku akan memilih teknik itu? Sedangkan aku hanya mampu mencerna sebagian kecil dari memori peninggalan mu."

"oh ya, aku hampir lupa! Pilihlah teknik beladiri saja, sedangkan teknik gerakan, aku akan membacakan untuk kamu ingat."

"senior! Bagaimana cara supaya aku bisa mencerna semua memori peninggalan mu lebih cepat?"

"tak usah dipikirkan, karena kamu sekarang sudah resmi menjadi pembudidaya, jadi lebih mudah bagimu untuk mencernanya. Tapi masih sedikit menyakitkan juga."

"sekarang pilihlah teknik kamu!"

Hazam mulai memilah-milah teknik yang pas untuknya. Setelah beberapa saat, dia memutuskan teknik yang cocok untuk dirinya.

"Apakah kamu sudah memilih?"

"Yap! "

"biarkan aku melihat apa pilihanmu."

Hazam membiarkannya melihat teknik yang telah dipilihnya, bayangan asap itu cukup puas dengan pilihan pertama Hazam tentang tekniknya.

"pilihan yang bagus"

"Senior terlalu memujiku, aku hanya suka nama teknik tinju ini, jadi aku memilihnya. Dan teknik Pedang, tidak tau mengapa. Tapi saya bisa merasakan kompatibilitas dengan teknik itu."

"Baik, sekarang pelajari tekniknya. "

kemudian Hazam memejamkan mata dan mulai mencoba memahami tekniknya. Teknik yang dipilih Hazam bernama, form destruction fist, Teknik form destruction fist memiliki tiga level, yang pertama adalah penghancuran daging, yang kedua adalah penghancuran tulang, dan yang ketiga adalah penghancuran jiwa. Beberapa saat kemudian, Hazam mulai menunjukkan bentuk pertama teknik itu dengan sangat canggung, tapi seiring berjalannya waktu Hazam mulai terbiasa dengan bentuk pertama, sebelum dia berhenti berusaha memahami itu.

"Berapa banyak bentuk yang sudah kamu kuasai?

"hanya bentuk pertama,"

Hazam menjawab dengan tidak puas.

"Apa? bentuk pertama? "

"ya, saya tidak mengerti bentuk kedua! jadi saya tidak melanjutkan lagi "

'Benar-benar manusia aneh'

gumam lelaki tua itu, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun, di dunia tanpa batas, bahkan para genius yang tak ada bandingannya membutuhkan satu hari penuh untuk dengan benar menguasai bentuk pertama dari teknik form destruction fist, tetapi Hazam hanya membutuhkan satu jam. apa lagi kalau bukan monster yang aneh!

"Cobalah untuk menguji apa yang benar-benar kamu kuasai."

" Baik."

kemudian Hazam keluar dari kamarnya melalui pintu belakang ke halaman yang lebih luas dan mulai menunjukkan teknik itu.

hach. . . hach. . hach

baaaam. . . .

Suara tabrakan terdengar saat Hazam memukul pohon besar yang ada di halaman itu, pada pohon itu bisa terlihat cap tinju Hazam.

Melihat ini, Dia cukup puas dengan hasil pelatihannya.

"Anak baik!"

"Sekarang ingatlah apa yang akan kubacakan sekarang dan hafal hal itu dengan baik sebelum kamu mulai mempelajarinya."

Hazam menyimak dengan serius apa yang dibacakan oleh hantu tua itu tentang teknik gerakan. beberapa saat kemudian, Hazam mulai mampu mengingatnya. Tapi dia terkejut dengan betapa cepatnya dia mampu mengingat semua itu hanya dalam sekejap. Hazam tau bagaimana kemampuan ingatannya, dia bisa dikatakan lumayan pintar, buktinya dia bisa menjadi salah satu siswa di sekolah elit meskipun bukan dari kalangan kelas atas. Tapi dengan kemampuan sebelumnya, tidak mungkin dia mampu mengingat itu begitu cepat, tapi inilah kenyataan yang terjadi. Dia bingung dengan yang terjadi, sebelum teringat kalau dia sekarang adalah seorang pembudidaya.

'mungkin karena itu?'

"Bagaimana? apakah Anda berhasil?"

"Ya, aku baru saja mengingat semuanya.

"bagus, sekarang mulailah mempelajarinya."

kata lelaki tua itu dengan tenang.

Setelah beberapa saat berlalu, Hazam mulai bergerak sesuai dengan apa yang dipelajarinya dengan secara tidak sadar, dia bahkan sedikit melayang ketika gerakan itu berlangsung.

Lama waktu berlalu sebelum Hazam membuka matanya.

"bagaimana? Apakah kamu berhasil?"

"tidak, aku hanya menyentuh dasarnya saja."

"Baiklah, aku mau mandi dulu, Senior!

Saya harus bersiap-siap ke sekolah."

Hazam memutuskan tidak melanjutkan lagi latihannya.

#zyn abida #

Di halte bus, Hazam dan saudara perempuannya menunggu bus.

Setelah sebuah bus penuh penumpang tiba, Hazam bergegas duduk di sudut bus dengan adiknya.

Dia sedang memikirkan dan mempelajari teknik-teknik yang dia dapatkan sebelumnya dengan mata tertutup saat bus melanjutkan perjalanannya. Namun saat dia sibuk merenung, tiba-tiba dia merasakan ada orang berdiri di depannya, dia membuka matanya dan melihat lelaki tua berdiri di sana karena tidak mendapatkan tempat duduk. Hazam ingat kakeknya sendiri saat melihat lelaki tua itu, dia menghela nafas karena memikirkan bagaimana kegiatan sehari-hari kakeknya yang bekerja untuk kebutuhan keluarga.

"Silakan duduk di sini, kakek."

sang kakek terkejut sesaat sebelum menjawab.

"Oh, tidak apa-apa, anak muda! Kakek masih kuat berdiri kok."

"Duduk saja, kakek, kakakku bisa berdiri! dia bisa duduk di tempat saya. Sekolah saya sudah dekat, lima menit lagi."

kata saudara perempuan Hazam.

"Baiklah kalau begitu."

Setelah beberapa saat, bus berhenti di depan sekolah perempuan, tempat Putri bersekolah.

"aku duluan ya kak!"

"ya, belajar yang giat!"

. . . . .

setengah jam kemudian bus berhenti lagi di halte kota.

"Aku akan pergi dulu, kakek!"

"Ya, terima kasih, anak muda."

kakek itu menjawab.

"oh ya, tunggu dulu anak muda."

Setelah itu, sang kakek mencari-cari di kantong celananya, sebelum mengambil sesuatu.

"aku tidak tau apa isinya, karena tidak bisa di buka, tapi keluarga orang tua ini telah menyimpan itu dari generasi ke generasi.

Ambillah! Itu milikmu sekarang."

Hazam melihat kotak hitam berukuran kecil di tangan orang tua itu, dia tidak mau menerima itu, karena dia memang tidak mencari imbalan.

"tidak usah kakek, aku tidak bisa menerima milikmu. Dan juga aku tidak pantas menerima itu cuma karena bantuan kecil."

"terima saja."

Kakek itu terus memaksa dia, Hazam kemudian memutuskan menerima itu.

"baiklah, aku akan menyimpan itu. Kalau kakek membutuhkan itu kapan-kapan, kakek bisa mencariku di sekolah, disana!"

Hazam menjawab seraya menunjukkan tangan ke arah sekolahnya.

"oke,kalau begitu."

. . . . . . . .

Hazam berjalan menyusuri lorong gang arah ke sekolahnya dengan lambat karena harus menghabiskan rokoknya dulu, dia tidak bisa buru-buru untuk masuk pekarangan sekolah.

Setelah beberapa saat, dia bisa melihat gerbang sekolah, tapi tiba-tiba dia mendengar suara orang yang meminta bantuan, Hazam mencari dari mana arah suara itu, kemudian dia berjalan mendekat.

Hazam melihat seorang ibu muda dan tiga penjahat yang mengelilingi ibu itu. Merasakan ada seseorang yang mendekat, salah satu preman berkata.

"Pergilah, Nak, jika kamu tidak ingin terluka. Ini bukan tempatmu."

kata salah satu preman.

"Larilah, Nak, jangan lupa menelepon polisi."

Potong wanita itu.

Mendengar kata-kata wanita itu, para preman menjadi sadar, mereka berpikir 'kalau kita membiarkan pemuda ini lari, dia pasti akan memanggil polisi.'

"Darah tua! Kamu jaga anak itu."

Mendengar pembicaraan para preman, ibu menjadi pucat karena ketakutan dan dia menyesal karena perintahnya, penjahat ini malah menargetkan pemuda itu juga.

Di sisi jalan, murid-murid lain bersama dengan orang-orang yang lewat di jalan, mereka cuma menatap dengan kasihan dan ketidakpedulian tanpa niat untuk membantu.

"Kamu sangat disayangkan, Nak, jangan bertindak seperti pahlawan di lain waktu."

Hazam tidak mendengar ocehan orang-orang ini, dia malah mendengar arahan hantu tua di benaknya. dia telah meminta petunjuknya sebelum bertindak, hantu tua juga telah membiarkan dia bertindak.

"Jangan gunakan seni bela dirimu, dan jangan gunakan lebih dari 30% dari kekuatanmu, jika kamu tidak ingin mereka mati."

Melihat Hazam mengabaikan dia, Old blood sangat marah, dia mengeluarkan pisaunya dan bergegas menuju Hazam.

Orang-orang di pinggir jalan hanya bisa menghela nafas dan menyesali kemalangan Hazam tanpa berani membantu, siswa yang lewat juga hanya sibuk merekam tidak ada yang bermaksud melapor ke sekolah atau pada yang lain.

ketika pisau penjahat itu kurang dari beberapa sentimeter dari Hazam. Tiba-tiba terdengar suara

"retak"

diikuti oleh teriakan keras.

"Ah ah ...

tangan saya "

Kutukan dan teriakan terdengar di sana seperti suara hantu yang menjerit. orang-orang terpana melihat ini, tidak tahu bagaimana Hazam memecahkan tangan preman tanpa ada yang memperhatikan.

para penjahat lainnya juga terkejut melihat ini.

Tapi Salah satu penjahat matanya menyusut karena melihat kecepatan Hazam, 'kecepatan bos saja tidak mencapai tingkat itu'.

dia tahu mereka sedang sial karena telah bertemu seorang ahli.

Wanita paruh baya itu juga bingung melihat ini. bukan hanya mereka yang terkejut dan bingung, Hazam sendiri terpana oleh kekuatannya sendiri, meskipun dia tahu bahwa seorang kultivator sangat kuat 'jadi ini kekuatan seorang kultivator' Hazam bergumam linglung.

"Maafkan kelancangan kami, tuan muda! Kami tidak tahu ini wilayah Anda."

kata salah satu preman.

"oh ?"

Hazam terbangun dari linglung karena suara serak preman, dia juga terkejut dengan perubahan tiba-tiba dalam sikap salah satu preman.

"Kenapa ? tidakkah Anda menyuruhnya untuk merawat saya?"

Hazam tahu dia tidak bisa memukul preman ini lagi karena sudah menyerah, jadi dia mengejeknya saja.

"Tidak tidak"

"Tuan muda! Ini cuma salah paham "

"saudara, apa yang kamu lakukan dia hanya siswa sekolah menengah, mengapa Anda menjadi takut seperti itu? "

kata penjahat lainnya.

Slap .....

suara tamparan terdengar, preman itu bingung mengapa temannya menampar dirinya.

"Diam, sekali lagi tolong maafkan kesalahan kami tuan muda!"

"Baiklah, kamu cukup pintar ya ? tahu kapan harus menundukkan kepala. Karena kamu sudah minta maaf maka lupakan saja,

tetapi biarkan dia datang ke sini sehingga dia tidak berpikir Anda memperlakukannya dengan tidak adil. "

Preman itu hanya bisa mengutuk di dalam hatinya,

'bukankah dia cuma mencari alasan untuk mendaratkan tinjunya lagi?'

"Old flame maju!"

"baik."

Kata preman yang dipanggil Api tua,dia tidak sabar untuk membalas penghinaan dari dia dan temannya Darah tua.

Dia mengeluarkan pisau besar dan bergegas maju mencoba mengayunkannya pada Hazam, tapi juga hasilnya sama.

"crak crak

ah ... . Ah. .."

Setelah itu, Hazam memandangi preman yang masih berdiri dan berkata sambil tersenyum kecil.

"Bawa anak buahmu pergi dari sini, dan jangan main-main di sini lagi."

"ya ya ya tuan muda"

"Baiklah, selamat tinggal!"

Hazam berbalik dan hendak pergi.

"Tunggu!"

suara korban perempuan itu memanggil,

"Apa yang salah?"

tanya Hazam

"Terima kasih sudah membantu saya!"

"bukan apa-apa, aku kebetulan lewat"

jawab hazam.

"Anggap ini sebagai tanda terima kasihku,"

Hazam melihat lima lembaran merah yang dikeluarkan wanita itu.

"Tidak usah, aku tidak mengharapkan imbalan apa pun.

Kalau begitu selamat tinggal"

Hazam kemudian berbalik dan pergi.

"siapa namamu,nak?"

tanya ibu itu lagi.

"Hazam!"