Chereads / Tersesat di bumi lapisan ketiga. / Chapter 5 - Bab.5. Pembai'atan

Chapter 5 - Bab.5. Pembai'atan

Malam itu, sehabis shalat Isya, para santri senior yang sudah mengaji kitab tinggi duduk berkumpul untuk berzikir tareqat didalam mesjid dayah di pimpin oleh Abba atau Syeh Maulana. Tengku Razak dan Saidul duduk disisi kirinya dan Andika disisi kanan Abba. Suasana begitu tenang dan khidmat. Andika duduk dengan hati sedikit gelisah membayangkan bagaimana acara akan berlangsung.

Sebelum memulai Dzikir, Syeh Maulana meminta Andika untuk ikut sebisanya dalam berdzikir yang isinya nanti adalah bacaan ayat-ayat dan mengagungkan nama Allah. Andika mengangguk mengerti dan merasa sedikit kikuk karena semua mata tertuju kearahnya.

Sebagai orang baru, ia cukup diperlakukan dengan baik disini, para santri yang lain menyapanya dengan sopan dan ramah, tidak ada kesan sombong pada diri mereka. Disini seakan-akan semua bersaudara. Mereka menolong tanpa berpikir dua kali. Diliriknya Saidul yang tersenyum padanya, anak ini sangat baik dan santun, setidaknya senyum Saidul membuat perasaan kikuknya agak sedikit mencair. Maka mulailah dzikir tarekat yang dipimpin langsung oleh Syeh Maulana. Suasana dalam ruangan mesjid itu terasa sakral dan khidmat. Lantunan kalam Ilahi diucapkan serentak bersama-sama dengan irama yang indah dan konstan membuat hati seakan-akan menuju alam rohani yang begitu nyaman dan tenang. Perasaan bahagia mengalir perlahan- lahan keseluruh tubuh, membuat Andika terhanyut dalam ketenangan batin yang luar biasa.

Andika sedikit-sedikit masih bisa mengikuti lantunan dzikir yang diucapkan para santri walaupun lidahnya agak sedikit kaku. Mengingat sudah begitu lama ia lupa dan lalai dari kewajibannya sebagai seorang hamba Tuhan yang taat. Ia lupa shalat, jarang sekali berdoa apalagi bedzikir, ia sibuk dengan amarahnya dan kelakuan buruknya. Lantunan dzikir ini seakan-akan mengingatkan pada dirinya betapa kasih sayang Allah pada hambanya sangat besar, hatinya saat ini terasa seperti dipeluk oleh sebuah kehangatan yang penuh dengan cinta dan pengampunan. Tanpa terasa air matanya menetes mengalir tak terbendung. Andika tidak menyangka tiba-tiba saja ia merasa Allah telah begitu menyayanginya. Segala keburukan dan kelalaian yang ia lakukan selama ini bukanlah perintah Allah, tapi masih dibalas Allah dengan kenyamanan hidup, kecukupan materi, pendidikan dan yang pasti ia masih hidup sehat bernafas diatas bumi Allah dengan kesombongannya. Dalam lantunan dzikir ini, kegelapan hatinya bertukar dengan cahaya yang indah membuatnya merasa malu mengingat semua yang telah dilakukannya pada sang ayah dan keluarganya. Tiba - tiba ia sadar betapa buruk tingkah lakunya selama ini. Air matanya tak terbendung, ia masih terisak dan lupa sedang berada dalam majlis dzikir, Andika tersentak ketika lantunan dzikir telah berhenti. Sungguh suatu perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Keheningan ini menyentak Andika. Ternyata samadiah telah selesai. Para santri lain, satu persatu undur diri. Mereka menyalami Sang Guru dan yang lain termasuk Andika. Andika menundukkan kepalanya dalam-dalam, merasa malu karena air matanya. Setelah semua santri meninggalkan mesjid, yang tinggal didalam mesjid hanya mereka berempat. Syeh Maulana, Tengku Razak, Saidul dan Andika. Andika sudah dapat menguasai dirinya setelah beberapa saat tadi hanyut dalam kesedihan penyesalan.

Lalu Syeh Maulana memberi isyarat dengan lambaian tangannya agar Andika mendekat dan duduk didepannya. Disitu juga sudah terhidang satu set perlengkapan pesijuk dan pulut kuning. Ternyata Saidul telah mempersiapkan perlengkapan pembaiatan Andika. Syeh Maulana meminta kain putih yang dibawa Andika tadi. Dengan lembut ia berkata.

"Rasulullah menyuruh kita melembutkan hati dengan banyak menangis dihadapan Allah. Tangisan nak Andika barusan menunjukkan adanya bagian dari hati yang menghamba kepada Allah. Allah telah menunjukkan jalan kebaikan bagimu, jadi berjalanlah dengan yakin, walau nanti akan banyak rintangannya. Tahanlah terhadap kesulitan yang datang. Dan jangan pernah malu jika engkau menangis kepada Tuhanmu.

Kemudian Syeh Maulana memasangkan ujung kain putih di pundak Andika dan ujung yang lainnya berada dalam genggamannya. Ia mulai membacakan selawat kepada Nabi dan memanjatkan doa sambil menepung tawari Andika dengan percikan air bunga dan suapan kecil pulut kuning.

Barulah pengijazahan tarekat dilakukan. Andika diminta menggenggam ujung kain dengan kedua tangannya sementara Syeh Maulana di ujung yang lain. Saidul membantu Andika bagaimana cara memegang kain putih untuk pembaiatan.

Maka mulailah pembaiatan Andika di mulai dengan ucapan Bismilah. Disusul dengan pengijazahan tareqat dari Syeh Maulana kepada Andika. Hampir mirip dengan pengambilan sumpah pada acara seremonial.

Hanya bedanya, selama pembai'atan berlangsung Andika merasakan seperti ada aliran listrik yang mengalir dari kain putih itu menjalar masuk ke telapak tangannya terus ke lengannya dan urat-urat sarafnya. Ia seperti diselimuti oleh sesuatu yang kuat dan lembut. Suatu perasaan yang tidak terlukiskan. Ia merasa sangat takjub.

Pada akhir sesi Syeh Maulana bertanya apakah ia menerima ijazah itu? lalu Andika pun menjawab," saya terima." Maka selesailah acara pembai'atan Andika pada malam itu. Selanjutnya Syeh Maulana menunjuk Tengku Razak untuk melanjutkan mengajarkan tata cara pengamalan tarekat dengan memberikan sebuah buku tuntunan tareqat. Lalu ia meninggalkan mereka untuk melanjutkan ibadahnya lagi.

Malam itu Andika belajar bagaimana cara mengamalkan tarekat dari Tengku Razak dibantu juga oleh Saidul. Tengku Razak menyarankan Andika untuk memulai melatih amalannya keesokan hari yaitu hari Jumat. Setiap selesai shalat fardhu ia harus membaca surat Al Ikhlas sebanyak seratus kali dengan dimulai dari istigfar, dan ditutup dengan doa. Apabila ia merasa telah siap lahir batin, ia dipersilahkan untuk bersuluk atau menjalani khalut. Saidullah yang akan menjadi khadamnya nanti, yaitu orang yang menjaga dan membantunya mengurus segala keperluannya selama khalut, antara lain menyiapkan makanan, mengantar shalat kemesjid atau bahkan mengantarnya ke kamar mandi sekalipun dimalam hari. Ia akan didampingi Saidul apabila di luar bilik karena selama dalam masa itu dia tidak boleh berbicara. Jika ada yang ingin disampaikan ia dapat menuliskannya pada secarik kertas, didalam bilik khalut atau suluk, Andika harus sendiri saja selama masa melaksanakan peribadatan.

Selesai belajar dengan Tengku Razak, Andika dan Saidul kebali ke kamar. Malam ini merupakan pengalaman yang sangat mengejutkan baginya. Saidul dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan Andika yang benar-benar buta akan tareqat.

Dikamar, sambil berbaring, Andika bertanya lagi pada Saidul.

"Dul, sebenarnya tareqat itu apa sih. Aku masih bingung dengan istilah ini."

Saidul nampak berpikir sejenak, lalu ia menjawab," hmmm...tareqat itu cara, atau bahasa kerennya metodalah, jalan juga bisa." Saidul lalu terdiam beberapa saat, seperti berpikir bagaimana menjelaskan secara sederhana.

"Jadi begini bang. Rasulullah itukan sangat banyak ibadahnya kepada Allah. Cara berzikir Rasulullah ada banyak pula macamnya yang di lihat oleh para sahabat pula. Tapi para sahabat tidak mampu mengikuti semua ibadah Rasulullah itu sekaligus. Jadi mereka mengikuti apa yang mereka lihat masing-masing dan yang sanggup mempraktekkannya, lalu sahabat yang lain pun begitu, jadi masing masing sahabat mempraktekkan cara ibadah nabi seperti yang nampak oleh mereka. Jadi terdapat beberapa cara pengamalan doa dan dzikir yang intinya semua tetap bersuber dari satu orang yaitu Rasulullah sendiri. Rasulullah mendapatkan cara itu dari Malaikat Jibril 'Alaihissalam yang tentunya Jibril mendapat perintah itu dari Allah Ta'la. Nah, para sahabat ini berguru yang tentunya guru pertama mereka adalah Rasulullah sendiri. Lalu para sahabat menurunkan ilmu amalan ini pada keturunan mereka serta murid-muridnya, demikian seterusnya dari murid terus kemuridnya lagi sampai kepada para Ulama yang kita kenal seperti Syeh Abdul Qadir Al Jilani, terus kepada Ulama ulama dari tiap-tiap masa sampai kepada guru-guru kita dan sampai kepada kita. Jadi amalan tareqat ini harus diijasahkan langsung seperti tadi agar dapat terus bersambung ikatan kepada Rasulullah. Nanti di akhirat, pada tali ikatan ijasah inilah kita akan bergantung guna mendapatkan Syafaat Rasulullah yang menjadi cita-cita sebenarnya bagi seorang muslim.

Jadi sederhananya tareqat ini merupakan salah satu cara atau jalan agar kita nanti dapat bertemu dan bersama-sama dengan Rasulullah dihari perhitungan amal yang tentunya syafaat Beliaulah yang kita harapkan."

"Kalau tidak berjumpa bagaimana?" tanya Andika lagi.

" Nah...itulah masalahnya, syafaat Rasulullah adalah pertolongan Nabi supaya kita nggak dilempar ke neraka. Walaupun setitiiik saja dosa kita....nanti, tetap dilempar kita ke dalam neraka tu baaang. Tapi kalau kita bisa berjumpa Nabi dialam akhirat yang maha luas itu, maka selamatlah kita. Rasulullah tidak akan berhenti bersujud kepada Allah untuk mendapatkan ampunan bagi kita. Dan permohonan ini sudah dijanjikan Allah kepada Rasulullah untuk disana nanti. Itulah gunanya Syafa'at Nabi ini bang.

Jadi bayangkan saja, sesudah dihitung amal baik dan buruk kita, ada dosa yang harus kita pertanggung jawabkan, misalkan dosa pada ibu bapak. Walaupun cuma bilang ..ah! ..saja, berdosalah kita, belum lagi dosa yang lain, dari pandangan, iri hati, tipu-tipu macam lah pokoknya. Memangnya kita yakin nggak ada dosa?. Apabila ndak sempat kita perbaiki semua dosa itu didunia, ya masuklah kita kedalam naraka tu bang."

Andika tercenung mendengar penjelasan panjang lebar Saidul. Ternyata anak ini nggak bego, Andika jadi merasa bodoh jika dibanding Saidul yang terlihat lugu itu.

"Emang bisa memperbaiki dosa yang udah kita buat?" sahut Andika teringat dosanya pada sang ayah.

"Ya...pastilah bang. Dengan Taubat. Allah itu maha penyayang kepada hambanya, apalagi hamba nya itu bertobat memohon ampun atas dosa-dosanya, pasti diampunkan, hanya saja untuk dosa yang kita lakukan kepada sesama manusia, kita harus selesaikan dulu dengan mereka, seperti minta maaf, lalu kita bertobat kepada Allah dan tidak melakukan perbuatan dosa itu lagi, Insya Allah pasti diterima taubatnya, kata Saidul.

" Yakin lo diterima? Biarpun udah,bejat banget, membunuh, judi, minum?" cecar Andika penasaran.

"Yakinlah bang.... makanya Allah mengutus para Rasul sebagai utusanNya dan Al Quran sebagai petunjuk jalan dan pedoman hidup. Allah yang menjamin orang yang bertobat dan tetap dalam tobatnya sampai akhir hayatnya."

Andika diam dan merenungi kata-kata Saidul barusan. Sekilas ia teringat pada Rudi, yang sering juga menasehatinya agar berbuat baik pada ayah ibunya. Membuang kemarahannya dan sekali-kali mengajaknya ikut pengajian di mushola kampus. Tapi Andika selalu menolak. Dia lebih memilih duduk merokok di kantin wak Sarman sambil browsing internet nyari bintang favoritnya Alan Walker. ----++++