Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 33 - Pengagum Baru

Chapter 33 - Pengagum Baru

Asri malah cengengesan. "Jasmine itu sangat luar biasa. Tidak ada yang tidak kenal dirinya di sekolah ini. Bahkan semua guru juga tahu. He..he..he." Kata Asri. Asri adalah tipe siswa yang populer karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan yang lain. Ia salah seorang pengurus majalah sekolah. Ia juga seorang penulis remaja yang karyanya sudah diterbitkan. Ayahnya seorang pengusaha entertainment yang memiliki sebuah saluran TV swasta di Indonesia. Cantik dan berprestasi membuat Ia sangat terkenal sampai ke sekolah lain.

Guru-guru dan Siswa sangat menyukai Asri, Ia banyak membawa piala ke sekolah dan Ayahnya banyak memberikan sumbangan ke sekolah.

"Sudah sana Asri. Jangan ganggu dulu. Nanti kalau sudah, baru Ibu panggil."

"Aasiiaap Bu.." Kata Asri lucu. Rendi tersenyum manis, Asri dan Bu Wati langsung memegang dada mereka masing-masing. Senyum yang begitu manis membuat jantung berdebar dan berdetak lebih kencang.

Ibu Wati berjalan masuk ke ruang guru diikuti oleh Rendi. Begitu Rendi masuk ke ruang guru maka semua kepala jadi tegak. Semua mata menatap Rendi walaupun kemudian beberapa kepala memalingkan kembali wajahnya tapi mulut mereka tidak tahan untuk tidak berbisik-bisik. Sedangkan Bu Tiara tampak asyik memeriksa ulangan para siswa. Keningnya berkerut-kerut melihat nilai para siswanya yang tidak jauh dari nilai Do,Re,Mi.

Ia samasekali tidak menyadari bahwa ada wali siswa yang mencarinya. Jadi ketika Bu Wati berdiri tegak disampingnya Ia masih asyik memeriksa ulangan. "Bu Tiara ini ada Kakaknya Jasmine.."

Wajah Ibu Tiara tengadah dan langsung menatap Rendi yang sedang menatapnya. Wajah teramat putih, mata sedikit sipit dinaungi alis mata yang lebat, matanya berhiaskan bulu mata yang panjang, hidung mancung dan bibir merah bagai buah delima. Rambut hitam bagai arang tercukur rapih memperlihatkan lehernya yang lebih putih dari wajah Rendi.

Kemeja lengan panjang dan celana kain yang begitu rapih. Tenggorokan Ibu Tiara mendadak kering membuat Ia sedikit berdehem takjub. Ia bukanlah penggemar film Korea, Ia tidak kenal dengan Cha Eun Woo tapi menatap wajah pria dihadapannya sebagai wanita normal Ia merasakan darahnya mendadak beku.

"Eheum..." Bu Wati berdehem melihat temannya malah bengong.

"Oh eh iya..Ayo kita ke ruang BK saja, agar kita bisa leluasa berbicara. " Kata Bu Tiara sambil berdiri dengan muka sedikit merah. Rendi menganggukan kepalanya dengan ramah. Lalu kembali berjalan mengikuti dua guru wanita yang ada didepannya.

Mereka berjalan keluar dari ruang guru menyusuri koridor antar ruang menuju ruang BK. Rendi sedikit menundukkan kepalanya. Ia tidak terlalu peduli melihat semua mata menatapnya bagai melihat orang asing. Wajahnya terlalu Korea untuk orang Indonesia. Ia terlihat asing dinegaranya sendiri. Ia tidak mengerti mengapa gen ibunya menempel lebih kuat dari ayahnya. Apakah karena Ibunya lebih mencintai ayahnya daripada ayahnya mencintai ibunya. Ia tidak mengerti. Yang pasti Ia merasa bahwa wajahnya malah membuat Ia sering serba salah.

Ia bukanlah artis yang perlu banyak fans. Ia juga tidak butuh banyak ketampanan untuk membangun kerajaan bisnisnya. Bahkan Ia harus bekerja berkali-kali lipat dari orang lain hanya untuk meyakinkan orang-orang disekelilingnya bahwa Ia bukan pria manis yang suka bersolek. Bukan pria metroseksual yang hobinya pergi ke salon. Ia bahkan berulang kali harus menolak para agen iklan atau agen para pencari bakat yang berebut ingin menjadikan Ia lahan untuk mendatangkan uang.

Rendi hanya menanggapi dengan dingin, Ia bukan berangkat dari keluarga yang kekurangan uang. Lagipula Ia tidak suka bekerja hanya bermodalkan tampang dan bukan otaknya.

Ketika sampai diruangan bercat warna pink. Mereka masuk lalu Rendi duduk di sebuah sofa. Ruangan BK terlihat sangat nyaman. Dulu Rendi juga termasuk siswa yang cukup sering dipanggil ke BK. Ia biasanya jadi korban bullying atau jadi saksi karena perkelahian antar teman wanitanya yang saling memperebutkan dia. Ketika lulus SMA, Rendi sangat berbahagia karena Ia tidak akan menginjakan kakinya lagi di BK siapa sangka Ia sekarang malah kembali ke ruang BK.

Rendi duduk dengan tenang lalu Ibu Tiara mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan Saya Tiara Guru Walikelasnya Jasmine. Dan bapak ini Kakaknya Jasmine? Benarkah?" Ibu Tiara menatap sedikit tajam terlihat sangat menyangsikan kebenaran bahwa Rendi adalah kakaknya Jasmine.

Rendi langsung tahu kalau Ibu Tiara sedang menyangsikan dirinya.

"Sebenarnya Saya bukanlah Kakak Kandungnya. Saya adalah Kakaknya Serena."

"Kakak Serena???" Ibu Tiara kembali menatap wajah Rendi. Serena bukanlah gadis yang pernah terlibat kasus kenakalan. Ia seorang bintang kelas. Ia juga tidak pernah melihat Rendi sebelumnya. Terakhir saat mengambil rapot yang datang adalah Ibunya. Rendi juga tidak memiliki kemiripan dengan Serena.

Rendi menelan ludahnya,dalam hatinya Ia mengomel-ngomel pada Serena dan Jasmine yang sudah menyudutkannya ke dalam situasi ini. Ia jadi geram pada Jasmine. Lihat saja nanti Ia akan menghajar Jasmine dengan tangannya sendiri biar kapok.

"Saya Kakak Serena satu ayah. Ibu kami berbeda. Kakek Jasmine Bapak Haji Anwar. ada urusan di luar negeri, biasanya Jasmine dititipkan pada Jay Kakak sepupu Jasmine. Anaknya keponakan Kakek Jasmine. Tetapi Jay sekarang ini sedang di Singapura jadi Jasmine dititipkan di keluarga Kami.

Saya yakin Ibu Tiara menyimpan no telepon Kakek Jasmine. Silahkan telpon dan Saya akan menunggunya."