Chereads / Pernikahan Paksa / Chapter 19 - Kaget

Chapter 19 - Kaget

Ketika malam semakin larut. Rendi dan saudara-saudaranya masih pada begadang sambil main kartu. Suara tawa mereka terdengar kemana-mana. Rendi berulangkali kebagian ngocok kartu karena Ia kalah terus menerus. Yang lain mempertawakan tak henti-hentinya.

"Kau kalah karena tidak konsentrasi" Kata Zay sepupunya Jasmine.

"Dia kalah terus karena pikirannya terus menerus ke Sepupumu, Zay" Kata Sandri sambil ketawa-ketawa.

Rendi wajahnya sudah penuh dengan bedak dingin. yang dicoretkan ke wajah oleh pemain yang menang. Ia cuma senyum-senyum saja.

"Kau ini ga dimana ga dimana selalu jadi pecundang." Kata Fatih sambil menghembuskan asap rokoknya. Rendi sekarang cengar-cengir sambil meraup kartu yang bertebaran dan kembali mengocok kartu.

"Kenapa Kau selalu senyum-senyum terus?" Kata Sandri sambil minum kopi yang tinggal setengahnya.

"Aku???" Kata Rendi sambil menunjuk ke hidungnya.

"Kau ini laki-laki tapi entahlah apa karena Kau sangat tampan atau bagaimana, Bagiku Kau malah terlihat sangat cantik" Kata Sandri sambil menatap adik sepupunya.

"Kau mendapatkan Jasmine Kami yang paling cantik. Kau tahu lah bagaimana sikapnya. Ia bagaikan kucing liar. Apa kau sanggup menghadapinya?" Kata Zay seakan meremehkan kemampuan Rendi menghadapi sepupunya Jasmine.

" Tangan begini halus, anak perempuan saja kalah halusnya sama tangan kamu." Kata Soni kakaknya Zay.

"Menatap wajah Kamu lama-lama Aku bisa jatuh cinta" Kata Zay sambil ngakak. Zay dan Soni memang baru bertemu dengan Rendi.

"Eh.. kamu tahu tidak, waktu si Rendi berusia tujuh tahun, Nenek Kami memakaikan kerudung di wajahnya yang cantik Dan Ia memang sangat cantik..ha..ha..." Sandri tertawa terbahak-bahak.

"Kalian terus saja buli Aku, Aku tidak keberatan. Fakta bahwa istri aku memang yang paling cantik diantara pasangan kalian membuat Kalian menjadi tidak nyaman" Kata Rendi dengan tenang.

"Jangan terlalu percaya diri, Siapa yang nanti diakhir akan menjadi pasangan Jasmine dialah pemenangnya." Fatih berkata sambil membanting kartu As.

Rendi mengerut kan Keningnya. "Sial lagi-lagi Aku kalah, Aku memang tidak berbakat main kartu"

"Aku udahan ah.. Sudah pukul 11 malam, Aku mau tidur" Kata Sandri sambil menguap.

"Aku juga mengantuk " Zay berdiri lalu menggeliat. Ia kemudian menepuk pundak Rendi. "Selamat bermalam pengantin, Hati-hati Rendi. Jasmine masih di bawah umur. Jangan terlalu kasar dan bernafsu"

Rendi mengerutkan bibirnya yang merah. Wajahnya sesaat memerah. Kenapa dari dulu Ia selalu dibuly.

Zay tertawa entahlah Ia sangat menyukai Rendi pada jumpa pertama. Wajahnya yang imut-imut menyiratkan bahwa Rendi adalah orang yang baik hati. Dan Ia berharap Rendi dapat menjadi suami yang baik untuk sepupunya. Agar Kakeknya menjadi lebih tenang.

Suasana terasa sangat sepi. Rendi mencari kamar pengantin. Katanya yang ada bunga di depan pintunya. Agaknya semua orang sudah masuk kamar. Rendi jadi bingung yang mana kamarnya. Untungnya ada Nadine. Kakak sepupu Jasmine.

"Nyari kamarnya yah?" kata Nadine sambil menatap ke wajah Rendi yang tampan. Duh ini makhluk imut-imut banget.

"Iya nih. Tadi lupa ga nanya"

"Ke sebelah sini, Kakak. Kebetulan Saya yang mendekorasi kamar pengantinnya. Saya Ahli mendekorasi kamar"

"Oh ya? memang kerjanya dimana? " Tanya Rendi.

"Emang Aku sudah kelihatan tua yah? Pake nanya kerja dimana? "

Rendi tertawa, "Maaf, saya ralat lagi kalau begitu. Kuliahnya tingkat berapa?"

"Ha...ha..ha... engga juga sih. Kamu benar. Aku sudah kerja. Aku seorang arsitek. Tapi belum punya kerjaan,baru lulus"

"Apa Anda berminat untuk bekerja? "

"Oh ya panggil Aku Nadine, Iya aku ingin sekali bekerja menjadi seorang arsitek. Kakek malah menawari kerja di Garmen, Aku malas"

"Kalau Kamu mau, Kamu boleh bekerja di tempat ku, Kebetulan Aku lagi perlu arsitek untuk membangun suatu pusat perbelanjaan."

Mata Nadine melebar. "Luar biasa...Hebat..terima kasih Kakak, Aku sangat berterima kasih kepada mu" Ia langsung berbahagia.

Rendi cuma tersenyum manis.

Tidak berapa lama, mereka sampai di depan pintu yang ada bunganya.

"Nah ini kamarnya Kakak. Selamat bersenang-senang Yah? Semoga sukses dan lancar." Nadine tersenyum sambil mempersilahkan Rendi masuk. Rendi mengucapkan terima kasih. Lalu menatap Nadine berlalu dari hadapannya.

Rendi mengetuk pintu perlahan-lahan. Tapi hening tidak ada jawaban. Rendi lalu mengetuk lagi. Kembali senyap. Ia lalu membuka pintu kamar. Kamar tidur yang tidak terlalu besar. Membuat Rendi bisa langsung melihat ke seluruh kamar. Ia mengernyitkan keningnya melihat bahwa di dalam kamar sepi. Ia hanya melihat gaun pengantin yang teronggok atas ranjang tanpa ada pemiliknya.

Rendi segera masuk. Ia lalu mendengarkan dengan seksama kalau-kalau Jasmine ada di kamar mandi. Ternyata juga tidak ada.

'Kemana Dia? Apa mungkin Ia bersama Serena?' Rendi berpikir bahwa mungkin Jasmine berada di kamar Serena. Ia lantas tidak ambil pusing. Ia membuka jasnya lalu menyimpannya di dalam lemari. Dilihatnya sudah ada tumpukan bajunya dengan baju Jasmine di dalam lemari. Ketika Ia menarik salah satu kaos. Rendi lalu berniat menelpon Serena untuk mengecek apakah Jasmine tidur bersama Serena atau tidak?.

Serena yang sedang terlelap langsung terbangun mendengar nada sambung teleponnya. Ia lalu meraihnya dan mulai berbicara.

"Ya..Kakak kenapa? Jangan bilang Kau kalah dihajar Jasmine!" Kata Serena sambil menguap.

"Apa Jasmine ada bersamamu?" Tanya Rendi.

"Tidak ada Kakak" Serena mulai serius.

"Ia tidak ada di dalam kamar?"

"Apa????" Serena berteriak kaget. Matanya terbuka lebar.