Rendi memanggul Jasmine menuju mobilnya. Tetapi kemudian langkahnya terhenti karena melihat ada seseorang yang mengejarnya.
"Pak...pak...eh maaf..om..om...eh salah lagi..Kang.. kang..Engkang yang kasep. Maaf itu Jasmine teman saya mau dibawa kemana? "
Rendi memutar badannya. Dilihatnya ada anak laki-laki agak pendek. Berwajah lucu dan berkulit sedikit coklat. Rendi mengerutkan keningnya.
"Siapa Kamu?" Tanyanya sambil tetap memanggul Jasmine.
Jasmine mendengar suara Iksan Ia langsung berteriak. "Lepaskan Aku!! Iksan tolong Aku. Bawa Aku pergi dari bajingan ini" Jasmine meronta-ronta.
Iksan menelan ludah. Melihat pria yang begitu tampan tapi tidak dikenalnya memanggul Jasmine dengan Begitu mudah membuat Iksan sadar kalau Jasmine saja yang begitu kuat dan galak bisa dipanggul kaya boneka. Apalagi Ia yang tidak punya keahlian bela diri. Jelas dan yakin seyakin-yakinnya bahwa Ia tidak bisa menolong Jasmine. Alex saja ketua geng cuma bisa diam ketika diacungi pistol.
Menyadari Jasmine meronta. Tangan Rendi malah kembali memukul pant*t Jasmine. Jasmine semakin berteriak-teriak. Rendi jadi pusing lalu tangannya bergerak lagi tapi kemudian tidak jadi. Tadinya Ia ingin menotok aliran darah di bawah leher Jasmine untuk menghentikan teriakan Jasmine. Tetapi karena posisi Jasmine kepalanya ada dibawah membuat Rendi tidak mungkin melakukan penotokan di bawah leher Jasmine agar pita suara Jasmine menjadi kaku dan Jasmine tidak bisa berteriak.
Akhirnya Rendi cuma berdiri melotot tidak sabar.
"Sa...saya Iksan, temannya Jasmine. A...Om siapa?" Walaupun imut-imut. Wajah Rendi memang sudah terlihat dewasa ditambah dengan wibawanya yang muncul ketika Ia mengeluarkan pistol membuat Iksan yakin Rendi bukanlah anak SMA atau anak remaja.
"Saya Rendi suami nya Jasmine. Nah Iksan nanti kita ngobrol lagi,Kau cepatlah pergi karena sebentar lagi akan ada polisi"
"Pak...Eh Om..mohon teman saya jangan diapa-apakan" Iksan mulai merengek Ia menjadi tidak tega melihat Jasmine diperlakukan seperti itu.
"Tenang saja Iksan, Aku Suaminya. Aku tidak akan menyakiti nya. Terima kasih sudah perhatian" Kata Rendi sambil membalikkan badannya dan berlalu.
"Iksan!!! Iksan!!! Ambil batu..pukul dia..Dia mau menyakiti Gua. Lepasin Gue!!" Jasmine terus meronta-ronta histeris. Ia panik melihat Iksan cuma terpaku tidak berdaya.
"Maafkan Aku Jasmine..Aku ga bisa nolong kamu soalnya Aku juga takut. Sok di do'akan. Mudah-mudahan salamet dunia akhirat" Iksan berdoa dalam hatinya.
Rendi tampaknya tidak perduli Ia terus berjalan menuju mobilnya. Tampak Andri sopirnya sedang berdiri menunggu nya. Begitu Rendi datang sambil memanggul Jasmine. Andri bergegas membukakan pintunya.
Rendi menyimpan tubuh Jasmine di jok belakang. Ia lalu ikut masuk..Jasmine duduk sambil lemas. Ia memepetkan tubuhnya ke dekat pintu mobil. Ia tidak mengerti mengapa badannya terasa lemas dan tidak bertenaga. Ia hanya bisa bergerak lemah. Seumur hidupnya Ia tidak mengenal rasa takut. Tapi kali ini Ia teramat sangat ketakutan.
"Elu..manusia rendahan. Elu apakan Gue? mengapa badan gue jadi lemas. Lawan Gue dengan adil. Gue sumpah akan menghajar Elu" Jasmine berteriak.
Rendi menatap kelam pada Jasmine, wajah imutnya hilang sudah. Jasmine terkesiap.
"Andri naikkan penyekat mobil. Aku harus memberi pelajaran kepada gadis bengal ini dulu"
Andri menyeringai. Ia surprise sekali melihat majikannya kali ini. Sedikitpun Ia tidak mengetahui bahwa Rendi bisa bersikap seperti ini. Bertahun-tahun mengenal Rendi Ia tahunya Rendi begitu lembut dan imut-imut. Siapa sangka ternyata Ia lebih jantan dari setiap laki-laki yang pernah Ia kenal. Bahkan dirinya pun tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Rendi.
Jasmine melihat sekat mobil naik ke atas sehingga antara jok belakang dan depan kini tertutup. Wajah Jasmine seketika pucat pasi. Ia menyadari akan ada sesuatu yang akan terjadi. Ia semakin memepetkan tubuhnya ke pintu samping mobil.
Dan benar saja, tiba-tiba Rendi menarik tangannya dan menyentakan tubuh Jasmine ke dalam pelukannya. Tangan Rendi mengunci tubuh Jasmine. Dan Jasmine melotot ketika mulut Rendi langsung menghujam ke mulutnya. Rendi mencium paksa Jasmine dengan buas. Bibirnya menjelajahi seluruh mulut Jasmine yang belum tersentuh oleh siapapun.
Tubuh Jasmine kaku. Mulutnya terbuka lebar malah membuat Rendi semakin leluasa berkuasa di atas mulutnya. Bibirnya yang tipis dan mungil habis sudah diraup bibir Rendi. Bahkan gigi Rendi kerap menggigitnya dengan gemas.
"Aaakh..."Jasmine berteriak dalam hati. Rasa sakit dan perih pada bibirnya langsung terasa seperti merobek-robek tubuhnya. Ini adalah ciuman pertamanya tapi rasanya tidak indah sama sekali malah sangat menyakitkan.
Tangan Jasmine mencengkram tangan Rendi yang menahan mukanya agar tidak tetap ada di depan muka Rendi. Kemudian nafas Jasmine terasa sesak. Nafasnya tersengal-sengal. Air matanya mulai meleleh. Air mata pertama yang Ia keluarkan sejak Ia kehilangan orangtuanya.
Melihat Jasmine yang sudah kepayahan, Rendi segera sadar. Ia melepaskan ciumannya, Lalu mengembalikan posisi Jasmine pada semula.
Bagi Rendi ini adalah ciuman keduanya Setelah Ia dicium Yesi waktu itu. Rendi mengusap wajahnya. Menyesal telah menyakiti Jasmine. Anak gadis yang masih di bawah umur. Bukankah wanita dianggap dewasa secara fisik dan mental di usia 21 tahun. Dibawah 18 tahun berarti dianggap masih belum dewasa dan butuh pendampingan orang tua.
"Mengapa Kamu begitu jahat??" Isak Jasmine.
"Aku tidak suka Kau bicara kasar!! Kelak Setiap Aku mendengar Kau berbicara kasar maka Aku akan menciummu" Kata Rendi dengan tenang.
"Akh..Keparat....Bangs*t..mmmf..mmf.." Jasmine kembali berteriak mengumpat tapi lalu langsung terdiam kembali karena mulutnya kembali ditutup oleh mulut Rendi. Rendi kembali menciumnya dengan paksa. Bahkan lebih buas dari yang pertama. Kini malah disertai dengan menindih tubuhnya ke jok. Jasmine kembali meronta-ronta dengan kalap. Tangannya memukuli kepala Rendi, dan Rendi langsung mencekal tangannya dengan kuat.
Ketika dilihatnya mata Jasmine sudah mulai membalik ke atas dengan tubuh melemah. Rendi segera melepaskannya takut Jasmine pingsan. Begitu lepas Jasmine langsung menangis meraung-raung. Tangannya menutupi wajahnya. Bahunya sampai naik turun.
Rendi hanya diam sambil melap bibirnya yang basah. Ia mendengarkan tangisan Jasmine yang mulai menyayat hatinya. Ia sebenarnya tidak tega tapi mau bagaimana lagi. Ia harus mengambil tindakan tegas pada Jasmine. Kuda liar Jasmine itu harus tahu bahwa sekarang Ia memiliki seorang majikan. Ia tidak bisa bertindak seenaknya lagi.