Kedua belah pihak keluarga telah berkumpul, mereka berdiskusi tentang tempat acara yang akan dilangsungkan. Keluarga Pak Wijaya menyerahkan tanggung jawab kepada calon pengantin, begitu juga pak Raden juga setuju dengan pemikiran pak Wijaya.
"bagaimana Oca Raga setuju kalian saja yang mengurus karena kalian yang akan menikah? " tanya pak Wijaya.
" om.. Kalo Oca setuju aja sih tapi Oca hanya ingin mengurus pakainan, henna, dekorasi,undangan, souvenir masalah makanan dan tempat biar dirundingkan saja" kata oca
"bagaimana dengan Raga? " tanya pak Raden
" saya terserah aja sih om" kata Raga
"biar Raga nanti sama Oca kalian bagi tugas sekalian saling mengenal ya" kata ibu Raga
"iya mah" jawab raga
"bagaimana kita adakan akad hari jumat, dan resepsi hari sabtu bagaimana?" kata pak Raden.
" saya sangat setuju pak Raden, untuk acara akad biar dirumah, dan acara pernikahannya kira kira dihotel atau digedung?" kata pak wijaya.
"bagaimana kalau pernikahan kita adakan dihotel saja, jadi biar nanti mereka berdua langsung malam pertama dihotel saja bagaimana?" kata mama Oca sambil menggoda mereka berdua.
"wah ide yang bagus, baiklah kita akan adakan acara pernikahan di hotel biar saya yang mengurusnya"kata pak raden
"untuk makanan biar catring aja, baiklah semua sudah selesai, Raga dan Oca kalian mulai besok sudah urus semuanya dalam waktu 3 hari ya, setelah itu kalian tidak diperbolehkan keluar rumah dan bertemu, Oca besok kang budi sama Raga yang jemput Oca" kata pak wijaya.
"pah biar aku aja yang bawa mobil nya, aku gak biasa di sopirin sama orang" kata raga dengan nada memohon
"Tidak... Kamu adalah calon pengantin jadi kamu tidak diperbolehkan untuk beberapa hari sampai hari pernikahan mu untuk membawa mobil bahaya, biar kang budi aja yang bawa mobil" jawab pak Wijaya dengan nada lantang.
"iya deh pah" jawab Raga dengan pasrah.
"sekarang sudah beres, kalau begitu kami izin untuk pulang" kata pak wijaya
"baiklah biar saya antar keluar rumah" kata pak Raden.
Raga mencium tangan ayah dan mamah Oca, tetapi iya tidak sama sekali berpamitan kepada Oca, Oca juga mencium tangan papah dan mamah Raga, Oca juga begitu iya juga tidak berpamitan kepada Raga, ia rasa laki laki lah yang berhak berpamitan kepada wanita, ia begitu sadar jika dia yang berpamitan kepada Raga itu akan menurunkan harga diri nya, jadi dia lebih memilih diam, tak sengaja ada yang janggal di rasakan mamah Raga.
"Raga apa kamu tidak mau berpamitan dengan Oca nak " kata mamah Raga
" gak mah ini aja baru pengen berpamitan dengan Oca" jawab raga
"Oca aku pulang dulu ya sampai jumpa besok sayang" kata Raga dengan penuh senyum. Oca hanya tersenyum ketika raga berkata begitu. Padahal didalam hati Oca dia sangat merasa jijik. Keluarga pak Wijaya pun pulang, Oca membalikkan badan dan berjalan menuju kamar ia terus ngeduwel " sayang apa apaan sayang sayang, aku sangat jijik dengan laki laki ini hebat juga dia berakting".