Ditempat lain disebuah gedung pencakar langit nampak seorang pria paruh baya tengah berdiri memandang kota lewat dinding kaca ruangan nya yang berada di lantai 40.Ia meraih ponsel di saku celananya mencari kontak yang akan ia hubungi, dan menempelkan benda pipih tersebut tepat di telinga nya.
"bagaimana apa mereka sudah berada di dalam ruangan itu? " tanya nya pada seseorang yang ia hubungi.
"ia mr. mereka semua sudah berkumpul didalam, bahkan mr. wilder pun turut berada didalam "ucap pria tersebut melaporkan apa yang ia lihat pada pria paruh baya yang ada di seberang telpon.
"bagus ,lakukan itu sekarang "perintah pria paruh baya tersebut pada seseorang yang ada diseberang telpon.
"baik mr. kami akan mengoptimalkan bomnya saat ini juga"ujar pria tersebut dan langsung menekan remot yang ada dibalik saku jasnya menuruti perintah pria paruh baya yang menelpon nya.
"berapa lama itu akan meledak? "tanya pria paruh baya di seberang telpon.
"itu akan meledak dalam hitungan lima menit mr. "jawab nya memberi tahu bahwa ia telah melaksanakan tugas nya.
"tetap awasi mereka, sampai itu benar benar meledak "ucap pria tersebut menambahkan perintah nya.
"baik lah mr ."kata pria itu dan langsung menutup telpon.
10 menit sebelumnya....
"jadi beritahu aku siapa yang mengirimmu kesini? "tanya pria yang di panggil mr. wilder itu dengan tatapan menginterogasi arley.
"itu tidak perlu, ku beri tahu pun dia tidak akan menebusku" jawab arley masih tetap bersikukuh dengan jawaban nya.
"bagaimana jika kita siksa dia mr. wilder, agar ia mau membuka mulut nya" ucap pria berkepala blontos yang saat ini berdiri tepat dibelakang mr. wilder.
"diam lah ,,,aku tidak ingin melakukan kekerasan, dan jangan samakan aku dengan kenley swinton majikan kalian" ucap pria itu dan menatap penuh kesal pada pria blontos yang saat ini tengah menunduk takut.
BRAYAN WILDER pria yang sedang mengintrogasi arley, pengusaha muda dan memiliki beberapa cabang anak perusahaan di berbagai penjuru amerika serikat, bahkan bagian dari eropa lainnya .semua mengenal sifat bijaksana nya, dan memiliki sifat berbeda dari ketiga teman nya.
bahkan ia terkenal dikalangan wanita wanita kelas atas,karna ketampanannya.
arley menatap brayan penuh decak kagum, bahkan ia sampai lupa apa yang membuat nya sampai ketempat ini.
"sepertinya dia pria yang baik ??lalu kenapa pria tua itu menyuruhku membunuhnya?? ada yang tudak beres disini!! " batin arley dalam hatinya.
namun tiba tiba terdengar alaram pada jam yang dikenakan arley ,sontak ia mengakhiri sandiwara nya dan mencoba melepaskan ikatan pada kakinya.
"bagaimana kau bisa melepaskan ikatan ini ?"tanya brayan heran, kala ia melihat arley yang berusaha mekepaskan ikatan tali di kaki nya.
"saat ini bukan waktu nya untuk bertanya dan menjawab, pria tua itu benar benar ingin membunuh kita "ucap arley dan segera berdiri meraih tangan brayan yang masih mengernyit tak mengerti.
"kalian juga harus keluar, tempat ini sudah dioptimalkan bom yang sebentar lagi akan meledak "lanjut arley menyuruh ketiga preman yang mengikat nya untuk mengikutinya keluar.
"tunggu dulu apa yang terjadi di sini sebenarnya??"tanya brayan yang masih belum mengerti apa yang terjadi.
"akan sulit menjelaskan nya saat ini ,kita semua harus keluar dari tempat ini, sebelum tempat ini habis terbakar karna ledakan "ujar arley sambil terus berlari dan menarik brayan dan di ikuti ketiga preman yang tadi mengikat nya.
"sial,,, semuanya melompat !!" teriak Arley segera menuju jendela dan akan melompat.
"kau gila? kaki kita bisa patah "ucap brayan dan melepaskan pegangan tangan arley, membuat arley berhenti dan menatap brayan penuh kesal .
"lalu kita akan mati disini!!! "ucap arley yang saat ini benar benar marah.
"ini tidak terlalu tinggi, dan tidak akan membuatmu PINCANG seumur hidup " ujar arley dengan penuh penekanan pada kata pincang.
tanpa membuang waktu pun mereka melompat ,yang di awali dengan arley.
dan tak berapa lama pun terdengar suara ledakan dari tempat yang mereka tempati tadi.
"hah.. ini melelahkan "ujar brayan berusaha mengatur nafasnya .saat mereka berhasil melompat tanpa terluka.
" apa itu membuat kaki mu patah huh? " tanya arley menatap brayan penuh kesal.
"bagaimana bom itu bisa ada "ujar brayan menghiraukan kekesalan arley.
" seperti nya ini sudah di rencanakan" ucap arley membayangkan siapa dalang dibalik ledakan ini.
"kau masih menjadi tahanan ku !! jangan coba coba berfikir untuk kabur " ucap brayan penuh penegasan.
" ah... baiklah " ujar arley pasrah, dan ia pun berniat dalam hati nya ia harus menjaga pria ini, sampai benar benar aman.
" ayo kita tinggalkan tempat ini sebelum mereka mengetahui kalau kita semua masih hidup, dan kau ikut aku jangan coba coba kabur !!" ucap brayan dan menatap arley dengan penuh penegasan.
segera mereka semua berdiri dan bergegas menuju mobil BMW mewah yang terletak tak jauh dari gedung yang saat ini sudah mulai terbakar.
"kalian gunakan lah mobil lain, aku akan bersama wanita ini "perintah brayan pada ketiga orang anak buah temannya yang dikirimkan untuknya.
"tapi mr... "ujar pria yang berkepala blontos namun terputus oleh tatapan membunuh dari brayan.
"ini perintah ku mengerti " ucap brayan dan langsung bergegas memasuki mobil yang disusul arley di sisi kiri pengemudi.
arley menatap brayan yang sedang fokus mengemudi, dengan jas yang sudah terbuka dan lengan kemeja yang di gulung sampai siku, menambahkan ketampanan dari aeorang brayan wilder.
"aku tidak tau mengapa, tapi hati ini ingin aku menjaga mu " ucap arley dalam hati nya, dan rasa kantuk yang menyerangnya membuat ia langsung terlelap menuju mimpinya.
"kau baik baik saja ?"tanya brayan berusaha memastikan bahwa wanita yang sedang ia bawa tak mendapatkan luka apapun.
hening.....
merasa dihiraukan brayan pun menatap kearah arley yang saat ini tengah tertidur lelap.
"kau gadis yang aneh " gumam brayan dan langsung menancap gas melewati jalanan yang nampak sepi karna tempat yang mereka gunakan memang dipilih jauh dari kota dan pemukiman warga.