pukul 10:00 pm..
brayan memarkirkan mobil tesla model x miliknya tepat di depan rumah yang ia tempati sendiri, ia memandang arley yang saat ini masih tertidur pulas.
"apa aku harus menggendong nya?? " tanya brayen pada diri nya sendiri.
"tidak.. tidak... bagaimana jika dia tiba tiba berfikir aq menyukainya??" ucap brayan berusaha bernegosiasi pada egonya.
"hoooammm"
arley membuka mata nya perlahan menatap sekililing berusaha memastikan di mana ia berada sekarang, sampai tatapan nya terhenti saat ia melihat brayan lelaki yang sempat menjadi korban ayahnya selanjutnya.
"apa kita sudah sampai??? tapi di mana kita sekarang ??" tanya arley seraya memperbaiki posisi duduknya.
"oh kau sudah bangun , kau sekarang berada di rumah ku "jawab brayan berusaha membuka sabuk pengaman miliknya.
"ohh.. " balas arley yang hanya berohria.
" keluarlah, kau bisa melanjutkan tidurmu di dalam "ucap brayan segera ia beranjak dari duduknya dan membuka pintu mobil berjalan memasuki rumahnya.
"kenapa dia meninggalkan kan ku? " tanya arley heran dan bergegas berlari mengejar brayen yang mendahuluinya.
"apa kau tinggal sendiri?? maksudku rumah ini terlihat sepi? " tanya arley saat ia sudah berhasil mengejar brayan.
"apa kau wartawan ?diam lah dan ikuti aku!! " ujar brayan dan terus melanjutkan langkahnya.
arley merungut kesal bagaimana tidak ia bahkan tak mengerti apa yang salah dari pertanyaan nya sampai membuat brayan memarahinya.
" wahh... "ucap arley penuh kekaguman menatap desain rumah yang mewah namun tampak elegan dan berwibawa, saat brayan membuka pintu utama rumah nya.
"apa kau yang mendesain nya?? ini luar biasa bahkan aku tak pernah memasuki rumah semenarik ini "lanjut arley saat mata nya memandangi sekeliling isi rumah brayan, masih dengan kekaguman nya.
"hgemmm"
"apa sudah melihat lihat nya? akan ku tunjukan di mana kamar mu " ujar brayan menghentikan arley dan berjalan menuju kamar yang terletak tak jauh dari ruang tamu tempat mereka berada.
arley langsung mengikuti brayan namun mata nya tak lelah memperhatikan ruang tamu yang membuatnya kagum, terdapat beberapa guci yang sepertinya impor dari negera sakura, dan berbagai negara lainnya.
"sebenarnya siapa dia?? apa dia pengusaha yang kaya? ?"tanya arley dalam hatinya menerka nerka jawabannya.
"kau akan tidur di sini, " ujar brayan menunjuk pintu kamar dihadapan nya. membuat arley menghentikan nya menebak nebak dalam hatinya.
"dan kamar ku di atas "lanjut brayan sambil menunjuk lantai atas. dan langsung membuat arley menatap lantai atas yang ia tunjuk.
"baiklah.. tapi kau tidak menyuruhku tidur di penjara bawah tanah milikmu? maksudku aku kan penjahat nya,, apa kau tidak takut kalau aku akan membunuhmu saat kau tertidur?? "tanya arley berusaha mengeluarkan semua pertanyaan yang membuatnya penasaran.
"kenapa.. aku kan seorang pria kenapa harus takut.. "jawab brayan penuh keangkuhan.
"bagaimana dengan pakaian ganti ku? " tanya arley.
"aku akan mencarinya besok, untuk malam ini pakailah baju ku "ucap brayan dan langsung meninggalkan arley menaiki tangga menuju kamar nya.
"kenapa dia terlalu baik "gumam arley masih terus menatap punggung brayan yang semakin menjauh.
arley memasuki kamar Nya setelah punggung brayan yang telah menghilang dari pandangan matanya.
malam semakin larut namun brayan belum juga bisa memejamkan matanya ,meski ia telah berusaha .
"apa dia sudah tidur? bagai mana jika ia tiba tiba masuk dan langsung menyerang? "ujar brayan penuh kegelisahan.
PRAAAAANNGGG!!!!!
suara benda jatuh didapur sontak membuat brayan langsung bergegas meninggalkan kamarnya, dan menuju dapur, tak lupa ia membawa tongkat golf yang terletak di ujung kamarnya kalau kalau ada pencuri yang memasuki rumahnya.
arley nampak sibuk dengan masakannya, sesekali ia juga mencicipi apakah rasanya sudah benar benar pas, namun ketika ia ingin berbalik untuk mengambil sesuatu didalam kulkas, tetapi ia di kejutkan dengan sosok brayan yang telah ada tepat berdiri dibelakangnya.
"ahhh... kau mengejutkan ku "ujar arley seraya mengelus dada nya untuk menetralisirkan keterkejutannya.
"seharusnya aku yang bertanya ,apa yang kau lakukan di dapurku ?" ucap brayan menatap arley penuh introgasi.
"memasak " ucap arley dan langsung melewati brayan dan langsung membuka kulkas dan mengambil yang ia butuhkan.
"dan aku tidak bisa tidur, saat perut ku terasa lapar "lanjut arley tanpa menatap brayan dan melanjutkan kegiatan memasaknya.
Brayan terus memandangi kesibukan arley tanpa ada niat untuk bergabung membantu.
bahkan ia pun merasa sedikit kagum karna dibalik sifat arley yang menakutkan ia memiliki sifat yang mandiri.
waktu terus berjalan, harum makanan spageti yang dibuat Arley kian menyeruak kedalam penciuman brayan, yang saat ini tengah menonton televisi.
"aku sudah selesai memasak apa kau ingin bergabung makan?!! " tanya arley sedikit berteriak karna saat ini ia di ruang makan sambil menyusuni piring untuknya dan brayan.
"kenapa dia tidak menjawab? apa dia tertidur? "ujar arley bertanya tanya pada dirinya sendiri.
"ahh.. aku harus menghampirinya di sana "
arley meninggalkan ruang makan yang sudah selesai ia susun, bergegas ia menghampiri brayan yang tengah asik menonton siaran yang ia sukai yaitu perlombaan MMA .
"kau tidak dengar aku memanggilmu, ikutlah makan, aku sudah membuatkan juga untuk mu" ucap arley saat ia sudah berdiri tepat didepan brayan menghalangi televisi dan membuat brayan menatapnya penuh kesal.
"kau pasti sudah mencampuri makanan nya dengan racun "ujar brayan, mengatakan apa yang ia pikirkan.
"kalau begitu aku akan makan sendiri " arley pun pergi meninggalkan brayan menuju ruang makan, tanpa menghiraukan atau pun menjawab tuduhan brayan padanya.
"apa saat ini dia marah? tapi aku tidak akan makan bersamanya " ucap brayan pasti.
kruuuukkkhhh....
"baiklah ini untuk terakhir dan pertama " ucap brayan pada dirinya dan Beranjak dari duduknya menuju ruang makan, menghampiri arley yang saat ini tengah menikmati makanan nya.
"oh... kau akan makan? bukan kah tadi kau bilang....?? " tanya arley menatap brayan yang sedang menarik kursi dihadapan nya penuh keheranan.
"aku berubah fikiran, dan inikan rumahku " balas brayan ketus ,dan ia pun segera meraih piring yang sudah terisi oleh spageti.
"makanlah selagi itu hangat " ujar arley kembali menyantap spagetinya.
brayan menyuap dengan hati hati , membuat arley dihadapan nya sedikit menahan tawa.
"bagaimana?? apa itu enak? "tanya nya saat ia lihat brayan berhasil memasukan masakannya kedalam mulutnya.
"lumayan "balas nya singkat membuat arley merasa tidak puas.
"tapi bagaimana kau tau di rumah ku ada beberapa stok makanan? " tanya brayan heran,karna jujur saja arley adalah orang asing pertama yang memasak didapurnya itu, bahkan ia tak pernah menyuruh teman atau pun saudaranya memasuki dapur miliknya.
"ahh.. itu aku berfikir kau pria yang mandiri,jadi kau pasti memiliki beberapa stok makanan dirumah mu "ucap arley berusaha mengatakan pemikirannya.
" ohh"ucap nya singkat .
arley terus memandang brayan yang tengah menikmati makanannya.
" siapa namamu? kurasa kita belum mengetahui nama masing masing "ujar arley, seraya menjulurkan tangan nya.
" bukan kah kau sudah tau nama ku saat kau menjalankan misi mu? jadi knapa harus bertanya! " ucap brayan ketus dan bergegas menuju kamarnya.
"ada apa dengan nya? aku tidak tau kalau dia sesensitiv itu "ucap arley heran dan menatap kepergian brayan yang perlahan menghilang dari pandangan nya.