Sudah hampir enam tahun aku bersahabat dengan bisma,sejak pertama kali dia memaksa duduk dikursiku.Tak ada yang berubah dariku,aku masih saja menjadi wanita aneh dan Bisma masih menjadi seorang laki-laki udik.
Bangku kuliah sempat kurasakan atas paksaan ayah dan ibukku yang ingin aku bersekolah seperti saudara-saudaraku yang lain.Wajar jika ayah memiliki obsesi tinggi padaku,karena kakak laki-lakiku yang bernama Riki kini menempuh studi S3-nya di Amerika,mengambil manajemen bisnis.Adiku dyah,menjadi langganan siswa terbaik disekolah hampir setiap tahun.Dyah bahkan mengambil bidang kedokteran,dan setiap semester ia lalui dengan begitu mudah tanpa hambatan.
sedangkan aku,yang aku ingin setelah tamat sekolah hanyalah melukis.ayah tak pernah bisa mendebatku,tapi dia berusaha membujukku agar mau melanjutkan kuliah keperguruan tinggi,mengambil jurusan seni murni.Akhirnya aku setuju.kemampuan melukisku tak perlu diragukan lagi,karena ternyata aku lolos tes masuk universitas itu.
Namun sayang,hanya satu tahun aku bertahan mempelajari seni murni.aku kembali pada kebiasaanku tak suka diatur oleh perturan yang tidak masuk akal.aku memutuskan untuk menyalurkan bakatku dirumah saja.
Tak ada hal lain yang kulakukan selain menuangkan cerita dikepalaku ke atas kanvas.Lain cerita dengan Bisma.dia terlalu pintar untuk mengabaikan sekolahnya.namun,dia tak punya biaya untuk melanjutkan kuliah,lantaran akibat kematian sang paman yang tiba-tiba.padahal hanya pamanlah satu-satunya keluarga yang dimiliki Bisma,setelah kedua orang tuanya meninggal.
Bisma hidup sebatang kara.keteguhan hantinya yang tetap mendampingiku yang keras kepala inilah yang menyebabkan aku kini begitu peduli denganya.Rasanya tak ada manusia yang memiliki kesabaran seperti Bisma evanda.
Aku berhasil membujuk ayah untuk mengijinkan Bisma tinggal dirumah kami,bahkan aku berhasil membujuk ayah supaya membiayai pendidikannya tapi Bisma menolak dengan halus.menurutnya,jika memang akan melanjutkan kuliah,dia akan melanjutkan dengan uang yang ia cari sendiri.aku tidak berkomentar apa-apa mengenai hal ini,walaupun menurutku ini adalah hal konyol.
Semenjak Bisma tinggal dirumahku,bisma bermetamorfosis menjadi sebuah jembatan penghubung antara aku dan keluargaku.kini mereka mulai mengerti apa yang ada dikepalaku.
Bisma masih ceria seperti pertama kali aku bertemu denganya,tidak heran kalau seluruh keluargaku sangat menyayanginya.kadang-kadang aku merasa hal baik yang bisa kulakukan adalah membawa Bisma Evanda pada keluargaku.
Akhirnya aku menekuni profesiku sebagai pelukis secara otodidak.walaupun sebagian besar pelukis memandangku dengan sebelah mata karena latar belakang seniku yang tidak jelas,tapi Bisma selalu memotivasiku untuk selalu tetap berkaya.ia juga berupaya untuk menjual hasil karya-karyaku.hasilnya tidak terlalu buruk,terbukti dari peminat lukisanku yang banyak.
Namun seperti biasa,aku tidak menjual lukisanku kesembarang orang.ada beberapa persyaratan khusus bagi calon pembeli lukisan-lukisanku.
pembeli hanya menggunakan sapaan "anda" dan saya bukan "lo" dan "gue" atau "aku" dan "kamu".pembeli dilarang keras menanyakan makna lukisan yang kubuat,karena terkadang bahkan aku sendiri tak mengerti isi kepalaku.Dan yang terakhir,tidak boleh ada satupun kata-kata yang mengisyaratkan bahwa lukisanku mirip lukisan seniman lain.oh,sungguh aku membenci hal ini.
Jika semua persyaratan itu lolos,maka selanjutnya urusan Bisma untuk melakukan penawaran harga.Bisma,begitu panggilanku padanya,sudah tahu betul apa yang aku mau.enam tahun pertemanan membuatnya benar-benar mengerti seorang Lea shancai yang begitu egois dan memiliki dunia sendiri.