*Bara POV*
Akhirnya aku menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahiranku tercinta ini.
Sebenarnya aku sudah lulus kuliah dari sejak 3th yang lalu di salah satu universitas terbaik di jerman.
Aku mengambil dua jurusan sekaligus, Bisnis Manajemen dan Seni & Desain dan hasilnya sangat memuaskan.
Sebanding dengan pengorbananku yang jarang pulang ke Indonesia walaupun aku rindu setengah mati dengan keluargaku disini.
Setelah lulus aku langsung direkomendasikan salah satu dosenku untuk bekerja di perusahaannya di bidang furniture.
Sama dengan Perusahaan turun temurun keluarga Danudirja.
Tak jarang pula aku mendesain beberapa furniture dengan hasil imanajinasiku sendiri.
Dan sekarang saatnya aku pulang dan meneruskan Perusahaan keluargaku sendiri dikarenakan sepertinya adik perempuanku - Kina - tidak akan bisa meneruskannya.
Dia sudah di persunting salah satu anak kolega Papi yang ternyata adalah seniornya di kampus.
Sementara adik bungsuku-Dino- masih terlalu kecil untuk mengemban tugas di Perusahaan keluarga kami yang berkembang pesat karena usaha keras Papi.
Aku melangkah menuju pagar pembatas pintu keluar bandara dan melihat Kina, adik perempuanku satu-satunya yang sangat aku sayangi.
Aku juga baru mengetahui kejadian masa lalu yang menimpanya yang membuatku tak bisa membendung air mata karena tidak bisa melindunginya dari kejadian yang tidak seharusnya terjadi padanya jika saja aku tidak kuliah di Jerman.
Namun, kedua orang tuaku menenangkan dan memberi tahuku agar tidak merasa bersalah.
Kina sudah berdamai dengan masa lalunya dan sedikit banyak ada campur tangan sang tunangan yang kata Mami sangat mencintai Kina begitu dalam.
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Pria itu karena bisa membuat adikku bahagia.
Kina berlari kearahku dan langsung saja aku merentangkan kedua tangan agar tubuhnya masuk kedalam pelukanku.
Aku memeluknya erat dan menciumi puncak kepalanya berkali-kali dengan sayang dan rasa rindu yang teramat sangat.
Terakhir kali aku pulang adalah dua tahun yang lalu dan aku tidak bisa lama di Indonesia karena pekerjaanku yang terikat kontrak dan banyaknya pesanan mengharuskanku kembali ke Jerman secepatnya.
Kina menangis di dalam pelukanku dan benar-benar memelukku erat.
Kami sangat dekat mungkin dikarenakan jarak usia kami Lumayan jauh sampai lima tahun sehingga membuat kami jarang berselisih paham.
Dari sejak pertama dia terlahir di dunia ini, dia tidak pernah lepas dariku.
Bahkan dulu ketika aku ingin berangkat ke Jerman, Kina sempat mogok makan karena tidak ingin jauh dari kakaknya ini.
Namun, orang tua kami memberi pengertian padanya.
Yah.. Walaupun dia tidak ingin menerima telepon ku selama satu bulan dan itu membuatku ingin terbang kembali ke Indonesia untuk mengatakan kalau aku sangat menyayanginya.
Namun akhirnya dia mau menerima telepon dariku karena ternyata dia juga sangat merindukanku.
Jika ingat kejadian itu, ingin rasanya aku tertawa karena rasa gengsi adikku tapi ujung-ujungnya dia juga yang rindu.
"Miss you Princess.." ucapku sambil masih menciumi puncak kepalanya.
Kina hanya dapat mengeluarkan air matanya yang kuyakin sudah membasahi kaos di bagian dadaku karena dadaku merasakan sesuatu yang dingin.
"kamu kangen gak sama A'a??"
Aku melihat mata indah adikku yang menatapku ketika Ia menengadahkan kepalanya.
"kangen banget A'!! Kenapa sih A'a baru pulang!!" ucapnya kesal sambil memukul dadaku pelan.
Aku terkekeh melihat wajahnya yang imut itu.
"Maaf Neng.. A'a harus menyelesaikan kontrak kerja A'Bara dulu baru bisa kesini. Yang penting kan saat kamu nanti nikah, A'a ada disamping kamu Princess.."
Kina merona mendengar aku menyebut pernikahannya yang akan diadakan dua minggu lagi.
Aku melihat jelas sinar bahagia di wajahnya dan semoga dia benar-benar menemukan pria yang tepat.
" ayo A' pulang. Mami udah nelpon Kina daritadi nanyain anak sulung kesayangannya"
Kina menggamit lenganku menuju kearah mobil keluarga kami.
Namun dari kejauhan aku melihat sosok wanita yang aku yakin adalah sahabat dari adik tersayangku ini.
Kemarin Mami sudah memberitahu jika Kina akan menjemputku dengan sahabatnya yang kata Mami harus aku jadikan istri.
Dan aku hanya meng iyakan saja keinginan Mami.
Walau sebenarnya aku masih belum memikirkan tentang mencari pendamping hidup, tapi tak ada salahnya mencoba.
Apalagi kalau pilihan orang tua.
Bukankah biasanya ridho orang tua adalah ridho Tuhan?
Tapi.. Jujur saja Masih ada yang mengganjal di hatiku tentang kenangan masa lalu yang sampai detik ini masih selalu ku ingat.
Kenangan yang selalu membuatku tersenyum sendiri jika mengingatnya.
"A'Bara! kenalin nih sahabat Kina, namanya Hani yang kata Mamih kudu jadi menantunya dia"
Aku tersadar dari lamunan ketika Kina menggoyangkan lenganku.
Aku mengikuti arah pandang Kina kearah depan dan ternyata kami telah sampai di depan sahabat adikku.
Aku memperhatikan dengan seksama wanita cantik dengan wajah blesteran yang berdiri gugup di depanku ini.
Hhmm.. Boleh juga pilihan Mami.
Tapi tunggu.. Sepertinya aku tidak asing dengan wajah wanita ini. Siapa sebenarnya dia?
Dia bolak balik mengangkat kepala lalu kembali menundukkan wajahnya yang membuat penglihatanku masih kurang jelas karena pergerakannya itu ditambah lagi aku melihatnya meremas kedua tangannya gugup.
Apakah harus segugup ini melihatku?
"ehm.." aku mencoba meredakan tenggorokanku untuk mulai menyapanya.
"hai.." ucapku yang seketika ikut gugup.
Eh??
Ada apa denganku??
Mengapa aku ikut gugup seperti ini?
Aku melihat tubuhnya menegang ketika aku menyapanya.
Namun Ia masih belum merespon dan malah semakin menundukkan wajahnya.
Aku dan Kina saling berpandangan bingung dengan respon yang dikeluarkan wanita berambut panjang dengan warna Ash Brown didepanku ini.
"Han.. Lo kenapa deh?" tanya adikku sambil menepuk bahunya pelan.
Aku melihatnya terkejut dengan tepukan tangan Kina.
Akhirnya dia memperlihatkan wajah itu sepenuhnya dan seketika aliran darahku berhenti karena melihat mata indahnya.
Mata biru itu..
Dan wajah itu..
Apa mungkin??
" gw.. Gw.. Gapapa kok, Na" ucapnya linglung.
Dan suaranya terdengar sangat lembut di pendengaranku.
Suara yang menyihir.
"itu..A'Bara tadi nyapa elo" ucap adikku masih dengan wajah bingungnya karena wanita ini masih saja terlihat seperti orang yang baru tersadar dari tidur.
"O.. Oh.. Iya.. SELAMAT DATANG !" ucap wanita itu bersemangat sambil menatap mataku walau hanya sebentar karena Ia langsung memalingkan wajahnya kearah lain dengan wajah merona malu.
Sementara Kina tertawa terbahak-bahak mendengar sambutan sahabatnya yang kelewat semangat.
" lo gugup ketemu A'Bara?? Hahahha..."
" brisik, Na!!!" geramnya sambil mencubit pinggang adikku kesal.
Kina masih tertawa sedangkan aku menatap wanita itu dalam.
Wanita itu sesekali melirikku tapi masih mencoba menghentikan tawa Kina dengan membekap mulut adikku itu.
" lo masih ketawa, gw pulang nih naik taksi!!" ancamnya senewen yang langsung membuatku dan Kina berteriak.
"JANGAN!!"
Kina menoleh kearahku begitu juga wanita itu.
"A'.."
"Maksud A'a masa teman kamuΒ dibiarin pulang sendiri. Dia.. Ehm.. Dia kan sudah repot-repot anterin kamu jemput A'a.." ucapku gugup yang langsung mengalihkan pandangan.
Aku melihat dari ekor mataku Kina tersenyum misterius kearahku dan wanita bule ini bergantian.
Sementara wanita ini memelototkan matanya kearah Kina seolah-olah mereka berbicara melalui tatapan mata.
Oh My God!!!
Apa yang sudah aku lakukan?
Tanpa sadar aku berteriak agar dia jangan pergi dari pandangan.
Pasti Kina akan melaporkan hal ini pada Mami, dan aku yakin sekali Mamiku akan sangat heboh.
Sial..
Wanita ini membuat diriku kehilangan akal sehatku.
Siapa dia sebenarnya?
*Bara POV End*
Perjalanan menuju rumah Kina lumayan panjang.
Sepanjang itu pula Bara dan Kina bercerita panjang lebar.
Sementara Hani hanya menjadi pendengar yang baik walaupun sesekali Kina memasukkannya kedalam obrolan yang dibalas Hani sekedarnya saja.
Pikiran Hani saat ini menerawang pada kejadian lima tahun yang lalu tepat saat Ia berusia 17th.
Tidak ada yang menyadari jika Hani larut dalam lamunannya sendiri karena pasangan adik kakak ini masih sedang saling bercerita heboh melepas rindu.
Bara saat ini telah duduk disamping Kina yang berada di tengah - tengah Hani dan Bara.
Tadinya Hani ingin duduk di samping supir pribadi Kina namun langsung di tolak kakak beradik itu, alasannya tidak ingin Hani seperti terasingkan.
Padahal walaupun saat ini mereka duduk bertiga pun Hani hanya dapat mendengar percakapan kakak adik yang saling melepas rindu itu.
Akhirnya setelah beberapa lama perjalanan, mereka sampai di rumah Kina.
"AKHIRNYA ANAK SULUNG MAMIH PULANG YA ALLAH!!!"
Mami Kina menyambut Bara antusias sambil menciumi seluruh wajah anaknya yang dibalas tawa geli sang anak dan setelahnya memeluk erat Bara yang tingginya sudah sangat melebihi sang Mami.
Hani memperhatikan dalam diam bagaimana perlakuan Mami Kina pada anak-anaknya membuat hatinya tercubit oleh rasa iri.
Andai saja Mamanya bisa memeluknya seperti itu.
"anggap Mami gw sebagai Mami lo juga, Han.."
Kina menepuk lengan Hani lembut karena Kina juga mengetahui bagaimana sikap Ibu Kandung Hani terhadap anaknya.
Hani tersenyum tipis membalas ucapan Kina.
"Eneng Bule teh sudah lihat anak kasepnya Mamih kan?"
Mami Kina tiba-tiba menghampiri Hani dan merangkul Hani melangkah menuju ke dalam rumah karena ternyata Bara sudah masuk kedalam rumah lebih dulu.
"Iya Mih.." jawab Hani sopan.
"kumaha??" tanya Mami Kina ambigu yang membuat Hani mengernyitkan alis bingung karena tidak mengerti arti dari kata yang di keluarkan Mami Kina.
"kumaha itu apa ya Mih?" tanya Hani polos yang dibalas tawa renyah seorang Pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu yang membuat Hani menoleh kearahnya.
"kumaha itu artinya gimana" ucap Bara yang ternyata sudah duduk santai di sofa ruang tamunya.
Hani hanya mengangguk kaku dan kembali menatap Mami Kina yang masih merangkulnya.
"Maksud Mamih gimana apanya?"
"aih.. Si eneng Hani teh masa gak tau? Eta si A'a Bara kumaha? Ganteng kan?" bisik Mami Kina yang hanya bisa didengar Hani.
Seketika wajah Hani memerah mendengar pertanyaan yang di keluarkan dari mulut polos Mami dari sahabatnya itu.
'Ganteng Mih.. Sexy lagi!! Kulitnya coklat keliatan laki banget!!' teriak Hani dalam hati namun tidak sanggup mengeluarkan pendapatnya karena terlalu malu dengan pikirannya sendiri.
"emm..itu..anu Mih.."
"anu?? Anu gimana Neng??"
"e.. e.. An.. Anu Mih"
"aih.. Si eneng Anu naon sih, Neng?" tanya Mami Kina semakin bingung.
"ya anu Mih.." ucap Hani tidak jelas yang malah membuat Bara yang ternyata sudah berdiri dibelakang Maminya dan Hani tertawa kencang.
Mami Kina memelototi anak sulungnya itu.
"A'a ngapain dibelakang Mamih??? Nguping kamuh ya?? Emang di Jerman sanah diajarin nguping??? Hhmm?"
Mami Kina menjewer kuping anak sulungnya gemas.
"aduu.. Duh.. Mam..A'a bukan anak kecil lagi. Gak harus dijewer juga kan, Mam?"ringis Bara dengan muka memelas.
Mami Kina melepas jewerannya dari kuping Bara dengan masih menatap Bara sebal.
" Mam.. Panas nih kuping A'a!! " adu Bara seperti anak kecil pada Maminya sambil menggosok kupingnya yang memerah karena ulah sang Mami.
" minta tiupin neng Hani sanah" ucap Mami Kina tanpa dosa yang melenggang masuk menuju ruang keluarga tanpa mempedulikan wajah Hani dan Bara yang langsung memerah.
Mereka ditinggal berdua di ruang tamu, sementara Kina entah pergi kemana.
"ehm..itu..Mami..kamu..ehm.. Maksud Saya kamu gak usah dengerin omongan Mami. Mami kalau bicara suka asal"
Bara menggosok tengkuknya salah tingkah setelah kebisuan yang terjadi di ruang tamu keluarganya yang besar ini.
Hani hanya mampu mengangguk gugup tanpa dapat mengeluarkan suara.
"Kamu.. Apa kamu pernah ke Jerman?"
Tanya Bara tiba-tiba yang membuat wajah Hani pias seketika.
Keringat dingin mulai muncul di dahi Hani.
Sementara Hani meremas tangannya semakin gugup atas pertanyaan Bara.
Bara memperhatikan semua gerak gerik Hani dengan seksama sambil menerka-nerka jawaban apa yang akan keluar dari bibir manis wanita blesteran ini.
********
########
Catatan Penulis π:
Setelah puter otak, akhirnya jadi 1part lagi, π..
Btw, Maaf ya kalau misalnya nanti pas proses penulisan cerita Hani Bara ada bahasa sunda yang salahπ.. Maklum eike cuma turunan aja sunda tapi hampir separo hidup di Jakarta π..
Tolong di koreksi kalau ada yang salah yes bebππ
Happy weekend ππ
##############