Chereads / Chain Of The Past / Chapter 5 - Bag 4

Chapter 5 - Bag 4

Saat ini Bara dan Hani sudah berada di dalam mobil Honda Jazz putih milik Hani dengan posisi Bara yang mengendarai mobil itu.

Lama mereka terdiam karena tidak tahu harus memulai pembicaraan seperti apa karena kenyataannya mereka bukanlah teman atau sepasang kekasih.

"ehm.. Maaf ya.." ucap Bara tiba-tiba sambil mengalihkan pandangannya sebentar kearah Hani lalu kembali melihat kedepan.

Hani menolehkan wajahnya kearah Bara sambil mengernyitkan alisnya bingung.

"untuk?"

"pasti kamu gak nyaman ya karena Mami maksa kamu buat antar aku"

'Aku??'tanya Hani bingung di dalam hati.

Setahu Hani di pertemuan pertama mereka, Bara masih menggunakan sebutan formal dengan menyebut diri Pria itu sendiri'Saya'.

Sejak kapan sebutan formal itu berubah menjadi 'aku'?

Padahal ini kan baru pertemuan mereka yang kedua, apakah mereka sudah sedekat ini?

Tapi mustahil kan? Sementara Hani sepertinya tidak merasa dekat dengan Pria tampan yang duduk di sampingnya ini.

"Apa kamu keberatan? Kalau kamu keberatan, aku bisa naik taksi" ucap Bara kembali.

Bara berfikir mungkin Hani memang merasa terpaksa mengantarnya pulang karena tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Hani.

Bara menepikan mobil Hani dan melepas seat belt yang memerangkap tubuhnya.

Namun ketika Bara hendak membuka pintu mobil, lengannya di tahan oleh jemari lentik yang dimiliki Hani.

"A'a mau kemana?"

"aku mau cari taksi"

Hani mengernyitkan dahinya bingung sambil menatap Bara yang juga sedang menatapnya.

"buat apa A'?"

"buat aku pulang"

"loh.. Bukannya A'a pulang bareng Hani?"

"bukannya kamu keberatan?"

"apa Hani tadi bilang keberatan?" tanya Hani semakin bingung.

Bara menghela napas pelan, lalu menepuk tangan Hani yang berada di lengannya dengan lembut.

"Tadi aku bertanya apakah kamu keberatan mengantarku pulang. Dan sepertinya kamu keberatan karena tidak ada jawaban yang keluar dari mulutmu. Jadi aku lebih baik cari taksi saja" ucap Bara menjelaskan panjang lebar sambil tersenyum kecil.

"tunggu.. Kayaknya A'Bara salah paham deh.."

"kamu tidak perlu memaksakan, aku bisa cari tak.. "

" sumpah deh A', Hani beneran gak merasa terpaksa. Maaf tadi Hani lagi mikirin kerjaan makanya gak dengerin omongannya A'Bara .. "ringis Hani berbohong karena tidak tahu harus mencari alasan apa lagi.

Hani tidak sadar jika tadi dirinya terlarut dalam lamunannya sendiri sampai-sampai tidak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Bara sehingga menyebabkan kesalahpahaman diantara mereka.

" kamu.. Beneran gak keberatan kalau aku nebeng mobil kamu? " tanya Bara ragu.

" kita lanjut jalan lagi aja ya.. Dan Hani beneran gak keberatan kok.. "ucap Hani sambil tersenyum tulus yang seketika membuat udara di sekitar Bara terasa menyempit karena senyuman itu.

" ehm.. Okay.. Kalau begitu bisa tolong lepas tangan kamu supaya aku bisa kembali mengemudi? "tanya Bara untuk meredakan kegugupannya sambil menatap tangan Hani di lengannya.

Hani mengikuti arah pandangan Bara lalu selanjutnya langsung melepaskan lengan Bara dengan segera.

Terlihat semburat merah muncul di pipi wanita anggun ini.

"ma-maaf.. Silahkan kembali mengemudi.." bisik Hani malu sambil mengarahkan pandangannya kedepan tanpa sanggup menatap Bara yang tersenyum geli karena kegugupan Hani.

Bara kembali memakai seat beltnya dan mulai melajukan mobil Hani.

Beberapa saat mereka terdiam sampai akhirnya Bara kembali bersuara.

"Kamu tidak perlu terbebani karena desakan Mami.." ucap Bara sambil menoleh sekilas kearah Hani yang sudah kembali menatap Bara.

"desakan?"

"Iya.. Tentang Kita.. Mami sepertinya mengidolakan kamu banget sampai-sampai memaksakan kehendaknya sendiri. Kamu tidak merasa tertekan sama Mami kan?"

"Maminya A'Bara lucu dan juga baik. Hani gak merasa tertekan sama sekali kok."

"tapi Mami seakan-akan maksa kamu buat suka sama Aku. Aku takut malah jadi beban dipikiran kamu. Jadi apapun yang di ucapkan Mami tolong jangan diambil hati ya"

Hani langsung terdiam mendengar ucapan Bara dan bertanya-tanya dalam hati apakah justru malah Bara yang tertekan karena desakan sang Mami karena terlihat jelas menjodohkan Bara dengan Hani?

Dan kenapa Hani seakan kecewa memikirkan hal itu?

Apakah semudah ini Hani tertarik pada sosok Bara?

"A'.."

"Ya?" Bara menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan didepannya.

"Kalau A'a merasa tertekan karena Mami seakan menjodohkan A'Bara dengan Hani, mungkin A'a bisa bawa pacar A'Bara buat dipertemukan sama Mami. Pasti.. Pasti Mami gak akan mendekatkan kita lagi A'.. Dan.. Dan Hani akan jaga jarak sama A'Bara biar Mami gak semakin jodohin Kita. A'a tenang aja.. "ucap Hani panjang lebar sambil mengarahkan pandangannya kedepan.

Nada yang dikeluarkan Hani terdengar tenang namun entah mengapa Bara merasakan tersirat nada kesedihan di dalamnya.

Bara sampai bertanya-tanya apakah dirinya salah bicara?

Apakah Hani tersinggung dengan ucapannya?

"Hani, aku gak punya pacar untuk bisa dikenalkan ke Mami dan aku gak merasa tertekan atas apapun. Apakah.. tanpa sadar aku nyinggung kamu?" tanya Bara to the point yang membuat Hani kembali menolehkan wajahnya kearah Bara yang juga sedang menatapnya namun kembali mengalihkan pandangan kedepan karena dia sedang mengemudi.

Hani merasa bodoh dan merutuki dirinya sendiri karena tanpa sadar mengeluarkan nada kecewa tanpa sebab.

Ya ampun... Mengapa Ia harus kecewa?

"ahahha.. Nying-nyinggung? Nyinggung apa ya? A'a gak nyinggung Hani sama sekali kok. Ehm..kayaknya udaranya panas ya A'.." ucap Hani salah tingkah dan mengalihkan pembicaraan sambil mengipasi dirinya sendiri dengan kedua tangannya.

"sepertinya AC nya sudah full," Bara melihat suhu AC di mobil Hani yang membuat Hani gelagapan sendiri.

"se-sepertinya ACnya sudah harus di servis.." ucap Hani gugup.

"mungkin kamu bisa lepaskan jaket jeans kamu? Soalnya aku merasa ACnya sudah cukup dingin" ucap Bara sambil memperhatikan jaket jeans biru yang membungkus tubuh Hani lalu kembali mengarahkan kembali pandangan ke depan.

"oh ya?? Ahahhahah..bener juga ya.. Mungkin ka-karena Hani pakai jaket jadi panas. Hahahha.."Hani tertawa garing sambil melepaskan jaket yang melekat di tubuhnya lalu kembali menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dan kembali fokus melihat ke jendela samping.

Bara menoleh sebentar untuk melihat apakah Hani sudah merasa nyaman atau belum setelah wanita itu melepas jaketnya.

Namun detik selanjutnya, Bara mengerem mobil Hani mendadak karena tidak menyangka jika Hani hanya mengenakan tank top broken white jenis tube top yang memperlihatkan bahu mulus wanita itu sepenuhnya karena tank top jenis itu menyerupai seperti kemben.

Terlihat jelas lekuk tubuh Hani dan juga perut rata serta pusar bersih wanita itu karena tank top yang dikenakannya benar-benar berukuran pas.

"A'??? Kenapa?? Apa ada kucing lewat??" tanya Hani panik sambil mengarahkan pandangannya kedepan untuk melihat apa yang membuat kakak dari sahabatnya ini memberhentikan laju mobil.

Untung saja jalanan yang mereka lewati saat ini sedang sepi.

Bara masih menarik napas dalam lalu membuangnya guna menekan 'sesuatu' yang memberontak di dalam tubuhnya.

Padahal di Jerman sana Bara sudah terbiasa melihat wanita berpakaian lebih terbuka dari Hani, tapi entah mengapa hanya Hani yang bisa membuat Bara panas dingin seperti ini.

Dan apakah wanita ini tidak sadar jika dirinyalah penyebab Bara mengerem mobil Hani secara mendadak?

"ehm.. Bu-bukan kucing lewat. Tapi sepertinya aku juga kepanasan." ucap Bara gugup tanpa sanggup menatap Hani sambil kembali melajukan mobil wanita itu.

"benar kan? Berarti ACnya memang harus di servis" ucap Hani polos tanpa tahu Bara sudah berkeringat dingin dengan seluruh tubuh merasa kegerahan karena tubuh berlekuk wanita itu.

"gak bisa kayak gini! Yang ada gw malah gak konsen buat nyetir!" bisik Bara tajam pada diri sendiri sambil sebelah tangan memijat dahinya.

"kenapa A'?"

"hmm?" tanya Bara balik namun tidak memalingkan wajahnya sedikitpun kearah Hani yang mana akan membuat Bara bisa-bisa berteriak frustasi.

"A'a tadi ngomong apa?"

"a-aku haus. Lebih baik kita mampir sebentar di mini market itu" ucap Bara sambil menunjuk mini market yang tak jauh di depan mereka.

"oke.."balas Hani singkat.

Setelah beberapa saat, mobil Hani sudah terparkir cantik di depan mini market yang di tunjuk Bara.

"ayo keluar.." ajak Bara yang sudah lebih dahulu turun dari mobilnya.

Bara membungkukkan sedikit badannya untuk melihat Hani.

Bukannya keluar, Hani seperti sedang gelisah dan menggigit bibirnya sendiri.

"ada apa?"

"eengg... Itu.. Hani boleh nggak kalau titip minum aja A'?" tanya Hani ragu sambil menatap Bara cemas.

"kenapa? Kamu pusing? Atau lelah? atau kamu lemas? " tanya Bara beruntun dengan wajah khawatir yang tercetak jelas diwajahnya.

Hani menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu tersenyum canggung.

"ehmm.. Maaf Hani bukannya sok ngartis, tapi terakhir kali Hani pergi ke mini market sendiri tanpa asisten Hani, banyak yang minta foto dan tanda tangan sampai Hani sempat cedera di pergelangan kaki karena di dorong-dorong.. Hani takut bakal kejadian kayak gitu lagi dan buat asisten Hani di damprat sama manager Hani karena lalai jaga Hani padahal yang salah itu Hani. " ucap Hani dengan nada penuh penyesalan.

Setelah mengatakan itu, Hani memperhatikan suasana mini market yang sedikit ramai apalagi mini market yang mereka datangi menyediakan tempat duduk di depannya yang cocok untuk anak muda sekedar nongkrong bersama teman mereka.

"aku akan lindungi kamu" ucap Bara menenangkan namun Hani menundukkan kepalanya lalu kembali menatap Bara.

"Pasti nanti kita bakal masuk forum gosip lambe-lambean A'" Hani tersenyum kecil "dan Hani gak mau A'Bara repot kalau harus sampai dikejar-kejar wartawan."

Bara terdiam sesaat karena ucapan yang keluar dari bibir Hani.

Hampir saja Bara lupa jika sahabat baik adiknya ini adalah salah satu artis yang sedang naik daun di negara ini.

Apalagi Bara sempat membaca berita gosip beberapa hari yang lalu, berita tentang Hani yang di tuduh berselingkuh dengan lawan mainnya yang notabene sudah memiliki seorang istri.

Hani di tuduh sebagai pelakor karena terlihat terlalu dekat dengan aktor pria tersebut.

Nyatanya Hani sama sekali tidak pernah ada hubungan dengan sang aktor.

Dan ternyata itu semua hanya perbuatan para haters Hani yang menyebarkan gosip dan mengarang cerita.

Untung saja pihak manajemen artis wanita itu bisa membongkar kebenarannya dan akhirnya gosip mereda dengan segera.

Bara menghela napas pelan karena tahu pasti Hani masih takut kembali mendapat hujatan para hatersnya.

"Sorry ya.. Aku lupa kalau kamu gak bisa sembarangan menunjukkan diri di depan umum walaupun sebenarnya aku gak merasa di repotkan. Tapi aku juga sadar kalau kamu juga nanti pasti akan repot kalau gosip tentang kita beredar " Bara mengusap tengkuknya gugup

"bukan gitu A'. Hani.."

"kamu mau minum apa?" potong Bara selanjutnya sebelum Hani menyelesaikan ucapannya.

"A'a gak tersinggung kan?"tanya Hani cemas.

Bara tertawa renyah mendengar pertanyaan Hani.

"Aku gak tersinggung sama sekali kok. Kan tadi aku bilang mau lindungi kamu. Dan salah satu caraku melindungi kamu adalah dengan mencegah nyinyiran netizen julid kalau kata orang-orang sekarang" cengir Bara yang langsung membuat wajah Hani merona karena tersanjung.

"Jadi kamu mau minum apa?" tanya Bara kembali.

"emm.. Air lemon boleh A'." Hani merogoh tasnya dan mengeluarkan dompet dari sana.

"mau apa kamu?" tanya Bara sambil mengernyitkan dahi tak suka.

Hani menghentikan pergerakan tangannya yang sedang membuka dompet lipat wanita itu.

"mau kasih uangnya.." balas Hani polos yang dibalas Bara tatapan tajam.

"Aku gak bakal langsung bangkrut hanya karena beliin kamu minuman dingin kan? Jadi masukkan kembali dompetmu kedalam tas" ucap Bara datar sambil menatap Hani tajam dan hal itu sanggup membuat Hani menelan salivanya susah payah.

"aku kedalam sebentar, kamu tunggu di sini ya dan Aku tidak akan lama" Bara kembali menegakkan badannya dan menutup pintu mobil Hani tanpa menunggu jawaban dari wanita itu.

Hani menghela napas lega ketika tak lagi melihat tatapan tajam pria yang sudah melangkah menuju pintu masuk mini market itu.

"ya ampun A' tatapan lo bisa biasa aja gak? Bikin orang terbakar aja. Mentang-mentang nama situ Bara!" sungut Hani sambil mengoceh sendiri.

"kok lama-lama nih AC dingin lagi ya?"

Hani kembali memakai jaket jeans nya karena bergetar merasakan hembusan AC mobilnya yang memang dingin sedari tadi.

Sementara itu di dalam mini market, Bara menuju chiller minuman yang ada di sana, membuka pintunya dan mengambil minuman pesanan Hani, tak lupa juga Bara mengambil minuman soda kaleng untuk dirinya sendiri.

Bara melangkah menuju kasir dan mulai mengantri untuk membayar.

"gimana caranya buat bilang sama wanita itu kalau dia lebih baik pakai jaketnya ya? Tapi kalau gw bilang, mau di taruh dimana muka gw, sedangkan gw yang kasih saran biar dia buka jaket! Ck.. Bisa gila gw kalau harus lihat penampilan dia yang menggoda itu! Bisa-bisa 'milik' gw tegang terus ini sepanjang jalan! Dan kenapa juga otak gw jadi semesum ini dari sejak pertama kali lihat tuh cewek?? Ya ampun.. Mam.. Maafkan anakmu ini yang otaknya udah terkontaminasi gara-gara idola Mami itu! "gerutu Bara tanpa sadar.

" Maaf Kak, apa ingin menambah barang lain lagi? "tanya kasir mini market itu membuyarkan lamunan Bara yang langsung tersadar jika ternyata sudah gilirannya membayar minuman yang berada di tangan pria itu.

"eh.. Eng-enggak mbak. Ini saja."

Bara meletakkan minumannya sambil tersenyum malu karena sang kasir tersenyum geli karena sepertinya tahu jika Bara berbicara sendiri seperti orang gila.

'sial!!' erang Bara dalam hati.

Setelah selesai transaksi, Bara kembali menuju mobil Hani sambil meminum minumannya terlebih dahulu sampai minuman bersoda itu habis tak bersisa lalu membuang kalengnya di tempat sampah yang berada tak jauh di sana.

Setelah sampai di depan mobil Hani, perlahan Bara membuka pintu mobil wanita itu.

Bara menarik dan membuang napasnya guna mempersiapkan diri untuk bertahan sepanjang perjalanan.

"mending langsung masuk dan duduk tanpa lihat Hani! Ok?? Lo bisa Bar!!Lo bisa!! " Bara memberi semangat pada dirinya sendiri sambil mengepalkan sebelah tangannya.

"ini minumannya" Bara langsung duduk dan memberikan plastik minuman itu pada Hani tanpa melihat kearah wanita itu.

"A'a kenapa?" tanya Hani bingung karena melihat sikap Bara yang aneh dan seakan tak ingin melihatnya.

"A-aku gak papa kok.."

Bara kembali memakai seat belt nya dan mulai menyalakan mobil dan melajukannya perlahan.

"Makasih ya A'minumannya." seru Hani lembut setelah menenggak sedikit minuman yang berada di tangannya itu.

"sama-sama" balas Bara datar terkesan dingin.

Hani semakin dibuat bingung oleh sikap Bara yang menurutnya aneh itu.

"apa Hani terlalu nyeremin ya?" tanya Hani tiba-tiba karena jujur saja sedikit tersinggung atas sikap Bara yang tiba-tiba berubah tak bersahabat setelah kembali dari mini market itu.

"apa?" tanya Bara sambil masih mengarahkan wajahnya kedepan.

"Muka Hani nyeremin ya? Sampai A'a kayaknya gak berani lihat kearah Hani? Atau Hani ada salah sama A'a sampai tiba-tiba sikap A'Bara jadi dingin? "

Bara kembali mengerem mobil Hani mendadak untuk kedua kalinya karena tak menyangka Hani menanyakan hal itu sampai mobil yang berada di belakang mereka membunyikan klakson panjang tanda si pengemudi marah dan mendahului mobil Hani yang berhenti tiba-tiba.

Bukan maksud Bara bersikap dingin pada Hani, tapi karena mencoba menekan 'sesuatu' di tubuhnya, tanpa sadar Bara memperlakukan Hani seperti itu.

"WOY!! KALAU MAU PARKIR DIPINGGIR!! JANGAN DITENGAH JALAN!! MAU BIKIN CELAKA ORANG LO!!!" teriak pengemudi mobil yang tadi membunyikan klakson penuh emosi sambil menatap murka Bara yang sudah membuka jendela mobil Hani.

"Maaf Pak.." ucap Bara penuh penyesalan yang dibalas delikan tajam pengemudi itu lalu selanjutnya menutup kembali jendela mobilnya sambil berlalu begitu saja.

Bara menghela napas berat sambil menutup kaca jendela mobil Hani lalu mengarahkan pandangan kearah wanita itu.

"kamu gapapa?" tanya Bara cemas sambil memegang sebelah bahu wanita itu karena Hani seperti shock atas kejadian yang baru saja terjadi.

"Honey?" tanya Bara kembali dan panggilan itu berhasil menyadarkan Hani dan langsung menoleh cepat kearah Bara.

"nama aku Hani A', bukan Honey" ucap Hani sambil mengerjapkan matanya polos.

"oh.. Okay.. Honey,kamu gak papa?"

"Hani A', bukan Honey!" ucap Hani kembali memperingati Bara dengan nada sedikit jengkel.

Apa Kakal dari sahabatnya ini tidak mendengar dengan baik?

"Maaf, sepertinya karena terlalu lama tinggal di Jerman, jadi mulutku ini agak bule.." cengir Bara lalu melepaskan tangannya dari bahu Hani dan mulai kembali melajukan mobil wanita itu karena sepertinya Hani baik-baik saja jika dilihat dari tatapan jengkel wanita itu karena Bara salah menyebut namanya.

Lagipula dia sudah beberapa kali kena tegur klakson oleh mobil-mobil yang lain karena mobil Hani masih berhenti di tengah jalan.

Sementara Hani hanya menatap kakak dari sahabatnya itu tak percaya.

Hani lalu mengarahkan pandangan ke depan dengan wajah bingung sepenuhnya karena Bara terlihat seperti menggodanya.

'A' Bara kok berubah-ubah gini sikapnya? Tadi dingin, sekarang malah senyum-senyum gak jelas. Trus dia gak mungkin sengaja manggil gw Honey kan ya? 'tanya Hani dalam hati sambil melirik Bara diam-diam.

Sementara Bara masih tersenyum simpul namun selanjutnya senyum itu lenyap dan langsung menatap Hani tiba-tiba.

"kamu.. Sejak kapan pakai jaket kamu lagi?" tanya Bara sambil memperhatikan penampilan Hani dan jalan secara bergantian.

"dari sejak A'a keluar buat beli minum. Tau-tau AC nya berasa dingin banget, jadi Hani pakai lagi jaketnya"

Jawaban Hani sontak membuat Bara melebarkan matanya.

"Oh God!!" erang Bara frustasi lalu selanjutnya tertawa tak percaya.

Seandainya dia tadi melihat Hani terlebih dahulu, tidak mungkin dia mengerem mobil Hani secara mendadak dan kejadian dia di damprat pun pasti tidak akan terjadi.

Bara geleng-geleng tak percaya sambil masih tertawa karena kebodohannya.

"Ada yang lucu A'?"

"hmm.. Hahhaha.. Gak ada Honey.." balas Bara sambil berusaha menghentikan tawanya.

"A', sekali lagi Hani kasih tahu, kalau nama aku itu H-A-N-I, bukan H-O-N-E-Y.."

Bara kembali tertawa lalu melirik Hani yang menampilkan wajah bingung.

"aku tahu Honey.. Tapi serius deh lidahku kayaknya gak bisa panggil nama kamu dengan benar."

"ya dicoba aja dulu.."

"apa?" tanya Bara sambil menoleh sebentar kearah Hani.

"coba panggil nama Hani dengan benar"

"ehm..okay..Ha.. Ha.." Bara terlihat berusaha keras memanggil nama Hani dengan benar lalu selanjutnya Pria itu menghela napas berat "serius aku gak bisa Honey..tolong jangan paksa aku.." ucap Bara dengan nada menyesal.

"apa sesulit itu?"

"hhmm.." Bara hanya menjawab dengan gumaman yang semakin membuat Hani mengernyitkan dahinya semakin dalam.

'seriusan ini A'Bara gak bisa panggil nama gw? Ni orang gak sok-sok bule kan? Ngomong pakai bahasa Indonesia aja lancar banget, masa manggil nama gw gak bisa bener? '

Hani masih memperhatikan Bara yang fokus pada jalanan di depannya.

Sebenarnya sih tidak masalah Bara ingin memanggilnya seperti itu, namun entah mengapa setiap kali Bara memanggilnya ' Honey ', dada Hani bergetar dan Hani merasakan hangat di sekujur tubuhnya.

'seriusan kan gw gak lagi jatuh cinta sama A' Bara?? Aarrggghh!!! Bodo deh! '

Tanpa sadar Hani mendengus kesal karena bingung dengan perasaannya sendiri.

"ada apa?"

"eh.. Eng-enggak ada apa-apa A'" ucap Hani gugup sambil mengalihkan pandangan keluar jendela mobilnya untuk melihat pemandangan di luar mobil.

Sementara Bara diam-diam tersenyum kecil karena kepolosan yang diperlihatkan wanita separo bule ini.

Padahal Bara memang sengaja memanggil wanita itu Honey yang entah mengapa memang terasa benar di lidahnya.

Beberapa saat mereka terdiam sampai akhirnya Hani menegakkan tubuhnya lalu menatap Bara sambil menunjuk perumahan yang sudah mereka lewati.

"A'! Itu.. Itu rumah A'a kelewatan!" ucap Hani panik yang malah dibalas Bara tawa kecil.

"Gak kelewatan kok. Aku memang niat antar kamu pulang"

"kok gitu?? Mami kan pesennya Hani harus antar A'a pulang!"

"ck.. Gak usah dengerin Mami. Yang seharusnya nganter pulang itu pria bukan wanita. jadi rumah kamu dimana, Honey?" tanya Bara melirik Hani sekilas.

"tapi terus A'Bara naik apa nanti?"

"kalau kamu lupa, kendaraan online sudah menjamur di negara kita. Aku tinggal pesan entah itu ojek online atau taksi online. Jangan khawatir"

"Nanti A'a bawa mobil Hani aja kalau gitu"

"No, thanks. Aku naik kendaraan online saja. Bay the way, apa rumah kamu masih jauh?" tanya Bara kembali sambil memperhatikan jalanan karena Hani belum juga memberitahu alamat rumahnya.

Setelah terdiam beberapa saat, Hani menyebutkan sebuah perumahan tempatnya dan sang Papa tinggal.

" Okay.. Kalau begitu Kita pulang ya tuan putri" ucap Bara jenaka yang sontak membuat tubuh Hani menegang.

Bukankah selama ini hanya sang Papa yang memanggilnya dengan sebutan 'tuan putri'? Mengapa Pria di sampingnya ini menyebutnya seperti itu?

Mungkinkah hanya kebetulan?

Hani menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak.

Tidak mungkin Bara tahu panggilan kesayangan sang Papa tercinta untuknya.

Ya.. Mungkin memang kebetulan.

"Makasih A'" ucap Hani setelah berhasil menjernihkan pikirannya.

"Gak perlu berterima kasih. Karena ini sudah menjadi tugasku"

"tugas?" tanya Hani bingung sambil menatap Bara yang dibalas Bara tatapan meneduhkan tanpa menjawab pertanyaan Hani dan detik selanjutnya, Bara kembali fokus pada jalanan di depannya dan membiarkan Hani kebingungan sendiri atas ucapan ambigu Pria itu.

'Ya,tugas. tugas melindungi kamu dari sejak Mami menjodohkan Kita. Ini juga salah satu caraku bersyukur karena pertemuan kita.. ' Bara menjawab pertanyaan Hani dalam hati sambil melirik Hani diam-diam dengan senyum kecil yang tak pernah lepas dari bibir pria itu.

Bara tidak pernah sesenang ini dalam hidupnya.

Wanita separo bule ini berhasil membuat hati Bara berbunga-bunga hanya dalam hitungan detik sejak pertama kali Bara melihatnya.

'Takdir sepertinya berpihak padaku karena kita bertemu lagi, Honey "ucap Bara dalam hati sambil menatap Hani sekilas dan tersenyum kecil ketika pandangan mereka bertemu yang dibalas Hani senyum sopan lalu wanita itu kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela guna menghindari tatapan laser Bara.

Tatapan yang entah mengapa menimbulkan getaran di hati wanita itu.

*************

##########

Catatan Penulis πŸ‘‡:

Aku sedang berusaha UP setiap hari😁..

Tambah aneh keknya ya ceritanya?

Kalau2 kalian merasa ceritaku tambah gak jelas bisa bantu aku kasih komen yang membangun yaπŸ˜ŠπŸ™ πŸ™ πŸ™..

Ingat loh yang membangun bukan membully🀣🀣..

Okaylah kalau begitu.. See you all😘😘😘😘

##############