Chereads / Touch my heart / Chapter 15 - Siapa suamiku?

Chapter 15 - Siapa suamiku?

Tarrrrr..... gelas bening ditangan Safira melesat ke lantai marmer saat ia melihat wajah Ryuji suaminya penuh dengan lebam.

"Aaaaaaa.."

"Kamu kenapa?"

Semua orang yang berada di dapur rumah megah itu mematung tak menjawab pertanyaan Safira. Ryuji memberikan isyarat pada nyonya Mo untuk membawa Safira kembali ke kamarnya, namun Safira menolak ia masih berdiri dihadapan Ryuji matanya berkaca- kaca menuntut penjelasan dengan sisa keberanianya.

"Aku akan menjelaskanya padamu besok, sekarang pergilah kekamarmu." kata Ryuji tanpa melihat Safira yang hampir pingsan ketakutan.

Semalaman Safira menangis dan baru menjelang subuh dia bisa memejamkan matanya, dia terus bertanya siapa sebenarnya orang yang ia nikahi??? apakah ia benar seorang pengusaha??? atau dia adalah seorang interpol yang menyamar??? atau buruknya dia adalah mafia berkedok pengusaha kaya raya??? pertanyaan itu terus memenuhi isi kepalanya hingga terbawa mimpi.

Hari berganti seorang pria berdiri membelakangi Safira, wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya tersentak dengan keberadaan suaminya itu, yaa selama menjadi istri Ryuji dia hampir tak pernah melihat suaminya saat ia membuka matanya dan tertidur sebelum suaminya pulang, pertemuan mereka tak pernah berpangsung lebih dari dua jam tiap harinya.

Safira menggenggam erat handuk kimononya ia tersadar sedang tak mengenakan apapun kecuali baju handuk itu terlebih dia sangat takut Ryuji bertindak diluar dugaanya "Bukankah aku sudah seperti ikan asin yang menyodorkan dirinya pada kucing kelaparan?" batinya.

"Aku masih mau ganti baju tunggulah di luar!" katanya.

Ryuji berbalik menampakan wajah penuh lebam yang masih keunguan pada istrinya, ia masih bersikap dingin dan sangat kaku tatapanya tertuju pada Safira yang sedang berdiri di tengah pintu pembatas kamar tidur dan ruang ganti baju.

"Mengapa aku merasa kamu sedang menggodaku istriku?"

Safira menelan ludahnya mentah tubuhnya menegang mendengar perkataan Ryuji

"Apa maumu?"

"Bukankah semalam kamu sangat ingin tahu apa yang terjadi padaku?"

"I...iya tapi biarkan aku ganti baju dulu"

Ryuji menyetujuinya dia meninggalkan kamar dan menunggunya di meja makan.

Safira berjalan menuruni anak tangga melengkung yang tebuat dari kaca khusus, tak butuh waktu lama Safira sudah berada di kursi meja makan berhadapan dengan Ryuji

"Katakan siapa kamu sebenarnya??? perampok?? koruptor?? atau mafia??." tanya Safira mengintimidasi dengan terus menghujani sorot matanya yang tajam.

"Ha...ha...ha... kamu bisa berfikir seperti itu?? Safira aku tidak percaya gadis lulusan universitas terbaik Amerika memiliki fikiran seperti itu pada suaminya sendiri."

nyonya Mo, tuan Tomo, Yurin dan beberapa asisten rumah tangga dirumah kaca itu tertegun melihat Ryuji terbahak lepas.

"Apa kamu sedang mengejekku Ryuji?"

Ryuji kembali menatapnya dingin "Aku adalah seorang pengusaha seperti yang kamu kenal, bisnisku diberbagai bidang membuatku menjalin relasi dengan para pengusaha asing Amerika, Jerman, Korea, Spanyol, Paris, Cina, Indonesia dan masih banyak lagi pengusaha dari Negara asing lainya yang kuajak berbisnis. beberapa ada yang sukses tapi beberapa ada yang tersendat, kali ini ada suatu proyek pembanguna besar yang melibatkan aku didalam pengerjaan proyek itu. tapi sayangnya beberapa perusahaan yang gagal tak terima dan mereka menyewa beberapa preman untuk memberiku pelajaran."

mendengar perkataan Ryuji, Safira terbelalak dan mulutnya yang menganga ditutupi denga kedua tanganya. Safira terlihat shock mendengar kisah suaminya, dia berfikir dalam benaknya "apa aku sedang bermimpi??? apa aku sedang berada dalam sebuah film ection?? ini seperti tidak nyata bagi Safira yang menjalankan bisnisnya adem ayem mengalir apa adanya tanpa pernah berhubungan dengan preman.

Ryuji mendapati wajah Safira yang pucat karena ketakutan mendengar penjelasannya, Ryuji tampak sedikit cemas melihat hal tersebut tapi ia selalu memiliki cara menyembukan suasana hatinya bak telah terlatih sejak lama.

"Tenanglah kamu tidak akan pernah disentuh mereka, karna perusahaanmu yang masih tergolong kecil dan berada di negara berkembang dan selama kamu tidak melakukan kesalahan."

" A...Apa maksudmu?? kesalhan apa?"

"Hah sudahlah itu tidak akan pernah terjadi, karena kamu sangat mencintaiku bukan?"

Mendengar semua perkataan Ryuji pagi ini membuatnya merasa kenyang tanpa harus menelan sebutir nasi, dia ingin sekali memukuli wajah Ryuji yang masih penuh dengan lebam itu sekuat tenaganya, dalam hatinya ia menjerit karena kesal, mimpi buruk sedang ia alami dan ia tak sanggup membuka matanya, Safira mendekatkan wajahnya pada Ryuji dan menatap dalam- dalam rahangnya mengeras dan ia berkata dalam suara yang penuh kemarahan "Aku sangat membencimu tuan Ryuji Tanaka."

Ryuji masih dengan wajahnya yang dingin menyeringai mendengar hardikan istri barunya itu lalu kemudian meninggalkanya sendiri di meja makan

***

Ryuji bersama tiga koleganya sedang melakukan rapat tertutup di sebuah rumah makan Jepang yang dirancang untuk privacy. Mr. David seorang pengusaha asal Jerman duduk bersila didepan Ryuji yang terpisahkan dengan meja diantara mereka, disamping Mr. David seorang wanita dengan rambut blonde dan mata birunya juga duduk dengan tenang menatap wajah tampan Ryuji ia adalah seorang pengacara yang cukup ahli dibidangnya bernama Mrs. Victoria sedang seorang lainya duduk disamping kanan Ryuji. Pria yang memiliki kontur wajah asia itu adalah tuan Lu Jinan seorang pejabat berasal dari negri Cina.

"Mr David apakah ada masalah serius hingga anda meminta saya untuk hadir di rapat tertutup?"

Mr.David mengeluarkan beberapa berkas dari dalam tasnya "Saya telah memeriksa semua dokumen yang anda kirim, tidak ada masalah besar perusahaan distributor mobil kita berjalan lancar di Cina."

Ryuji menoleh pada Mrs.Victoria, wanita bule itu menangkap sinyal Ryuji, ia mengeluarkan beberapa berkas juga "Perijinan untuk bisnis anda di Cina juga tidak menemui kendala tuan."

"Lalu apa yang membuat kita berkumpul disini?" tanya Ryuji dengan wajah tenang

tuan Lu angkat pun bersua "Tuan Tanaka ... persaingan bisnis di Cina sedang memanas bahkan kamu dari pemerintahan tidak dapat membendung geliat persaingan pasar bebas ini, hampir semua pengusaha menjalin hubungan dengan para pejabat untuk mendapatkan suatu proyek besar."

"Benar yang dikatakan tuan Lu, tuan Tanaka banyak terjadi kejanggalan dalam menjalankan bisnis kita di Cina. meskipun terlihat lancar nilai keuntungan kita menurun drastis bulan ini." tambah Mr.David

"Bahkan geliat bisnis di Cina juga sudah mulai menjalar kebeberapa negara lainya seperti Amerika dan Italia, beberapa kasus penjegalan tidak bisa dihindari bahkan polisi tidak mampu melacak siapa pelaku dibalik semua kasus itu" Imbuh Mrs.Victoria membenarkan

tuan Lu tak mau kalah menyampaikan penilanya "Sebagian besar dari mereka menyewa preman dan para komplotan mafia digaris hitam mereka untuk menyerang lawan bisnis yang mengancamnya."

"Pantas kemarin ada sekelompok orang mencegatku ditengah jalan."

Orang - orang diruangan itu tercengang mendengarnya dan mulai faham dari mana asal lebam dan beberapa luka robek di wajah Ryuji.

"Tuan ..... saya sarankan untuk lebih berhati- hati jika anda bisa menghindari maut kemarin, tak ada yang bisa menjamin keselamatan anda besok karena bisnis anda semakin berkembang pesat disegala bidang tahun ini." kata tuan Lu menasehati

"Aku akan terus waspada tuan Lu." Ryuji membungkukan sedikit badanya kearah tuan Lu menghormati dan berterimakasih. tapi tuan Lu melanjutkan kata -katanya

"Waspadalah tentang istri anda juga karena beberapa kasus di Cina dan Amerika jika ikanya tak tertangkap setidaknya mereka bisa mencabik kulitnya dengan kail di pancingnya."

Ryuji kembali dengan tatapan mata kosong ia seperti fikiranya melayang jauh keawang - awang teringat Wanita yang telah ia nikahi sebulan lalu sedang berada dirumah tanpa penjagaan, suasana hatinya bercampur aduk hingga dia sendiri tak mampu memastikan apa yang ia rasakan. Rahangnya kembali mengeras dan kepalan di tanganya tersaji diatas meja makan berbentuk persegi itu.

Tak pikir panjang lagi tanpa sepatah kata yang keluar dari bibir tipisnya ia meninggalkan ruang makan itu secepat kilat.