Rania adalah cahaya di kegelapan seorang Ara. Cahaya itu menjadi sangat penting dan sangat dibutuhkan ketika seseorang sedang berada di dalam Kegelapan. Dia Rania, adalah cahaya buat Ara. Ketika Ara menghadapi masa masa Dark Night di dalam kehidupan nya, dan dia merasakan di dalam jiwanya yang terdalam. Rasa kosong tiba tiba menghantuinya ketika dia ingin berhijrah dari dunia hitam, yaitu dari perilaku bermaksiat nya, agar menjadi seorang yang suci dan sholeh sebagaimana ketika dia masih SMA. Di SMA dia adalah anak Rohis. Artinya, semua orang tahu bahwa dia orang yang baik. Dia bukan tipe yang gampang sekali mempermainkan hati wanita. Namun hari ini, dia adalah seorang Playboy yang gampang sekali gonta ganti wanita dan bermaksiat kemudian terkadang diapun mudah sekali untuk mabok-mabokan bersama dengan teman -teman gaulnya. Kehidupan ibukota Jakarta membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Ara tidak pernah ingat sholat, dan selalu bangga jika bisa bermaksiat. Wanita dan kehidupan malam bukan hal yang aneh bagi seorang Ara. Inilah kehidupan kota Jakarta yang sudah dijalaninya selama 4 tahun. Ara menjadi sosok yang sangat materialistik dan menilai seseorang hanya dari uang. Ara hanya mau berteman dengan wanita dan lelaki yang kaya raya yang bisa memberinya uang dan kemewahan. Ara mulai merasa sepertinya ada yang salah dalam kehidupannya. Sepertinya dia tidak akan menemukan wanita baik dan sholehah jika dia terus bergumul dengan lumpur dunia dan jalan yang sesat. Hati kecilnya mulai berbicara, bagaimana mungkin akan bisa memiliki keluarga yang sehat jika aku sebagai seorang suami dan ayah memiliki perilaku seperti ini. Bagaimana aku bisa menafkahi keluargaku dan bisa menuntun keluargaku ke jalan yang lurus jika jalanku seperti ini. Aku harus menikah dengan wanita yang Sholehah dan memiliki keluarga yang sakinah. Sosok Rania adalah impianku dan aku harus berubah demi Raniaku. Inilah fikiran Ara setiap hari.
Selama 4 bulan lamanya, Ara berusaha keras untuk merubah karakternya, dan mulai merasakan keinginan untuk memberikan komitmen menjalani hubungan menuju pernikahan dan Ara mulai sholat 5 waktu termasuk sholat Jumat. Ara mulai menemukan cahaya dan mulai menyentuh kitab sucinya yaitu AlQuran yang sudah lama hanya menghiasi lemari belajarnya tanpa pernah sempat untuk ia sentuh. Ara bertobat dari gelapnya perjalanan hidup dimasa mudanya dan Ara mulai merasa bahwa dia sudah tidak muda lagi dan harus bersiap menuju pernikahan yang penuh limpahan karunia dari Yang Maha Kuasa. Ara tidak mau dosa-dosanya akan membuatnya malu dan semakin menutup langkah dari pertemuannya dengan cinta sejatinya yaitu Rania.