Chereads / Beautifull Life With Hers / Chapter 12 - Hubungan

Chapter 12 - Hubungan

Aku tersenyum puas, aku memang nggak egois, biar Risya-san dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya, aku bisa menyusul kemudian dan Risya selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia bergetar kegelian. Kutelan semua cairan lendir Risya, sementara itu penisku masih berdiri tegak.

Onichan cepat masukin penisnya sayang, udah mau tidur nih.., lemas, ngantuk, katanya.

Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.

"Sayang, enak..... Ough.., sempit lagi sayang..." sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.

Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di dalam vaginanya, kemudian kaki kanan Risya kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua kakiku. Risya-san memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas.

Dengan posisi demikian, kumasukan terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Risya-san mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu memasukkan penisku sampai dasar vaginanya.

"Oh, Sayang, oh... nikmat sekali sayang", desahku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vaginanya yang memijat-mijat dan menyedot-nyedot.

Hideki Onichan aku mau keluar lagi, oogghh.... enak...., dia mulai mendesah keenakan.

Aku semakin bersemangat memasukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam vagina nya yang hangat membara.

Kubalikkan tubuhnya supaya ia telungkup dan dengan bertumpu pada kedua tumitnya aku lakukan dengan gaya doggy style, supaya penisku bisa kumasukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah.

Pada posisi menungging begitu, aku dan Risya-san selalu merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.

Hideki Onichan..... terus... masukkin sayang", Risya-san mulai mengerang lagi ke enakan dan pantatnya semakin maju mundur sehingga lubang vaginanya terlihat jelas menelan semua batang penisku.

Blleess, shhoott.. bleess.. sroott, sreett crreeckk.. gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.

"Sayang.., oogghh.. aduh....., Risya-san..... em...., aku mau keluar....., oh...!!" aku mengerakkan maju mundur pingangku semakin lemas menahan kenikmatan yang tak tertahankan.

Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar apartemen miliknya.

Onichan..., ooh...., terus... masukin Onichan....." Risya-san merintih-rintih ke asyikan, kelihatannya akan klimaks lagi.

Rupanya Risya-san nggak mau tahu kalau saat itu akan diakhiri dengan kemenanganku, dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti.

Risya-san memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku, sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku. Aku memberi kode agar Risya-san mendekatkan vaginanya ke mukaku.

Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya. Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Risya-san melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah dan membenamkan vaginanya ke mukaku.

Onichan..., oh...., Onichan....., nikmat...., Onichan..... terus...., aduh....., oh....., em....., gila...., em....., terdengar suara lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia bergetar dan melenguh keenakan. Lenguhan Risya-san kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.

Waktu itu aku bertemu dengan Risya-san di Tokyo, kebetulan ia juga sedang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan. Setelah ia resmi tinggal di Tokyo aku dan dia sering menjalin kasih. Sebenarnya ia sering mengajak ku tinggal bersama di apartemennya, wajar karena aku tidak diijinkan ayahku untuk menyewa apartemen. Risya-san adalah kekasihku saat ini, meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing. Terkadang aku bingung apakah aku benar-benar mencintainya. Terlebih sejak aku memerawani dia di rumahnya, dan ia menyatakan cintanya padaku.

Ia adalah sepupuh ku, di jepang tidak masalah jika aku menikah dengannya, tapi aku sendiri sadar bagaimanapun ia haruslah mendapatkan pria lain.

Risya-san kembali kuminta terlentang, karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya dan mendengar lenguhannya di depan mataku, dan rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi sambil berada di atas tubuhnya yang mulus seksi, terkadang sambil meremas buah dadanya yang putih padat.

Kumasukkan lagi segera penisku kelubang vaginanya.

"Blleess. Aku sudah tak tahan lagi menahan gumpalan spermaku di ujung penisku. Kupompa penisku keluar masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku, sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya. Kuangkat kaki kanan Risya ke atas, sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju mundurkan pinggulku dan penisku, Risya meringis dan melenguh keenakan.

"Onichan.... terus..... Onichan..... oh....., penis Hideki enak..... oh..., em..... em.... aduh....", desahnya

Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh. Aku semakin bernafsu memainkan penisku dan menarik batang penisku dari vagina Risya-san yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.

"Oh..... Sayang..... oh.... ikut goyang dong Sayang..., oh..... Onichan mau... keluar....." aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran, nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Risya-san sayangku.

Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan kelubang vaginanya.

"Onichan..., aduh..., bareng yuk.. Onichan.. aku mau keluar.. lagi", Risya-san meminta aku menindihnya dan menciuminya.

Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut, bibir dan lidahnya.

"Oh..... yuk. bareng..... Onichan.... ah.... aduh... akh.....", desahnya.

Badan kami saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Risya, rasanya nggak ada lagi tersisa. Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali.

Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Risya-san bergetar geli dan melenguh.

"Hideki Onichan.... udah ah... matanya terpejam puas.

Kuciumi dia, kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk. Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.

Sepulang dari kuliah, aku dan Risya masih selalu bertemu di apartemennya ataupun di beberapa hotel di Tokyo. Hubungan ku seakan tidak bisa lepas darinya semenjak ia kuliah disini. Tapi memang karena takut pemilik kost curiga aku tidak terlalu sering, tahun depan memang aku sudah rencana keluar dari rumah kost itu berhubung juga ayah sudah memberikan kebebasan terhadapku mau tinggal dimana. Karena ia menilai aku sudah siap masuk ke dunia kerja yang lebih padat jadwalnya.

Dengan ini lah yang membuat aku yakin untuk bisa tinggal di apartemennya Risya, meskipun Risya telah mengatakan kalau aku bebas tinggal disini kapanpun aku mau. Tapi tetap saja aku menghormati perintah ayahku, bukan berarti aku anak manja hanya saja apa yang memang ayah ku perintahkan padaku akan kuhormati.

Risya-san sangat memaklumi hal itu mengingat ia juga tahu bagaimana sikap ku pada ayah, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan ku mengingat akan berbahaya jika orang tua kami tahu hubungan kami karena itu artinya kami akan diminta untuk segera menikah.

Tanpa terasa aku dan Risya-san sudah tinggal bersama selama satu bulan, bahkan hampir semua baju-baju ku ada di tempatnya. Karena kami sering melakukan hubungan seks, kami pun memutuskan untuk melakukan pencegahan dengan meminta Risya-san untuk menelan obat anti hamil agar tidak terjadi kehamilan yang tak terduga.

Tanpa terasa pula aku sudah menjalin cinta dan berhubungan intim dengan Risya-san cukup lama, seperti layaknya suami isteri tanpa seorang pun yang mengetahui dan hebatnya Risya-san tidak sampai mengandung.

Pada suatu sore, Risya meneleponku minta diantarkan untuk membeli pakaian di sebuah rumah mode langganannya. Kebetulan aku sedang agak rindu padanya. Kujemput dia di sebuah toko selanjutnya kami pergi membeli baju itu. Dia agak diam, tidak seperti biasanya.

Risya, kok tumben nggak bersuara?, kataku memecah hening.

Ia tetap tidak banyak bicara, sesampainya tempat tujuan, barulah ia berkata kalau ia sudah tidak ingin menjalin hubungan seperti ini lagi.

Ia mau seluruh keluarga kami tahu kalau aku dan dia pacaran. Melihat sikapnya ini aku sendiri bingung, kenapa baru sekarang ia mulai membahas hubungan kami. Aku pun bertanya-tanya lebih dalam. Rupanya ia cemburu dengan hubungan ku pada wanita lain. Dan karena ia sama sekali merasa tidak dianggap makanya dia marah. Aku pun membujuknya supaya ia berhenti merajuk.

Sejak saat itu aku pun berjanji padanya bahwa aku akan mengakui hubungan kami di depan keluarga. Tapi aku sendiri sadar jika terus mempermainkan wanita seperti ini hanya untuk kesenangan ku, keadaan ini pasti akan terjadi.

Tepat disaat liburan aku pun pulang bersamanya ke rumah ku. Aku memberitahu ayah kalau aku dan dia pacaran, tapi ayah merespon dengan jawaban yang terlihat tidak begitu mau menerima.

Setelah berdiskusi dengan ibuku, aku pun memutuskan untuk menilai bagaimana hubungan kami bisa berlanjut dan mulai hari itu. Aku dan dia resmi berpacaran.