Chapter 10 - Khawatir

Ke esokkan harinya di ruang makan keluarga paman Ruqia

Elif membawa nampan ke meja makan ia sangat suka memasak jadi Elif membantu bibi Ruqia di dapur.

saat seluruh keluarga berkumpul Elif merasa nyaman serasa berada di keluarga sendiri. " sekarang jam sepuluh siang di Indonesia mungkin mama lagi duduk santai di rumah" gumam Elif sambil melamun.

"kak Elif ambilkan susu" kata Tufi putra bibi Ruqia yang nomor tiga, ia yang paling kecil di antara tiga bersaudara , yang pertama Fatimah yang sekarang berada di rumah suaminya dan yang kedua Yusuf dan masih se umuran dirinya.

keluarga paman Ruqia sangat ramah terhadap dirinya, mereka menganggap Elif sama seperti Ruqia keponakan mereka sendiri.

"Elif apa rencana mu hari ini" ujar Ruqia

Elif menatap sahabatnya " aku di ajak Jnas keliling kota Mosul sekalian aku mau lihat lihat untuk aku tulis nanti di novel ku"

"waaaaaah pasti menyenangkan"

" Hehehe mari kita pergi bersama akan lebih baik dan seru" kata Elif

" tidak aaah tidak mau menjadi nyamuk di antara kalian" goda Ruqia

Elif hanya tertawa.

bibi Ruqia menyela " elif kami ingin mengatakan sesuatu"

" Katakanlah bibi "

"nak sebenarnya kami ingin mengajak kamu dan Ruqia kembali ke Baghdad setelah beberapa hari ini, di sana ada pesta pernikahan dan mungkin akan tinggal agak sedikit lama di sana , jika kami meninggal kan mu di sini kamu akan tinggal sendirian dan kami akan sangat khawatir." bibi Ruqia berkata dengan hati hati takut membuat gadis itu tersinggung.

" kapan bibi akan berangkat ke Baghdad ?" tanya Elif

"mungkin minggu depan nak, tapi jika kamu tetap mau tinggal di sini tidak apa-apa kami hanya khawatir kamu akan sendirian di rumah ini"

" bibi dan paman tidak perlu khawatir nanti aku akan cari tempat tinggal lain di daerah sini"

" eeeehhh tidak ini lebih membuat aku khawatir , maksud ku kamu seorang gadis bagaimana bisa kami meninggalkan dirimu sendiri di sini "

Elif tersenyum dan bahagia dengan kebaikan keluarga Ruqia " bibi aku akan baik baik saja percayalah, kalau malam aku tidak akan keluar rumah kecuali sama Jnas "

" baiklah Elif terserah kamu, tapi kamu harus hati hati karena Ruqia akan ikut dengan kami, mungkin setelah acara aku akan menyuruh Yusuf dan Ruqia untuk pulang lebih dulu kesini dan menemani mu"

Elif sangat bahagia karena mereka masih mengizinkan Elif tinggal di rumahnya tapi dia sedih karena Ruqia tidak bersama dirinya, mungkin dia akan kesepian setelah mereka berangkat semua.

Ruqia memegang punggung tangan Elif, " jangan sedih, aku akan ikut Yusuf kembali ke rumah ini setelah pernikahan selesai"

Elif tersenyum kepada sahabatnya, Ruqia gadis yang baik dan lembut

" terima kasih " ucap Elif

"heeeiiii kenapa harus berterima kasih.... kita sahabat kan" kata Ruqia sambil memukul lengan Elif. dan seluruh ruangan pun tertawa melihat tingkah mereka berdua.

Drrrrrrttt ...! handphone Elif berbunyi ia terkejut melihat layar nama di handphonenya "mama" segera Elif mengangkatnya.

" iya ma"

" bagaimana kabar mu nak?"

"Elif baik baik saja ma, mama sendiri dan papa Gimana?"

"kami baik hanya mama merindukan mu sayang "

Elif tersenyum mendengar ucapan mamanya " Elif juga rindu mama" kata Elif

" sayang apa pun kebutuhan mu bilang sama mama ya dan mama sama papa akan mengirimnya langsung"

" terima kasih ma pasti Elif akan bilang"

" ya sudah Elif jaga dirimu baik baik dan salam untuk keluarga Ruqia"

"iya ma, mama dan papa juga harus jaga diri kalian baik baik"

" i Love You Elif " kata mama Elif serak menahan rasa khawatir.

" i love you to mom"

Elif mematikan handphonenya dan tersenyum dan melihat ke seluruh keluarga yang terbengong mendengarkan Elif berbicara dengan mamanya.

" woooooowww bahasa apa yang kau bicarakan Elif" kata Yusuf penasaran

Elif tertawa" menurut mu bahasa apa?"

" mana aku tahu, makanya aku menanyakan mu"

Ruqia mencubit lengan sepupunya " bodoh banget sih, jelas Elif dari Indonesia yahh bahasa negaranyalah yang ia pakai"

" aaauuuwwww sakit khobalah" teriak Yusuf meringis

semuanya tertawa melihat mereka berdua.

Yusuf menatap Elif " dari mana kamu bisa bahasa arab dan Irak?"

" dulu aku ikut kursus dua bahasa arab dan inggris " kata Elif

" bahasa kami Irak sangat sulit jauh berbeda dengan bahasa arab , dimana kamu mempelajarinya?"

" Jnas yang mengajariku dan sesekali Ruqia juga"

Ruqia menjulurkan lidahnya kepada Yusuf.

" tapi dia bukan guru yang baik karena aku banyak tidak mengerti dengan penjelasannya" tambah Elif sambil mengedipkan sebelah matanya.

Yusuf pun tertawa mengejek pada Ruqia.

*khobalah= gila