Tiga puluh menit kemudian paman Abdullah nama paman Ruqia memarkir mobilnya di dekat parkiran bangunan First mall opens in The City Mosul, ia dan bibi Aminah turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk kami semua. kami turun dan berjalan menuju pintu gerbang mall. dua orang lelaki berjenggot memakai baju hitam mengucapkan MARHABAN ( selamat datang ) kepada kami, kami hanya mengangguk dan tersenyum kepada mereka berdua, bibi Aminah mengajak kami ke tempat baju baju terlebih dahulu.
Bruuuuuukkkkk
handphone Elif terjatuh dia tak sengaja menabrak seseorang.
" Afwan ... Afwan Ukhty... " ucap Elif pada gadis yang ia tabrak.
" iyaa tidak papa..." ucap gadis itu, gadis putih cantik dan berpostur tinggi khas orang wanita arab, tersenyum pada Elif dan berlalu dari hadapannya.
sepeninggalan gadis itu Elif merasa tak asing dengan wajah gadis itu entah dimana ia pernah melihatnya, tapi wajahnya seperti tak asing di mata Elif
" heeeiiii ngelamun lagi " Ruqia menepuk punggung Elif.
" eh.. eh sepertinya aku tahu gadis itu Ruqia" Elif menunjuk gadis yang ia tabrak sebelumnya.
" yaaaah mungkin kamu pernah bertemu dengannya,, sudahlah Elif tak usah di pikirkan lagi yuk bibi udah jauh dari kita." ajak Ruqia sambil menarik tangan Elif untuk mendekat ke bibi Aminah.
bibi Aminah memilih baju baju untuk tufi, dan Ruqia bersama Yusuf pergi ke tempat baju dan celana dewasa, Elif sendiri melihat syal yang sangat indah tergantung di leher manekin patung lalu mengambilnya, ia sangat menyukai mengoleksi sebuah syal dan jam tangan dan ia juga sesekali melihat baju baju panjang khas wanita Arab dan mengambil beberapa.
setelah hampir dua jam mereka berkeliling dan memilih baju baju akhirnya paman Abdullah mengajak mereka semua ke restoran yang ada di mall itu untuk mengisi perut kau yang sudah mulai berbunyi.
saat mereka sedang menyantap makanannya Elif mendengar suara alunan musik yang sangat indah gesekan sebuah biola, Elif mencari asal suara dan di ujung restaurant seorang pemuda memainkan biolanya dan Elif merasa rindu akan mamanya yang selalu mengajari Elif bermain musik ini, tampa ia sadari Elif maju ke depan dan meminta persetujuan pemuda itu untuk menggantikan nya bermain biola, pemuda itu mengangguk setuju dan menyerahkannya ketangan Elif.
pelan pelan ia menggesek biola itu, ia membayangkan bagaimana dulu mama Elif mengajarinya menggesek biola itu. Elif memasuki nada Viva La Vida. Elif hanyut dalam nada nada biola yang di geseknya. Elif menitikkan air matanya saat teringat mama dan papanya di Indonesia, tampa ia sadari ia menangis dan merindukan kedua orang tuanya.
Elif memejamkan kedua matanya, ia hanyut dalam nada nada biola yang digeseknya. ia sama sekali tak menyadari wajah kekaguman orang orang di sekitarnya terutama sahabatnya Ruqia beserta seluruh keluarganya, mereka tak menyangka ada gadis asing yang bukan berwajah gadis arab dengan berani memainkan musik di depan umum dengan nada yang sangat indah dan juga ada seseorang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat dirinya dengan wajah kagum yang tak lain gadis yang di tabrak Elif tadi. dan banyak dari para pengunjung restaurant yang merekam Elif dan menyimpannya, karena baru kali ini ada seorang gadis dengan berani memainkan musik di depan umum di kota Mosul ini.
Elif kembali kemejanya, Ruqia memeluk Elif dengan perasaan terharu
" sungguh indah Elif... aku tak tahu kamu bisa bermain biola yang sangat indah dan halus??" ucap Ruqia tak percaya.
" dan kamu juga telah berhasil menghipnotis semua orang termasuk kami semua nak" paman Abdullah tertawa bangga kepada Elif.
Elif hanya tersenyum malu mendengar pujian dari mereka, ia menghabiskan sisa makanannya sebelum paman Abdullah mengajaknya pulang.