David berada di kantornya. Ia sedang membuka laptopnya, ia sedang membuka web design interior rumah. Ia sudah memutuskan akan membeli rumah serta memikirkan seperti apa arsitektur yang ia inginkan untuk rumah barunya. Ia mantap untuk mendesign rumahnya kelak dengan arsitektur yang minimalis, dengan halaman yang luas, dan dilengkapi ruang keluarga yang luas dan sangat family friendly. Akhir-akhir ini dia telah berpikir jika suatu saat nanti berkeluarga, ia akan tinggal di rumah tersebut. Apartemennya yang sekarang ia tinggali dirasa belum cocok dijadikan tempat tinggal calon keluarganya.
Setelahnya ia membuka web bursa saham, ia melihat-lihat harga saham. Ia berniat menjual saham-saham yang didapatnya dengan cara kotor.
Ia telah membeli banyak saham di beberapa perusahaan dengan cara meloby orang dalam maupun dengan penyuapan, termasuk yang dia lakukan kepada Samkyung. Namun Samkyung sendiri sudah bermerger dengan Mico, sehingga dia tidak bisa mengembalikannya ke asal. Namun ia akan menjual beberapa persen sahamnya di Mico sendiri karena dia sudah merasa sangat cukup menjadi CEO di Mico Alumunium. Ia sudah mulai sadar jika uang dan materi yang didapatnya ternyata tidak membuatnya jadi orang yang bahagia selamanya, banyak yang ia korbankan demi mendapat semua itu. Ia memutuskan membuka lembaran baru dalam hidupnya.
Rasa dan keinginan balas dendamnya kepada ayah kandungnya pun perlahan juga mulai mengendur. Ia sudah puas melihat ekspresi kekesalan Louis Han tempo hari saat ia membawa Yeonhee ke acara company gathering di TVS.
Sekarang yang ia sedang hadapi adalah kasus kematian Bibi Denis. Ia sendiri sudah pasrah jika memang nantinya ada bukti jika dia memang bersalah atas kecelakaan tersebut. Ia sudah siap akan resiko dari perbuatannya tersebut.
Tiba-tiba Yeonhee mengetuk pintu. David mempersilahkannya masuk. David buru-buru meminimize browsernya.
"Pak, ini berkas yang Bapak minta mengenai perjanjian-perjanjian jual-beli saham."
"Terimakasih Yeonhee-ssi."
Yeonhee melihat brosur rumah di meja David dan ia tertarik melihatnya. "Pak, mau beli rumah baru?"
David tersenyum. "Ah... itu, baru rencana saja Yeon!"
"Bapak mau punya rumah di daerah pesisir pantai? Saya tak menyangka, anda sangat suka pantai?!"
"Masa kecil saya dihabiskan di pesisir pantai."
"Pak Mico dan Bu Hana dulu punya rumah di pesisir pantai?"
David berbohong. "Hm"
"Oh... saya kira Bapak menghabiskan masa kecil di tengah kota?"
David hanya tersenyum.
"Pak, hari ini Bu Jessica akan kesini jam 1."
"Bilang saja saya tidak ada ya."
Yeonhee terkejut.
David melihat ekspresi wajah Yeonhee keheranan. "Kamu kenapa?"
"Ti... Tidak kenapa-napa, Pak! Baik saya akan menuruti perintah Bapak."
**
Saat Jessica akan masuk ruanga David, Yeonhee langsung memotong jalan Jessica. "Hei berhenti disini!"
Yeonhee menarik Jessica, ia menyeretnya ke lift.
"Kau... Berani-beraninya..." teriak Jessica.
"Silahkan teriak, ini kantor tempatku bekerja. Lagipula, bosku memang tidak mau menemuimu jadi aku berhak mengusirmu!" Yeonhee tersenyum menang.
"Dengar ya, kau berani sekali memperlakukanku seperti ini?!"
"Tempo hari kau bisa seenaknya memperlakukanku di rumahmu, kali ini aku mau membalasmu, ini kantorku, aku yang punya kuasa!"
"Aku ingin bertemu David."
"Pak David tidak ada, dengar tidak!"
"Bohong!"
"Pergi atau aku panggil satpam?!"
Jessica akhirnya menyerah. Ia pun turun dan pergi dari kantor David.
**
David sudah beberapa kali bertemu Jessica dan meyakinkan Jessica jika mereka harus menyerah dan tidak mencari-cari cara agar menghindar. Jika memang Charles mendapat bukti yang bisa menyeret mereka ke penjara, ia sudah ikhlas akan semuanya.
Jessica sudah marah-marah akan sikap David yang berubah 180 derajat. Karena tidak berhasil bertemu David, ia pun menelpon David.
David akhirnya mengangkat telepon Jessica.
"Dave... Brengsek ya kau, tidak berani menemuiku!"
David mencoba me-low speaker Hpnya karena mendengar suara Jessica yang sangat kencang,
"DAVE... Kau tak mendengarku!"
"Iya Jes... aku dengar kok!"
"Kenapa kau tidak mau menemuiku? Malah sekretaris sialanmu itu berani sekali mengusirku dan mengancamku agar satpam langsung yang mengusirku!"
"Jes, sebaiknya memang kita tidak bertemu lagi!"
"Kau pikir aku mau bertemu denganmu! Kau jangan geer ya!"
"Masalah meninggalnya Bibi Denis, kita menyerah saja..."
"Dasar kau sejak kapan jadi sepengecut ini?!"
"Justru jika lari dari tanggung jawab, itu baru dinamakan pengecut!"
"Aku punya kehidupan yang baru sekarang ini Dave... Aku tidak mau sampai masa depanku hancur karena punya masa lalu sialan bersamamu!"
"Jes... saya tidak mau mengotori tangan saya lagi... Saya udah putuskan jika saya harus berubah. Semua permainan kotor saya harus saya akhiri."
"Dave... Kau udah terlanjur brengsek, kau pikir kau bisa jadi pria baik?! Mimpi Dave, kau udah brengsek dan bejat, selamanya nggak akan bisa berubah!"
"Jessica... terserah kamu mau bilang apa, tapi aku akan mencoba membuka lembaran hidup baru ini..."
"Dengan siapa Dave?"
David diam saja.
"Jawab saya DAVE!" Jessica masih memaksa.
"Kau tidak perlu tahu?!"
"Kau mau mencoba balikan lagi sama si gadis kecil itu?"
"Itu bukan urusanmu!"
"Kau harus tahu jika dia dan kakaknya sama saja!"
"Aku bilang itu bukan urusanmu!" David mengakhiri percakapannya dengan nada dingin dan segera menutup teleponnya.
**
Yeonhee, Chreice, dan ayah, maupun ibunya makan keluar. Mereka ditraktir oleh Charles. Charles memilihkan restoran Korea yang cukup mewah untuk mereka makan malam.
Mereka makan di salah satu bilik restoran tersebut yang mana tempatnya lesehan.
Semua menu yang dipesan pun sudah tersaji di meja mereka. Meja yang berbentuk segi empat itu diisi oleh 5 orang dimana susunannya, Soojong berda di sudut menghadap utara sendiri sementara, di kanannya ada Yeonhee dan Charles sedangkan sebelah kirinya ada istrinya dan anak bungsunya.
"Nak Charl... Seharusnya kau tidak perlu repot-repot mengundang kami kesini,"vujar Soojong.
"Ini bukan apa-apa Abonim. Sekali-kali menjamu makan di luar keluarga calon istri saya sendiri."
"Ne... Appa, Charl Oppa hanya ingin membuat keluarga kita semakin akrab dengan makan di luar bersama sepert ini, " timpal Yeonhee.
Mereka pun menikmati santapan malam di restoran tersebut.
Charles akhirnya membahas masalah pernikahannya dengan Yeonhee. "Abonim, kami sudah memfixkan tanggal dan tempat pernikahan kami, Kami juga sudah mengurus surat-surat nikah kami di catatan sipiil."
"Ne, Appa... Kami sudah fix menikah 3 bulan dari sekarang," timpal Yeonhee.
"Chukae..." Aera memberi selamat.
"Dan... Yeonhee akan segera resign dari pekerjaannya sebelum kami menikah." Mendadak Charles mengumumkan sesuatu yang bahkan belum didiskusikannya dengan Yeonhee.
Yeonhee otomatis terkejut. "Op... Oppa... Eot..tokhae (Ba... Bagaimana)?"
"Yeonheeya, kau kenapa?" tanya Soojong.
"A... animida Appa... Tapi kami belum diskusi mengenai pekerjaan, jadi aku masih belum bisa menerima..."
"Yeonheeya... kau harus menurut apa kata calon suamimu. Ia pasti tahu yang terbaik untukmu. Saya pribadi setuju dengan usulan nak Charl yang tidak membiarkan Yeonhee bekerja setelah kalian menikah," tukas Soojong.
Dalam hati Yeohee. Charl Oppa apa-apaan sih memutuskan ini sepihak tanpa diskusi denganku dulu. Aku tidak bisa tinggal diam saja.
Makan malam pun selesai. Charles mengantar Yeonhee dan keluarganya pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Yeonhee hanya menekuk wajahnya, ia tak berbicara apapun dengan tunangannya. Charles hanya bisa memaklumi dan membiarkan sikap Yeonhee tersebut.
Akhirnya mereka pun sampai tujuan.
Yeonhee masuk begitu saja tanpa berterimakasih kepada Charles. Orangtua dan adik Yeonhee otomatis yang mewakilkan ucapan terimakasih kepada Charles.
Yeonhee langsung masuk kamar. Charice tahu betul jika kakaknya sedang bad mood namun ia tetap mengikuti kakanya dan masuk kamar kakaknya.
"Eonni..."
"Waeyo Char?"
"Eonni jangan marah gitu dong!"
"Siapa yang marah?!" elak Yeonhee.
"Eonni marah gara-gara disuruh Charl Oppa berhenti kerja?"
"Eonni nggak mau bahas masalah itu Char!"
"Eon... please, aku mau ngomong sesuatu sama Eonni."
"Apa?"
"Charl Oppa bener... Eonni harus cepet resign dari kantornya Pak David."
"Emangnya kenapa?"
"Pak David bukan orang baik."
"Gara-gara dia mutusin kamu, kamu bilang ia bukan orang baik?"
"Bukan begitu Eonni... Sama sekali nggak begitu."
"Lalu kenapa?"
"Dia punya niat buruk sama Samkyung. Dan aku udah punya bukti jika dia memang mau menguasai Samkyung..."
"Eh Charice... namanya juga orang bisnis!" Tiba-tiba suara Yeonhee meninggi.
"Tapi dia sengaja mau menghancurkan Samkyung dan dia udah manfaatin Appa."
"Char, Eonni udah jadi sekretarisnya Pak David dan Eonni tahu pekerjaannya Pak David kayak apa. Semuanya nggak ada yang aneh dan Eonni yakin semuanya bersih."
"Eon... Dengerin aku dulu..."
"Enggak ada yang perlu Eonni denger! Mending keluar sekarang juga dari kamar Eonni..."
"Ta... Tapi..."
"Eonni bilang keluar!"
Charice pun mengalah, ia akhirnya keluar dari kamar Yeonhee.
**