Keesokan harinya, Charice dan Raymond telah tiba di gedung Mico alumunium. Charice keluar dari mobil bosnya sendiri.
Charice mengenakan baju dress yang lebih cantik seperti biasa, karena setidaknya ia tak mau membuat malu bosnya dengan pakaian sehari-harinya yang biasanya selalu selengean dan urakan.
Seperti biasa, Raymond selalu tampil dengan setelan perlente dan rapi. Rambutnya disisir, ditata rapi dan ditaruh ke belakang, gaya khas eksekutif muda. Mereka berdua melangkah masuk ke gedung Mico alumunium yanga sangat luas dan megah.
"Saya baru pertama kesini, hmmm.... Bagus juga desain arsitekturnya," komentar Raymond.
Charice hanya clingak-clinguk berjalan di belakang bosnya.
Raymond menengok ke belakang. "Char, jalannya cepet, jangan lelet!"
"Arasso... Sajangnim (mengerti Pak Bos)!"
"Char, kau pernah kesini sebelumnya?" tanya Raymond.
"Sa... Saya? Tidak pernah Pak!"
"Benarkah? Kau ngapain aja pacaran seumur jagung begitu?"
"Emangnya saya harus ngapain?" tanya Charice polos.
"Ya... nggak harus ngapa-ngapain juga sih, tapi ya aneh saja soalnya kamu pacarannya sama orang kaya David."
"Memangnya Pak David seburuk itu ya menurut Bapak?"
Raymond tidak menjawab. Ia bersikap acuh. Ia pun berjalan cepat meninggalkan Charice.
"Pak... Bapak... tungguin saya..." Charice mengejar.
Di depan Raymond sudah ada Raymond yang di sebelahnya ditemani oleh, siapa lagi jika bukan sekretarisnya, Yeonhee.
Tangan Yeonhee melingkar di siku David.
"Selamat siang Pak Raymond!" sapa David.
"Selamat siang juga Pak David!" David menarik Charice yang ada di belakangnya.
Charice terkejut melihat kakaknya dan Pak David, matanya tertuju ke tangan kakaknya.
"Oh ya ini sekretaris pribadi saya!"
"Tentu saya sudah mengenal sekretaris anda, ia kan calon ipar saya juga," ujar Raymond.
"Jika ada acara seperti ini, otomatis sekeretaris saya menjadi pasangan sementara saya." David tersenyum penuh arti.
Yeonhee juga tersenyum.
Charice merasa di keadaan yang sangat tidak mengenakan. Charice pun mendadak ingin pamit melihat-lihat. "Pak saya..."
Baru dia ingin pamit, tiba-tiba Raymond merangkul pinggang Charice. "Saya juga... punya pasangan sementara, ini reporter saya, pasangan sementara saya untuk menghadiri acara-acara seperti ini."
Charice otomatis kaget, dia tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya, saat tiba-tiba dirangkul pinggangnya oleh bosnya sendiri.
Ia ingin minta lepas, tapi pasti akan malu-maluin bosnya.
David spontan melepaskan lingkaran tangan Yeonhee dari sikunya. "Pak, reporeter itu beda dengan sekretaris, tentu tidak ada namanya reporter pribadi."
Raymond melepaskan tangannya dari pinggang Charice. Ia tersenyum puas. "Tapi tetap saja dia anak buah saya dan saya yang minta dia untuk datang menjadi pasangan saya ke tempat ini. Jadi, ada masalahkah?"
Yeonhee pamit kepada Raymond dan David karena ingin mengajak Charice berkeliling-keliling.
Yeonhee mengajak adiknya ke desain jendela terbaru Mico alumunium. "Foto yang ini Dek, Eonni kasih tahu ya... jendela ini didesain untuk mencegah global warming. Bahannya dijamin tidak akan menyebabkan memperparah pemanasan global."
"Eh iya Kak, aku rekam dulu..."
Mereka pun keliling dari satu produk ke produk yang lain, yang mana Yeonhee langsung yang memandu dan menjelaskan masing-masing kelebihan produk terbaru.
Akhirnya Yeonhee menyudahi keliling produk bersama Charice.
"Dek, kamu tahu nggak jika kerja disini itu sangat menyenangkan."
"Oh begitu ya Eon? Bukannya dari dulu pekerjaan yang paling Eonni cintai itu jadi news anchor?"
"Eonni nggak bisa memungkiri jika jadi news anchor itu tetep passion nomor satu Eonni, tapi bagaimanapu Eonni harus melihat ke depan dan menjalani hidup lebih relistis."
"Iya Eon, aku ngerti kok."
"Kau lihat, Eonni sangat have fun bekerja disini, bos yang sangat baik, lingkungan yang juga sanga baik, belum lagi tingkat stresnya tidak setinggi saat menjadi news anchor."
"Eonni, aku mendukung yang terbaik untuk Eonni. Aku tentu tidak mau hal buruk menimpa Eonni."
"Hal buruk apa sih Dek? Nggak ada yang buruk disini!"
"Eonni, Pak David itu bukan orang baik."
"Kamu mulai lagi kan... Udah ah, Eonni capek!"
Dalam benak Yeonhee. Kamu ngetes Eonni ya Char! Eonni selama ini udah sabar ngadepin segala tingkah childish kamu, tapi kali ini Eonni udah mulai nggak sabar sama tingkah laku kamu yang sangat kekanak-kanakkan. Eonni bakal buat kamu tahu, bagaimana berpikir sebagai orang dewasa...
**
David dan Yeonhee sedang ada di ruangan kerja David, acara mereka belu selesai, namun Yeonhee perlu David menandatangani berkas-berkas kerjanya.
"Terimakasih Pak!"
"Iya Yeonhee-ssi."
Dalam benak David. Melihat ia datang saja, saya sudah sangat senang. Saya sepertinya memang harus membiarkannya. Saya tidak tahu harus bagaimana bisa membuatnya berada di sisi saya terus. Setidaknya saya melihatnya lagi hari ini.
"Pak... Bapak..." Yeonhee membangunkan lamunan David.
"Iya Yeonhee—ssi."
"Bapak melamun?"
"Ti.. Tidak!"
Dlam benak Yeonhee. David, kau pati lagi mikirin adik saya kan? Saya bisa melihat jelas jika tadi kamu sangat jealous ke Raymond saat dia merangkul pinggang Charice dan kamu tiba-tiba melepaskan tangan saya. Baiklah, saya akan kasih kado yang indah hari ini untukmu, Pak Bosku.
Yeonhee pun pamit keluar. Ia segera menghubungi Charice.
"Char... Kamu dimana? Kan Eonni bilang, kamu ke ruangan Eonni dulu di lantai 2."
"Eh iya Eonni, emang ada perlu apa lagi?"
"Ada yang mau Eonni kasih, sebentar ya!"
"Ok Eonni."
Tak lama, Charice terlihat clingak-clinguk mencari keberadaan Yeonhee. Yeonhee yang sedari jauh sudah melihat Charice pun melambaikan tangannya.
"Char!"
Charice menghampiri Yeonhee.
"Eonni mau ngasih aku apa?"
"Kamu mau langsung balik ke kantor?"
"Enggak sih Eon soalnya Pak Raymond nyuruh aku langsung pulang aja."
"Oh... jadi Pak Raymond nggak bareng kamu pulangnya?"
"Ya... nggak mungkin lah Eonni, dia kan mau ketemu Jessica Eonni. Palingan juga dia mau mandiin kembang 7 rupa dulu jok yang tadi udah aku dudukin!"
"Segitunya Pak Raymond sama kamu?"
"Aku kan seringnya ngebangkang terus apa kata dia, gimana dia nggak kesel sama aku!"
Yeonhee hanya tertawa mendengar ocehan Charice. "Char... kamu tunggu disini ya!"
Charice menurut.
Yeonhee masuk ke ruangan yang ada di depannya.
Tidak lama, ia keluar dengan...
Bosnya.
Charice terkejut.
David juga sama terkejutnya.
"Loh, Charice belum pulang?" tanya David.
"Eh... iya Pak.." jawab Charice malu-malu dan sedikit tegang.
"Bapak..." Yeonhee mulai berbicara.
"Iya ada apa Yeon?"
"Masa adik saya bilang jika Bapak bukan orang baik dan dia memaksa saya untuk resign dari kantor Bapak!" ujar Yeonhee.
David kaget akan pernyataan Yeonhee.
"Terus kamu percaya sama adik kamu Yeon?" David menatap lurus ke mata Charice.
"Oleh karena itu Pak, saya mau tau pendapat Bapak bagaimana pernyataan adik saya ini. Apa benar yang ia katakan?"
Charice hanya bisa melihat David dengan tatapan ngeri.
"Saya tanya pada mu Yeonhee-ssi, apa selama kau menjadi sekeretaris saya, saya pernah berbuat semenana-mena padamu?"
"Tidak Pak," jawab Yeonhee.
"Apa saya pernah menganiaya karyawan disini?"
Yeonhee menggeleng. "Ti... tidak pernah sama sekali Pak!"
"Apa kamu pernah mendapati saya ada mengambil keuangan perusahaan untuk kepentingan pribadi saya?"
"Tidak Pak!"
"Kalau begitu, suruh dia buktikan jika saya memang bukan orang baik."
David tidak bisa mengedipkan matanya menatap Charice
"Ba.. Baik Pak!" Yeonhee berbalik mengahadap Charice. "Char, dengar kan? Coba mana buktinya! Jangan Cuma asal bicara saja!"
Charice hanya bisa diam, ia sadar jika kini dia sedang dalam situasi terpojok.
**