Yeonhee berada di sebuah kantor yang bukan kantornya. Ternyata dia sedang berada di sebuah perusahaan arsitektur bernama Kolt co. Ltd., ia bertemu dengan seseorang yang bernama Heo Joongki.
"Selamat siang Pak Heo Joongki! Perkenalkan, nama saya Yeonhee Hwang!"
"Selamat siang! Maaf, anda ada keperluan apa ya? Saya panggil anda Nona atau Ibu?"
"Saya masih single"
"Baiklah, Nona Yeonhee."
"Saya bekerja di perusahaan Mico alumunium."
Mendadak wajah Joongki terkejut. "Nona Yeonhee, sebaiknya anda segera pergi, saya tidak ingin berurusan dengan seorang pun dari perusahaan Mico. Siapapun!"
"Pak... Pak... Tunggu... Tunggu dulu... saya mohon jangan emosi."
"Saya sudah bilang, saya tidak mau..."
"Pak, begini... saya ingin jelaskan maksud dan kedatangan saya kemari. Setelah itu, jika Bapak memang keberatan, silahkan usir saya!"
"Baiklah. Saya berikan anda waktu menjelaskan maksud anda kemari!"
Ternyata maksud kedatangan Yeonhee ke Kolt adalah ingin meloby Heo Joongki. Heo Joongki adalah mantan manager sales di Samkyung, dahulu ia dipecat oleh kaki tangan David di Samkyung agar dia kemudian bisa memerger Samkyung ke dalam perusahaannya, Mico alumunium. Joongki adalah anak Heo Yeonghoon yang merupakan suami dari Jang Miri, ibu kandung David. Kini Joongki bekerja sebagai manager sales di perusahaan Kolt.
Yeonhee berencana memperalat Joongki untuk membeli saham yang akan dijual David di Mico. Ia mengompori Joongki agar membeli saham tersebut.
"Nona Yeonhee, saya mau saja membeli saham itu, namun saya tidak punya uang sebanyak itu untuk membeli sahamnya Pak David!"
Yeonhee tersenyum. "Pak, kan ada bank?!"
"Maaf ya, Saya tidak main pinjaman Bank. Anda tahu? Bunganya terlalu besar!"
"Coba Bapak pikir, keuntungan dan hutang akan lebih banyak mana?"
"Bu Yeonhee, saya benar-benar tidak ingin berhutang."
"Begini, Pak. Saya akan bantu Bapak membeli saham tersebut, tapi ingat harus dibagi 2 sahamnya. Untuk sementara, saya kan carikan dana setengahnya untuk membeli saham tersebut namun setengahnya lagi, Bapak yang beli, dan satu syarat lagi, perjanjian awal pakai nama Bapak."
Joongki berpikir lagi. "Baiklah. Saya setuju kalau begitu!"
"Deal ya Pak!"
"Baik Deal!"
Akhirnya keinginan Yeonhee untuk membeli saham di Mico akan segera terlaksana dengan bantuan Joongki yang juga puna history tidak enak karena pernah diPHK dari kantornya dulu.
**
Raymond masuk ke ruangan kerja anak buahnya, ia langsung menuju ke meja kerja Charice.
"Char!"
"Eh iya Bapak, Bapak jangan buat saya jantungan kenapa! Tiba-tiba..."
"Saya mau ngajak kamu pergi ke pameran lukisan 4 dimensi sore ini."
Charice diam dan melongo. "Hah?"
"Kamu jangan geer ya, saya ngajak kamu tentu supaya kamu meliput acara pameran disana!"
"Ah... Kirain..."
"Kirain apa? Saya perlu reporter pendamping untuk meliput, itu saja."
"Ne, sajangnim. Arassoyo!"
"Nah, sekali-sekali nggak pake kata tapi, bisa juga ternyata!"
Charice terdiam menganga. "Emang kenapa kalo Bapak bawa reporter yang lain aja?"
"Tuh... mulai lagi... Saya bukannya mau muji ya, terakhir artikel yang kamu liput mengenai desain dan seni mendapat banyak read, like, dan view, kali ini saya juga mau bawa kamu karena kebetulan saya diundang langsung oleh teman dekat saya menjadi tamu VIP di acara pameran ini."
"Baik Pak. Ok!"
"Yaudah siap-siap ya, bawa kamera ya!"
"Pak saya perlu ganti baju juga nggak?"
Raymond memandang Charice dari ujung rambut hingga ujung kaki. Iya memajukan bibirnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah... nggak usah, gitu aja, rapi kok!"
Charice memandangi pakaiannya. Dalam benaknya. Apa yang rapi?
**
Jessica menelpon Raymond dari kantornya.
"Sayang, halo!"
"Iya Sayang ada apa?"
"Kau mau datang ke acara pameran 4 dimensi sore ini?"
"Tentu sayang."
"Kalau begitu, aku siap-siap ya. Nanti jemput aku jam..."
"Tu... tunggu dulu sayang..."
"Iya kenapa?"
"Sayang, aku nggak bisa pergi denganmu."
"Loh kenapa?"
"Karena aku kesana juga karena urusan pekerjaan."
"Ya nggakpapa sayang."
"Tapi aku kesana sama reporter aku juga."
"Ya nggakpapa juga." Jessica tetap mengotot.
"Tapi aku takut kamu BT sayang."
"BT kenapa?"
"Kan kamu nggak suka acara pameran-pameran seperti ini?! Terakhir kali kamu aku ajak ke acara pameran, kamu minta cepat pulang. Apalagi sekarang, ditambah aku ada urusan kerja, kamu nanti bisa lebih BT lagi?!"
"Yaudah deh,emang kamu pergi sama siapa?"
"Sama Charice."
"Apa? Charice?" Jessica kaget.
"Dia kan anak buah aku, kamu ada masalah?"
"Eng... Enggak ada kok..."
"Yaudah sampai jumpa besok ya!"
"Ok sayang, sampai jumpa besok."
Jessica pun menutup teleponnya.
Dalm benak Jessica. Jika nggak kakakanya, ya adiknya. Sial, emangnya Raymond nggak punya anak buah yang lain apa? Kenapa sih harus Charice? Terakhir sewaktu launching produk di Mico, ia juga mengajak Charice. Jangan-jangan Charice memang sengaja lagi... Jangan-jangan dia mau mencoba mengambil hati Raymond. Setelah dia mengambil hati David, sekarang dia mau mengambil hati Raymond juga? Tidak akan kubiarkan
**
Raymond dan Charice sedang berkeliling-keliling di pameran lukisan 4 dimensi. Raymond bertemu Insung, orang yang telah mengundangnya ke acara tersebut.
"Insung!"
"Hai Ray!"
"Pa kabar bro!"
"Kabar baik!"
"Dengan siapa ini?"
"Ini reporter."
"Wah, reporter Dismass secantik-cantik ini Ray?"
"Ya liat dong bossnya..."
"Suka banget sama stylenya."
"Terimakasih Pak!" ujar Charice.
"Siapa namanya?"
"Saya Charice."
"Nama yang bagus, seperti orangnya?!"
"Makasih Pak!"
"Yaudah liat-liat ya... silahkan difoto yang mau difoto, sesuai dengan temanya 4 dimensi, kalian bisa foto didalam lukisannya."
"Iya Pak! Saya pernah tahu kok!" ujar Charice.
Diam-diam dari jauh ada yang memperhatikan Raymond dan Charice. Ia adalah Jessica. Ia diam-diam pergi juga ke pameran tersebut. Ia memakai kacamata hitam dan topi agar tak dikenali orang.
Dalam hati Jessica. Sial kan, emang tuh si Charice kayanya keganjenan sama Ray Oppa. Harus dikasih pelajaran. Liat nanti...
Ternyata dari sudut yang lain, ada lagi orang yang datang ke acara pameran lukisan tersebut, ia adalah David Park. Ia juga diundang oleh Insung menjadi tamu VIP di acara yang digagasnya ini.
David menyapa Insung.
"Insung Hyung!"
"Hai DAVE! Sendiri aja kesini?"
"Iya, saya kesini mau menenangkan diri."
"Nenangin diri?"
"Penat banget saya akhir-akhir ini."
"Yaudah, nikmati ya pameran ini."
"Iya Hyung, terimakasih sudah mengundang saya."
"Ya elah... Udah lah!"
Saat David sedang berkeliling-keliling, ia melihat satu tangga menuju ke loteng. Dia melihat ada dua orang wanita berjalan menuju loteng tersebut. David jelas melihat jika kedua wanita yang berjalan ke arah loteng itu, dua-duanya ia kenali.
Ia pun diam-diam mengikuti kedua wanita itu.
**
Jessica menelpon Charice, ia meminta Charice menemuinya karena ia perlu berbicara sesuatu padanya. Jessica juga memperingati Charice jika jangan bilang-bilang kepada Raymond jika dia ada di pameran ini. Charice menurut saja.
Setelah bertemu di toilet, Jessica mengajak Charice ke loteng lewat tangga darurat di sudut ruangan. Kebetulan acara pameran ini berada di lantai teratas gedung yang mana atasnya langsung loteng.
Jessica mendorong Charice tiba-tiba.
"Heh! Kamu ggak tau malu ya!"
"Eonni... Aku salah apa?"
Jessica melepas high heelnya dan menginjak tengan Charice. Charice juga punya tenaga, ia melepaskan dengan mudah kaki Jessica.
Jessica menampar Charice.
Plaak!
Charice ingin membalas tapi tidak bisa karena ia menganggap dirinya akan sama saja jahatnya jika ia membalas tampar.
Namun Jessica belum puas.
PLAK!
Jessica kembali menampar Charice.
Charice pun tak bisa diam. Ia mau mendorong Jessica, namun Jessica juga bisa menahan dorongan Charice.
Jessica menjambak cepol Charice. Charice tak bisa berbuat apa-apa. Jessica menampar kembali Charice.
PLAK
Charice terjatuh. Kini Jessica menduduki dada Charice. Ia mencekik leher Charice.
"Denger ya, awas aja kalo kamu beritain atau bilang ke Raymond atas perlakuan aku ke kamu, inget keluarga kamu itu nggak bersih, inget ya papa kamu koruptor dan kalau bukan karena kakak aku, papa kamu udah di penjara sekarang!" ancam Jessica.
David yang melihat kejadian itu, ia ingin menghentikan Jessica namun seketika Jessica selesai dan meninggalkan Charice.
David menghubungi seseorang.
**
Raymond pergi ke loteng dan mendapati Charice terluka duduk di loteng.
"Char, kamu kenapa?" Raymond terkejut.
"Saya.. nggakpapa kok pak!"
"Siapa yang ngelakuin ini ke kamu? Jawab saya Char!"
"Ini... perbuatan orang nggak dikenal Pak."
"Nggak dikenal?" Raymond shocked.
"Bapak tahu saya disini darimana?"
"Dari... Dari Insung."
"Dari Pak Insung?"
"Ia tadi menghampiri saya katanya ada yang melihat kamu di loteng sedang bertengkar."
"Siapa yang memberitahu?" Charice kaget.
"Pak Insung juga tidak tahu. Kita lapor polisi saja ya!"
"Eng... Enggak usah Pak!"
"Loh?"
"Percuma, saya juga nggak tahu orangnya!"
"Yaudah mendingan kita ke rumah sakit sekarang."
"Ini luka kecil doang kok Pak!"
"Jangan sepelein yang begini! Ini perintah bos kamu! Nurut ya!"
Charice pun menurut.
Dari jauh David memandangi Raymond dan Charice.
Ia hanya bisa bersembunyi tanpa bisa menampakan dirinya.
Dalam benak David. Char, kamu bisa nggak berhenti membuat orang khawatir. Saya mau kamu hidup baik-baik saja. Saya nggak mau melihat kamu terluka dan menderita. Kenapa semua orang yang dekat kamu membahayakan hidup kamu? Saya mau kamu bahagia Char. Kalau begini terus, saya tidak akan pernah busa berhenti mikirin kamu.
**