Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 45 - Aksara 26b, Pecundang

Chapter 45 - Aksara 26b, Pecundang

Hans menghadap ke arah dua orang yang terpental akibat serangannya, tanpa ia sadari penyerang pertama yang membawa tombak tengah membentuk aksara di belakang tubuhnya.

Ma[1]

[1] Hanacaraka, bertuliskan 'Ma' dari kata Sanskerta 'maruta' yang berarti angin.

Aksara demi aksara tercipta begitu saja di belakangnya, ribuan pisau angin membuat pusaran di belakangnya. Membawa debu naik ke belakang tubuhnya, Hans perlahan berbalik menemukan puluhan pedang angin menyambut arah pandangnya.

Inilah kekuatan dari para Magi, memanggil alam untuk bekerja dengannya melalui aksara-aksara semesta. Hans menatap tanpa takut, meski ia terkejut namun tidak menghentikannya. Dua orang lainnya pun bangkit, namun mereka menunggu.

Pedang-pedang itu bergerak mengikuti arah gerakkan tangan siswa pengguna tombak yang berjarak tiga dpa (lima meter) dari tempat Hans berdiri.

Suara desiran angin terdengar, kadang seperti suara siulan.

Hans tidak dapat melihatnya, karena angin tidak berupa dan berwarna. Ia hanya merasakan suara itu semakin kuat dan dekat. Ia menutup matanya, memusatkan pendengarannya. Entah mengapa ia pun dapat melihat garis-garis cahaya yang terbentuk bersamaan dengan jiha keluar dari tubuh sang penyerang.

"Luar biasa! Peserta nomor 906 menggunakan aksara udara untuk menyerang peserta nomor 7. Apakah yang akan peserta nomor 7 lakukan?" Suara Pico terdengar ke seluruh penjuru stadion. Pertarungan kelompok sepuluh merupakan pertarungan pertama dari sepuluh kelompok yang ada.

Hans mematung, tubuhnya diselimuti jiha, masih dalam keadaan menutup matanya, sepuluh pisau udara itu menyerangnya dari berbagai arah tanpa memberinya ampun.

Di sisi lain arena pertarungan, David mencuri pandang ke arah Hans yang masih menutup matanya, ia tidak khawatir, karena tahu betul seberapa kuat temannya itu.

Hans masih menutup matanya, ia melihat dua buah pisau angin berukuran dua meter melesat ke arahnya, berusaha memotongnya dari arah yang berbeda. Satu mengarah ke lehernya dan yang lain ke arah perutnya.

"Gila! Benar-benar gila! Peserta nomor 906 mengarahkan serangannya pada leher dan perut peserta nomor 7."

"Meski para pelindung akan menolong para peserta, tapi bukankah serangan ini terlalu sadis dan berbahaya?!!"

"Peserta nomor 7 masih menutup matanya, apakah ia pasrah?!" Suara Pico menambah tensi pertarungan, meski begitu suasana hening. Setiap penonton memandang layar sihir yang menunjukkan Hans yang masih menutup matanya.

Pisau angin hanya berjarak lima sentimeter dari tubuh Hans, dan sesuatu yang mengejutkan terjadi Hans menancapkan Tisma ke lantai arena pertarungan. Suara melengking terdengar, membuat beberapa penonton menutup telinganya. Hans menggunakan Tisma yang lebih tinggi dari tubuhnya sebagai penahan serangan yang mengarah ke bagian perutnya. Ia juga mengalirkan jiha ke dalam Tisma, sehingga mampu menahan serangan pisau angin itu tanpa merusak senjatanya.

Di saat yang sama Hans dengan cepat menggeser kaki kirinya, bertumpu pada kaki kanannya yang perlahan berlutut membuat posisi kakinya seperti tengah berjongkok dengan satu kaki. Kemudian ia mencabut kembali Tisma untuk menyambut serangan yang lain, masih dengan tubuh setengah berjongkok.

Dua pisau angin dari belakangnya, tiga pisau lain dari depannya.

Dua orang lain yang sebelumnya terpental juga menggunakan aksara mereka.

Ia mengayunkan senjatanya diagonal ke arah kiri, kemudian berlanjut dengan memutar tubuhnya mengikuti arah ayunannya.

Matanya terbuka, ia mengalirkan jiha ke seluruh bagian tubuhnya, benang-benang jiha di tubuhnya telah mengalami perubahan sebelumnya—saat menerima darah Yu'da— membuat jiha dapat mengalir lebih deras dan dalam jumlah yang lebih besar. Tubuhnya menjadi lebih besar, seluruh tubuhnya memantulkan cahaya keemasan seolah ia adalah seorang pengguna totem.

"Haaaaaaaaaa!" Teriak Hans yang kini tingginya mencapai seratus tujuh puluh sentimeter, tingginya mencapai tinggi rata-rata orang dewasa, perlu di ingat umurnya baru sepuluh tahun.

Tangannya bercahaya, jiha mengalir keluar dari kedua tangannya, menyelubungi Tisma, senjatanya.

Ia memutar Tisma di atas kepalanya, pisau angin itu hancur ketika bersentuhan dengan jiha yang menyelimuti Tisma. Setelah semua pisau angin hancur, peserta nomor 906 terkejut. Ia tidak mengira serangan yang ia buat dengan susah payah dihalau dengan begitu mudahnya.

Belum habis rasa terkejutnya, matanya terbelalak lebih lagi. Hans tidak lagi tinggal diam menerima serangan mereka, ia melesat bagai kijang. Dua orang lain yang sedang membuat aksara mereka terkejut dengan sangat, Hans sudah berada di hadapan keduanya dengan membawa senjata yang bersinar dipenuhi jiha yang bergelora menyelubunginya.

Kedua peserta itu mematung, mereka secara paksa menghentikan tangan mereka yang sedang membentuk aksara di udara. Berusaha memanggil aksara inti mereka yang dapat mereka keluarkan dengan segera, keduanya tidak membayangkan Hans membalikkan keadaan dengan begitu mudah. Awalnya mereka berpikir rekan timnya akan memberi mereka cukup waktu untuk membuat aksara lain, namun mereka salah.

Aksara inti yang hanya berupa satu karakter semesta tidak memiliki kekuatan yang besar akibat aksara yang belum membentuk sebuah kata yang lengkap, sehingga seringkali mereka lebih memilih menggunakan aksara tunggal lain yang lebih memungkinkan untuk menyerang musuh.

Hans tidak menghindar, ia dengan penuh keberanian menebas dua askara tunggal itu hingga hancur. Jiha pada senjatanya dan kekuatan tubuhnya jauh lebih besar dari dua aksara tunggal yang menyerangnya. Para penonton tercengang, kekuatan fisik yang dimiliki Hans tidak normal.

Hans menangkap leher salah satu musuh yang berada di kirinya, dan ujung tajam Tisma ia tempelkan di leher peserta lainnya.

"Menyerah!" Ucapnya pelan, matanya tidak mengarah ke dua orang yang telah ia tawan tapi pada peserta 906.

"tch.." Peserta 906 terlihat ragu, sebentar saja, kemudian matanya menatap Hans sambil tersenyum sinis.

"Ahahaha! Menyerah?! Kau bunuh pun mereka berdua aku tidak peduli!" Ujarnya, ia mengambil tombaknya. Pisau angin yang terbentuk lagi di kanan dan kirinya, sepuluh pisau itu melesat ke arah Hans.

"Pecundang, kau menghabiskan waktuku.." Ujar Hans dingin. Ia memang tidak pernah benar-benar menunjukkan rasa peduli pada kedua sahabatnya secara lisan, namun tindakannya menunjukkan semuanya.

Ia teringat adik-adik dan teman baiknya Bernard,"Bagaimana mungkin manusia macam kau ini dipanggil sebagai teman.." Ujarnya dengan kekesalan yang membatu di hatinya, kedua tangannya terangkat. Ia kemudian melempar ke dua orang itu dengan sekuat tenaga, keduanya terlempar dengan kecepatan tinggi, kekuatan di balik serangan itu membuat seakan keduanya hanyalah batu-batu kecil yang tengah dilemparkan.

Peserta 906 terkejut dengan amat sangat, meski ia adalah seorang magi murni dan tubuhnya memang lebih kuat dari manusia biasa. Namun perbedaan itu tidaklah terlalu berarti. Karena kekuatan fisik saja tidak berguna tanpa respons dan gerakkan refleks, yang hanya berguna karena latih secara terus menerus hingga alam bawah sadar dan tubuh mereka menghafal semua gerakkan bahkan yang tersulit sekalipun, seperti salto dan gerakkan tak umum lainnya. Dalam hal ini, peserta 906 jauh dari kata 'terlatih' dua orang yang melesat ke arahnya menabrak tubuhnya, membawanya terpental mundur jauh dari posisinya.

Dua puluh meter ia terseret, tertimpa keduanya. Ia merasa beberapa tulang rusuknya patah, ia menjerit keras ketika mencoba berdiri. Matanya tersengat cahaya matahari yang menyilaukannya, ia mencoba menutupnya. Namun seketika seakan awan mendung datang, bayangan gelap menyambut arah pandangnya.

Hans berdiri di samping kepalanya, mengangkat kaki kanannya.

"Hentikan! Aku Twon Esclair, aku pewaris bangsawan Esclair! Bila kau berani melukaiku aku akan perintahkan agar keluargamu di cari dan di siksa!" Peserta 906, atau Twon merupakan pewaris satu-satunya dari keluarga Esclair, ia terbiasa dalam kemewahan dan di manjakan semenjak kecil. Saat ini matanya memerah, ia tidak pernah di perlakukan seperti ini dan selalu mendapatkan yang ia mau. Sehingga ia berpikir hal ini pun dapat ia gunakan untuk memerintahkan orang lain, menekan mereka dengan status sosialnya.

"Sampah..." Ujar Hans pelan, kemudian menghujamkan kakinya dengan kekuatan penuh.

"Gedebum!"

Suara benturan keras terdengar, lantai pertarungan itu terbuat dari batu keras berwarna putih gading, sebuah material yang bahkan besi sekalipun sulit memotongnya. Debu beterbangan ke atas, para peserta yang lain terhenti. David dan Marc melihat satu sama lain, keduanya menyadari sifat Hans. Ia terlihat acuh dan kadang pun ketus, namun ia sangat peduli pada keduanya. Terlihat dari setiap malam tiga bulan terakhir, ia tanpa lelah berlatih bersama. Ia tidak pernah mengeluh meski berkali-kali menegur David, bocah gempal itu jelas menyadari alasan di balik tegurannya adalah untuk menjadikannya orang yang lebih baik.

Hal inilah yang membangun rasa kepercayaan di antara ketiganya, ia tidak melihat ke arah suara dentuman dan justru berfokus pada lawan-lawannya yang terhenti dan terperangah melihat serangan sadis yang Hans lakukan terhadap musuhnya.

"Luar biasa! Peserta nomor 7, melakukan serangan fatal terhadap peserta 906! Apakah peserta nomor 7 melanggar peraturan dan membunuh peserta 906?!" Suara Pico penuh semangat menggelora memenuhi seluruh stadion. Komentarnya membuat para penonton makin penasaran, sebagian sampai berdiri untuk melihat gambar proyeksi yang lebih jelas.

"Woahhhh!!" teriakan para penonton seperti ribuan genderang perang yang sedang ditabuh. Di tambah dengan layar sihir yang seakan melakukan perbesaran beberapa kali, mendekati posisi Hans berdiri. Layar sihir besar itu menampakkan punggung Hans dan debu yang masih berkumpul di bawah kakinya dan menutupi tubuh Twon dan dua temannya.

Tiba-tiba sebuah tiang cahaya muncul dan melayang di atas stadion.

#1 - 7 - Hans (3)

#2 -

#3 -

#4 -

Sebuah daftar muncul di sana, menunjukkan nama Hans yang menjadi peserta pertama dengan skor tiga. Bersamaan dengan itu debu terbawa angin dan menyingkap kaki Hans yang membuat lubang besar di sebelah kepala Twon. Bocah itu begitu ketakutan hingga kehilangan kesadaran dengan mata terbuka, ia jelas merasakan sensasi kematian begitu dekat dan membuat otaknya tak mampu menerima tekanan yang begitu besar dan kehilangan kesadaran. Meski Hans tidak menyerang kepalanya, namun serpihan batu dan gaya di balik serangan itu tetap membuat goresan di wajah dan kepalanya, meski hanya terhitung sebagai luka ringan.

"Luar biasaaaaa! Peserta nomor 7, Hans, menjadi pencetak poin pertama dengan sekaligus mengalahkan tiga orang!" Pico berteriak sambil berputar beberapa kali, terlihat begitu menikmati perannya sebagai komentator.

Pertarungan yang Hans ikuti adalah pertarungan pertama dari sepuluh grup yang telah di bagi sebelumnya. Semua mata memandang ke arah tiang cahaya yang melayang di udara, begitu pula Orion dan Medias. Si bocah beruang terlihat kesal,"Mengapa ia mendapatkan kesempatan pertama?!"

"Wohoho luar biasa, hanya mengandalkan kekuatan fisik saja!" Ujar Gyves terlihat bangga pada muridnya.

"Hmmph! Kau pikir kekuatan fisik saja cukup untuk memenangkan turnamen ini? Haha.."

"Naif! Tunggu saja Gyves! Bagaimana bila kita bertaruh?" Dyson berceloteh meledek Gyves yang duduk di sebelahnya, keduanya saling hina terlihat selalu berseteru tapi justru memilih duduk bersebelahan.

"Kau?!!! Baiklah kita bertaruh, lima juta batu semesta bagaimana?!!" Gyves terlihat kesal, wajahnya memerah.

"Lima juta? Receh! Tapi baiklah!" Ujarnya sambil tersenyum penuh arti, ia merasa yakin muridnya--Marc--pasti memenangkan turnamen ini.

"Setuju!" Keduanya berjabat tangan, dua benang jiha keluar dari kedua tangan masing-masing yang saling terikat. Hal itu adalah pertanda kontrak antara dua orang terjalin di saksikan semesta dan jiha. Bila seorang atau yang lain ingkar, uma miliknya akan meledak dengan sendirinya.

Hans berjalan meninggalkan ketiganya, namun kemudian terhenti, melihat kekacauan yang terjadi di sekelilingnya. Matanya jatuh pada dua sahabatnya David dan Marc, ia kemudian berteriak,"Hei kalian berhenti membuang-buang waktu!"

Kemudian berlari ke arah berlawanan dari tempat David dan Marc, meski begitu peserta lainnya seperti menghindari Hans.

"Baik boss!" Ujar David kemudian meregangkan tubuhnya. Memijat kedua tangan dan meregangkan jari-jarinya.

Ia kemudian menatap para lawannya dengan tatapan serius, berbeda dengan sebelumnya yang terlihat bermalas-malasan.

Dua perisai yang sebelumnya bergerak ke sana kemari menahan serangan puluhan orang yang mengerumuninya kini berhenti.

Penyerangnya hanyalah para siswa yang belum memiliki aksara, sehingga keduanya tidak menganggap mereka sebagai lawan seimbang. David dan Marc kemudian berpisah, seakan mencari mangsa mereka sendiri-sendiri.

Pelajaran pertama! Jangan biarkan orang mengetahui semua kemampuanmu!

Semakin mereka meremehkanmu, semakin bagus!

Suara Hans ketika melatihnya terdengar, semakin lama semakin jelas maksud perkataan Hans sebelumnya.

"Para pelindung mohon bergerak segera ya!" Teriak David, kemudian mengalirkan jiha ke dua prisai yang kemudian berputar kuat menghajar puluhan orang yang mengelilinginya. Perisai itu memiliki kekuatan yang besar akibat rotasi secara tiba-tiba yang mementalkan seluruh peserta yang lain.

Namun David tidak sebaik Hans, atau bisa di bilang ia tidak mampu mengendalikan serangan yang ia lakukan karena kekuatan di balik serangan itu berasal dari momentum rotasi perisai.

Luka menganga terlihat di perut, lengan dan kaki sepuluh peserta yang mengelilingi David.