Edited by Mel
"Berikut kami umumkan jadwal pertandingan untuk peserta yang tersisa!"
"Cari nama kalian dan ingat baik-baik jadwal pertandingannya ya!" Teriak Pico antusias. Tak lama setelah Pico berbicara, delapan layar jiha yang tersebar di delapan titik stadion menyala satu persatu membuat para peserta terkejut.
Bersamaan dengan itu, sebuah medan energi terbentuk dan menghalau seluruh kabut keluar dari area stadion.
Hans hanya memandang layar jiha di sebelah kirinya, seperti biasa dengan ekspresinya yang tetap datar. Pertarungannya berada di grup ke empat dan kali ini ia berada dalam grup yang sama dengan Orion, sang bocah beruang.
Tak menemukan nama David dan Marc di kumpulan nama-nama dalam grup yang sama, dengan teliti matanya menjelajah ke daftar nama grup lain. Ia tidak menganggap pertarungan dengan Orion sesuatu yang penting, ia justru khawatir dengan kedua temannya.
Pandangannya terhenti di daftar yang berada di pojok kiri atas layar, pada daftar nama grup pertama. David berada di grup pertama, namun Hans mendapati nama lain di grup yang sama, nama yang membuat wajah Hans berubah menjadi serius. Belum sempat ia mencerna pikirannya, teriakan David yang terdengar kegirangan itu menyadarkannya.
"Hahaha! Asik!! Aku di grup yang sama dengan Lanika!!" teriakannya yang begitu antusiasme membuat seluruh bagian stadion di mana ia duduk melihat ke arahnya.
"Ini buruk!"
Hans berujar dalam hatinya, melihat David yang hingga titik ini pun masih belum membuang Lanika dari pikirannya.
Hans berdiri, memegang kedua sisi bahu David,"Gendut! Fokus!"
"Kau harus ingat! Jangan bertindak bodoh!" Ujar Hans meremas kedua bahu temannya erat hingga sang bocah gempal itu tersadar.
Ia tersentak, kemudian melihat mata Hans yang di penuhi rasa khawatir.
"Tenang Boss! Aku bukan David yang sama!" Ujarnya dengan percaya diri.
Mendengar hal itu, Hans justru semakin khawatir. Karena yang ia temukan di ekspresi dan cahaya matanya hanyalah cinta, dan rasa antusias tanpa sedikit pun keseriusan saat mengucapkannya. Pipinya yang tampak memerah sebagian besar terangkat, membuat mulutnya sedikit terbuka. Matanya berbinar namun kehilangan fokus, lengan dan punggungnya sangat kaku ketika Hans memegangnya. Terkadang antusiasme membuat kita terlalu bersemangat hingga menyebabkan tubuh kaku tanpa kita sadari. Adrenalin[1], Dopamin[2], Phenyl Etil Amine[3] ketiga hormon itu bekerja bahu membahu dengan begitu deras ketika perasaan cinta David menggelora, Hans mengerti betul ucapannya tidak berpengaruh sama sekali.
Ia melihat temannya itu menuruni tangga, ia hendak mengejar bocah besar itu dan meninjunya sekali untuk menyadarkannya. Ketika Hans berjalan menuruni satu anak tangga, Marc, dengan wajah yang terlihat serius memegang pundaknya dan menahan untuk melakukan niat hatinya.
Ia berbalik dan menemukan Marc menggeleng,"Biarkan dia Hans, biar dia bertanggung jawab atas pilihannya. Lagi pula ada para penjaga, tidak akan membiarkan kecelakaan terjadi!"
Mendengar hal itu Hans mengangguk, meski dalam hatinya tetap ia merasa tidak tenang. Salah satu alasannya adalah karena Lanika merupakan seorang Ahengkara, pengguna kekuatan makhluk kegelapan dan ia masih mengingat jelas apa yang terjadi di pertarungan kemarin.
Marc kembali duduk, namun Hans justru memilih berdiri. Kecemasan kini begitu terlihat jelas di raut wajah Hans.
David masih dengan wajah penuh senyuman menunggu awan penjemput membawanya naik ke area pertarungan yang saat ini melayang di udara. Matanya tak pernah lepas dari gadis berambut panjang yang berada di sisi lain area pertarungan.
Lanika memalingkan wajahnya, kemudian tersenyum dan mengedipkan matanya. Wajah David memerah dan lubang hidungnya membesar, asmaranya semakin menggelora seperti laut pasang.
Di daratan Syilivian anak-anak yang telah beranjak dewasa lebih cepat dibanding di bumi, mereka yang telah berumur dua belas tahun sudah di kategorikan sebagai orang dewasa dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Sungguh aneh memang, tapi ini adalah budaya dan keadaan sosial di daratan ini sehingga pernikahan anak-anak berumur tiga belas tahun bukanlah hal yang aneh lagi meskipun jarang terjadi. Untuk anak-anak berumur sembilan tahun, pada masa-masa ini mereka justru bersemangat bereksplorasi tentang lawan jenis.
Hal ini bukan tanpa alasan, karena pertumbuhan fisik mereka yang lebih cepat dari manusia normal yang kita ketahui. Anak-anak di daratan Sylivian memiliki tinggi orang dewasa saat mereka masih menginjak usia sebelas atau dua belas tahun. Keadaan yang penuh perang juga membuat mental mereka lebih cepat dewasa, seperti kiasan yang terkenal di tanah ini 'Perang tak mengenal umur manusia', siapa pun bisa menjadi korban dan bagian dari perang tanpa terkecuali.
Pertarungan ini berbeda dengan sebelumnya karena para peserta merupakan hasil penyaringan dari pertarungan sebelumnya. Lanika di kerumuni puluhan peserta lain yang sebagian besar adalah laki-laki, dan tidak dapat dipungkiri, kini hati David dipenuhi rasa cemburu sehingga ia bergegas mendekati mereka.
"Hmmph!" Layaknya seorang pahlawan, ia berjalan mendekat dan berdiri di depan Lanika berusaha menunjukkan bahwa ia melindungi Lanika, ia seperti bukan dirinya sendiri—penakut dan cari aman.
Melihat hal itu, puluhan peserta lainnya pun menoleh ke arahnya,"Hei gendut jangan berdiri di situ! Kau menghalangi Lanika! Bagaimana bila tubuh besarmu menyenggolnya!"
"Lemak-lemakmu mungkin tanpa sengaja menggores tubuh putihnya!" Ujar salah satu peserta, seorang pemuda berumur antara sembilan atau sepuluh tahun, tingginya seratus tujuh puluh sentimeter. Ia salah satu yang paling tinggi dari para peserta lain.
Ia bernama Bosun, tubuhnya besar seperti bison.
Tanpa rasa takut David memandangnya balik, dengan tegas dan spontan ia mengatakan hal yang membuat mereka geram terhadapnya,"Aku menyukai Lanika.."
"Jadi kalian tidak boleh mengganggunya!" Wajahnya memerah, tersipu setelah berujar demikian. Ucapannya polos, namun hal itu memancing kemarahan para peserta yang lain. Bila bukan karena menunggu aba-aba tanda dimulainya pertarungan mereka sudah berhamburan menyerang David.
Lanika memakai pakaian hitam, rambut panjangnya terurai indah membuatnya terlihat seperti peri. Meski di sudut matanya terlihat kekejaman yang berusaha di balut dengan kepolosan palsu.
Bocah-bocah itu tidak mengetahui sosok yang berusaha mengambil alih tubuh Lanika merupakan nenek-nenek yang sudah hidup ratusan tahun.
"Lanika..lihatlah,pertama-tama aku akan menyiksa bocah gendut lucu ini!" Suara terdengar di dalam kepala Lanika, suara seorang perempuan yang jelas bukanlah Lanika si gadis polos yang David kenal.
"Jangan! Jangan sakiti dia!" Lanika berteriak-teriak, ia terpenjara oleh ribuan rantai hitam yang terikat dengan tubuh sang sosok misterius.
Bagaikan jiwa yang terperangkap dalam raga sendiri, namun raganya pun kini dikuasai oleh jiwa yang lain. Jiwa atau mungkin roh yang jahat.
David masih berdiri dengan tegak tepat di hadapan Lanika, tidak goyah dan tanpa keraguan.
"Mulai!!!!" Pico berteriak keras, seluruh stadion menyambutnya dengan teriakan keras pula!
"WHOAAAA!" Suara seisi stadion begitu keras terdengar mengguncangkan tempat itu.
"Lanika, gadis bodoh..lihatlah caraku. Lust menyiksa para keturunan Adam! Hahahaha!" Sosok misterius yang mengendalikan tubuh Lanika terus memprovokasi Lanika yang terjebak di sisi terdalam alam bawah sadarnya.
Sosok kecil tubuh Lanika tiba-tiba melepaskan sosok besar di belakangnya, tidak berbusana, seorang wanita setengah ular dengan sisik di sekujur tubuhnya. Aroma mewangi tersebar ke seluruh area pertarungan, aroma yang tercium sungguh wangi pada indera penciuman para lelaki. Namun berbau busuk di penciuman para wanita, aroma itu adalah bau perangsang yang dihasilkan sisik-sisik makhluk yang muncul di belakang tubuh Lanika.
Tentu saja semua di hasilkan oleh jiha, aroma itu membuat mata para pemuda di arena itu menjadi merah. Hasrat terdalam mereka tersulut, terutama bagi mereka yang berada pada usia baru akil balik, membuat gejolak dalam diri mereka semakin kuat.
Semuanya berusaha untuk mendekati Lanika seperti kesetanan dan anehnya semua laki-laki di sana bisa mencium aromanya kecuali satu orang, David.
Dia satu-satunya peserta yang masih sadar. Melihat puluhan orang berlarian ke arah Lanika, ia pun terkejut. Namun dengan sigap meraih dua perisai yang menggantung di sisi kanan dan kiri pundaknya.
Dari kejauhan arena pertarungan, tampak sosok seorang teman yang terus khawatir an berjaga-jaga akan dirinya,"David..." Hans mengepalkan tangannya kuat, ia memandang sosok besar di belakang tubuh Lanika yang saat ini tersenyum pula ke arahnya. Memprovokasi Hans dengan senyuman jahatnya, Hans bisa melihat jelas bibir makhluk itu bergerak-gerak.
"Temanmu selesai.." Hans membaca bibir sang makhluk misterius, mendapati pesan dari gerakan bibirnya dan hal itu membuatnya semakin marah. Di sisi lain stadion Profesor Gyves juga merasakan keanehan.
"Toni, periksa siapa gadis kecil yang berada di belakang David!"
"Cepat! Aku mau semua informasi tentangnya! Waktumu sepuluh menit!" Gyves berujar dengan nada yang meninggi, seorang guru dengan kacamata kotak mengangguk keras menandakan bahwa ia mengerti apa yang harus dilakukan. Ia adalah salah satu guru di bawah Gyves, meski ia lebih terlihat sebagai pelayan profesor Gyves.
Sang Profesor menahan keinginan hatinya untuk pergi ke tengah area dan menjagai murid kesayangannya, karena hal yang ia lakukan adalah pilihan yang telah ia tentukan sendiri. Di daratan Sylivian manusia memiliki kiasan yang sudah mendarah daging, yaitu 'setiap orang mencari jalannya masing-masing, dan pilihan setiap orang adalah tanggung jawabnya', sehingga ia sebagai guru tidak bisa begitu saja ikut campur dalam keputusan muridnya.
David oh David, begitu polosnya dia sehingga tidak mengerti situasi yang tengah menimpanya.
Bocah gendut itu berdiri sambil memegang dua perisainya, serangan Bosun datang menyerang dari arah depan. Dengan percaya diri, David mengangkat satu tangannya dan menahan serangan itu dengan perisainya, "doong..." suara keras akibat benturan antara tangan Bosun dan perisai milik David seakan menjadi pertanda pertarungan itu dimulai.

[1] huruf aksara jawa bertuliskan ma, dari kata maesa dalam bahasa Sansekerta yang berarti kerbau.
Pukulan pertama dapat tertahan dengan mudah, pukulan selanjutnya datang, kali ini bayangan bison besar menghantam tubuh David. Lemak-lemaknya ikut bergoyang ketika getaran dari serangan itu menghantam perisainya, hingga saat ini pun ia hanya menggunakan satu perisai untuk bertahan dari serangan Bosun.
Wajah David mulai berubah, ia tampak semakin awas dan berjaga-jaga karena serangan lain datang, kali ini empat orang sekaligus menyerangnya secara bersamaan. Ia menahan dua serangan dengan perisainya, masing-masing dari penyerangnya memiliki satu aksara. Hal itu memaksa kedua tangannya terdorong semakin merapat satu sama lain.
"Hmmp!" Ia mendengus kencang, jiha mengalir keluar dengan deras ke seluruh tubuhnya. Seketika kekuatan besar mengalir ke tangannya, ia mendorong kedua orang itu hingga terpental, kemudian ia melakukan rotasi dengan cepat menyerang dua orang lainnya.
David yang berputar sangat cepat membuat orang-orang tidak percaya, karena tubuh besarnya seharusnya menghalangi dia untuk bergerak lebih cepat.
Empat, enam hingga akhirnya sepuluh peserta sekaligus menyerangnya. Mata mereka semakin lama semakin merah, seperti kehilangan akal sehatnya. Kini David semakin terpojok, sebab semua peserta laki-laki kini menyerangnya, namun mengingat Lanika yang berada di belakangnya ia mengatupkan giginya dan terus bertahan.
Ia melemparkan dua perisainya ke udara, kemudian mengendalikannya dengan jiha miliknya. Ketika jiha mengalir masuk ke dalam perisainya empat perisai lain terbentuk dari jiha, melayang-layang bergerak sesuai perintahnya melindungi tubuhnya dan Lanika.
Bosun kembali menyerang, bersama dengan empat belas orang lainnya. Dari seratus peserta hanya lima belas orang yang tidak terpengaruh sebab sepuluh orang perempuan dan lima orang lagi adalah Elf dan pengendali kegelapan.
David kini menghadapi hampir seluruh peserta ujian sendirian, seekor Bison besar muncul di samping Bosun. Makhluk itu adalah totem miliknya, bukan Bison sembarangan tapi bison emas yang di puja sukunya, tingginya enam meter dan panjangnya lima belas meter, sangat besar.
Bison itu kemudian menyerang David, puluhan orang lainnya bergeser dan memberi jalan,"Mati kau!!!" Ujar Bosun keras, memerintahkan bison besar itu untuk menghantam David. Jika dibandingkan dengan bison besar itu, David bukanlah apa-apa, kini matanya mulai menunjukkan ketakutan.
Ia memusatkan enam perisai miliknya untuk menahan serangan makhluk itu, namun naas semua perisainya terhempas. Jihanya terkuras, David yang memaksakan jiha lebih banyak dari kemampuannya mengalami cidera, tubuhnya tak mampu menerima paksaan darinya. Hidungnya mengeluarkan darah, sedang tubuhnya terpental.
Lanika pun terkena akibat serangan itu, namun jelas itu hanyalah kepura-puraan belaka. Gadis kecil itu terpental juga, namun ia membuat kesan bahwa ia terdampak parah akibat penyerangan itu hingga mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Lanika!!" David berteriak, tidak mementingkan dirinya sendiri.
Tubuhnya penuh luka, sebagian luka bakar dan penuh luka menganga.
Ia berdiri, tidak memikirkan dirinya sendiri dan berlari membantu Lanika berdiri. Ia memunggungi para peserta lainnya, mereka yang sudah kalap dan kehilangan akal sehat tetap melepaskan serangan mereka.
Serangan itu jatuh ke punggung David,"ARRRRGH!!!!"
Bocah gendut itu berteriak keras, Hans yang sedari tadi mengawasi pertarungan dari kejauhan, dengan segera berjalan menuruni tangga. Marc mencoba menghentikannya, namun tanpa sadar, Hans melepaskan jihanya dan mendorong Marc mundur hingga beberapa meter. Ia berjalan menuruni tangga sambil menyambung senjata miliknya, matanya tidak lepas dari area pertarungan.
[Author's Note]
Selamat membaca, bila berkenan berikan review untuk cerita ini, terimakasih yaaa 😆