Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 46 - Aksara 27a,

Chapter 46 - Aksara 27a,

___________________________________________________________________________________

Edited By  mel_us

Ayo beri sambutan yang hangat pada editor kita yang mau meluangkan sedikit waktunya untuk membantu memeriksa ketikan berantakan ini. Jangan lupa bilang makasih ya, karena author modal minta tolong doang maaf --gak modal--

Proofread by gulahitam 

Semoga hari kalian menyenangkan! Ayo makin rajin kejar mimpi kalian, apapun yang terjadi hati kita harus tetap murni dan penuh semangat --Alay bener bray!--

___________________________________________________________________________________

Luka menganga terlihat di perut, lengan dan kaki sepuluh peserta yang mengelilingi David. David memandang sekeliling dengan tatapan dingin, tidak mau ketinggalan dengan David, Marc melepaskan puluhan anak panah dan melesat ke penjuru-penjuru area pertarungan.

Peserta terus berkurang dengan cepat, kedua bocah itu seperti dewa yang melepaskan serangan mereka tanpa ampun. Para pelindung yang ada terlihat kesulitan mengikuti gerakan keduanya yang mengakibatkan semakin banyak korban terluka berjatuhan. Sementara peringkat Marc dan David terus naik tanpa berhenti.

#1 - 606 -David (15)

#2 - 89 - Marc (14)

#3 - 202 - Olax (8)

#4 - 335 -Carl (6)

#5 - 13 - Karyapum (4)

#6 - 7 - Hans (3)

"Woah!!" Teriakan penonton terdengar melihat pembantaian satu arah itu, nama di papan terus berganti. Nama David dan Marc terus berkejar-kejaran di tiang cahaya, sementara nama Hans terlihat tenggelam di kumpulan nama lain dan akhirnya terabaikan akibat penampilan spektakuler dari David dan Marc.

Pertarungan kemudian terhenti karena peserta yang gugur sudah lebih dari lima puluh orang, Pico menghentikan pertarungan agar tidak semua peserta tereliminasi. Hans memasukkan kedua tangannya ke saku jubahnya, seakan tidak peduli dengan peringkatnya yang berada di posisi paling rendah. Lucu memang, beberapa cukup beruntung berada di bagian ujung arena sehingga terhindar dari pertarungan, sedang yang lain berusaha setengah mati agar tidak gugur, meski mereka tidak berhasil mendapatkan poin namun mereka bisa melanjutkan ke babak selanjutnya.

Selain kelompok Hans terdapat tiga orang lain, dua bocah laki-laki dan satu gadis perempuan. Karyapum, nama gadis terebut, ia memiliki rambut keemasan panjang. Kacamata bulat menempel di atas hidungnya, ia terlihat seperti kutu buku yang membawa buku tebal di tangannya. Tangan kirinya memegang tongkat gembala panjang, meski begitu ia tidak bisa diremehkan.

Seekor griffin besar berada di depannya, sedang sosok golem batu hitam melindungi belakang tubuhnya. Tinggi golem itu mencapai empat meter, tangan dan kakinya berbentuk seperti perisai yang mampu terlepas untuk melindungi gadis kecil itu. Ia adalah seorang pemanggil atau juga dikenal sebagai sarati yang mampu memanggil makhluk yang melakukan ikat janji dengannya melalui aksara miliknya.

Olax, salah satu peserta lain yang cukup disegani pula. Ia memiliki telinga panjang dan bertubuh hijau muda dan rambut berwarna hijau gelap. Mereka di kenal sebagai bangsa Bawana[1], meski begitu ia berdarah campuran antara manusia dan Bawana sehingga wajahnya persis manusia, meski tubuhnya hijau muda seperti dedaunan.

Berbeda dengan Elf yang memiliki kulit putih dan wajah menawan, bangsa Bawana tidak memilik hal itu, tubuh mereka berwarna berbeda-beda bergantung pada elemen yang mereka miliki. Sebagian berwarna oranye dengan rambut merah membara, sebagian lagi memiliki tubuh berwarna biru transparan dan mata seindah kristal.

Terlepas dari penampilan fisiknya yang unik, mereka jauh lebih berbakat dari manusia dalam hal memahami semesta, menggunakan aksara dan memanfaatkan kekuatan jagat raya. Meski begitu, mereka memiliki karakter yang polos dan baik hati sehingga kerap kali dimanfaatkan oleh para manusia berhati kotor dan jahat. Berbeda dengan suku Bawana pada umumnya, Olex memiliki darah manusia dan itu membuatnya memiliki bakat yang luar biasa serta pemikiran seperti manusia pada umumnya sehingga dirinya menjadi salah satu peserta yang cukup mencuri perhatian.

Peserta terakhir yang di jagokan dari grup sepuluh adalah Carl, ia adalah pemanggil arwah. Cara bertarungnya tidak terduga dan penuh misteri, sering kali lawannya berakhir dengan jeritan tragis karena ia menyerang roh dan jiwa para musuhnya. Ia memiliki rambut abu-abu kehitaman yang berantakan dan tidak beraturan, dengan kacamata kotak dan sabit besar seperti malaikat kematian. Dari semua peserta lainnya hanya ia yang membuat Hans berjaga-jaga, karena ia tidak begitu memahami cara kerja roh dan jiwa. Sehingga ketidaktahuan itu yang menimbulkan rasa awas terhadap sosok Carl.

"Pertarungan grup sepuluh telah berakhir, para peserta yang lolos mohon meninggalkan arena dengan menaiki awan penjemput!"

"Kita akan melanjutkan pertarungannya! Tentu untuk mencari siapakah yang akan mendapatkan hadiah utamanya!"

"Aku akan mengulangi hadiah yang akan di dapat!"

"Mereka yang masuk seratus besar akan mendapat seratus batu semesta!"

"Mereka yang lolos lima puluh besar akan mendapat dua ratus batu semesta!"

"Mereka yang masuk dua puluh besar akan mendapatkan 500 batu semesta!"

"Mereka yang masuk sepuluh besar akan mendapatkan 1000 batu semesta!"

"Dan ini yang kalian tunggu-tunggu!" Pico menghentikan ucapannya memandang sekeliling stadion, membuat para peserta dan pendengarnya menunggu-nunggu.

"Hadi-" Belum selesai ucapannya, seekor burung cahaya terbang dan menembus kepalanya. Ia terpelanting di udara.

"Ouch!" Ia mengusap kepalanya.

"Baik-baik!"

"Aku menerima pesan baru, bawa hadiah untuk tiga besar di perbaharui."

"Juara ketiga akan mendapat 5000 batu semesta dan relic sihir tingkat 6."

"Juara kedua akan mendapat 7500 batu semesta! Juga relic sihir tingkat 6."

"Dan yang paling mengejutkan adalah hadiah untuk juara pertama akan mendapat 10000 batu semesta, dan satu buah relic sihir tingkat 5!"

"Gila! Benar-benar luar biasa!" Pico berujar sambil mengangkat tangannya, telinga panjang bergerak-gerak mengikuti gerak tubuh dan nada suaranya yang amat antusias!

"Relic sihir tingkat lima dan enam dapat digunakan hingga kalian mencapai tingkat bintang dua!"

"Bayangkan! Kepala akademi begitu baik hati memberikan kalian hadiah yang sangat mahal seperti ini!" Ujar Pico seraya berputar-putar di udara dengan sayap kecilnya.

Hans menatap Pico yang melayang-layang di udara, senjata yang ia miliki hanyalah senjata biasa. Yaitu pedang yang bahkan tidak mencapai tingkat relic, hanya senjata biasa. Mendengar hadiah untuk tiga besar adalah senjata sihir tingkat enam dan lima hatinya tergerak pula. Relic sihir tingkat delapan berada pada kisaran harga 5000 batu semesta. Sedangkan tingkat tujuh berada pada kisaran harga 6000 sampai 10000 batu semesta.

Sedangkan senjata relic tingkat lima dan enam bisa mencapai 20000 hingga 100000 batu semesta. Hal itu karena para magi bisa menggunakannya hingga mencapai tingkat bintang dua atau dua kata semesta. Hans tidak pernah berpikir untuk menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk membeli senjata.

Hans merasa terbakar semangatnya, begitu pula dua orang di sebelahnya. David sudah terlebih dahulu mengguncangkan bangku batu yang ia duduki karena terlalu bersemangat. Marc juga demikian, meski ia diam namun matanya menyingkap cahaya semangat batinnya.

"Boss, kita harus memenangkan pertandingannya!"

"Kau juara satu dan aku juara dua, biar Marc yang menjadi juara tiga! Hahahaha" David tertawa lepas, siswa lain melihat ke arahnya dengan tatapan aneh.

"Apa kalian?! Mau aku hajar?!" Tantangnya sambil mengangkat lengan berlemaknya.

"Hei..hei, siapa yang mau jadi juara tiga! Aku yang akan jadi juaranya!" Marc terlihat kesal, ia mengunci leher David dengan tangan kanannya. Keduanya bergulat di bangku mereka duduk, Hans menggeleng. Ia bermeditasi ringan dan menutup matanya.

"Haha..orang-orang lemah yang berlagak sok-sokan!" Ujar seseorang yang berada di belakang mereka, suara itu membuat Hans membuka matanya. David dan Marc pun berhenti bergulat dan perlahan-lahan membalikkan kepala mereka ke arah pemilik suara itu.

"Kurang ajar!" Marc telah menarik panahnya namun tetap menahan, entah semenjak kapan bocah pendiam itu menjadi suka mengumpat, mungkin karena selalu bersama-sama dengan David sehingga beberapa sifat buruk David tertular padanya, seperti pepatah 'pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik'.

Hans masih diam, menatap tajam sang pemilik suara.

Ia membawa peti mati di punggungnya, tingginya seratus lima puluh dua sentimeter. Dengan tubuh yang kurus hingga hanya terlihat tulang, rambutnya pun berguguran hingga sebagian kepalanya menjadi botak.

Di jubahnya tersemat lambang mata dan api berwarna putih yang menyerupai piramida, ia merupakan salah satu siswa departemen penelitian roh dan jiwa.

"Haha.. gendut, tunggu saja waktunya aku akan membuat tubuhmu menjadi koleksiku!" Ujarnya sambil tertawa lepas dengan suara yang parau dan serak. Bahkan artikulasi perkataannya pun tidak jelas, selain itu aroma tubuhnya penuh bau wangi-wangian seperti melati dan bunga tujuh rupa.

"Baiklah pertarungan kedua akan segera dimulai!" Suara Pico memotong perdebatan mereka, sedang bocah kurus itu tertawa kemudian pergi menuruni tangga dan meninggalkan mereka.

David terdiam, bulu kuduknya merinding. Tanpa sadar ia merasa sesuatu bergerak mengelilingi tubuhnya tapi ia tidak bisa melihat apapun, hanya hatinya tiba-tiba serasa di rundung ketakutan tanpa sebab yang jelas. Berbeda dengan Hans, ia tidak dapat merasakan apa yang David rasakan namun matanya bisa melihat ribuan tangan berusaha menjamah tubuh David. Awalnya Hans mengira semua orang juga dapat melihatnya, dan ternyata hanya dia yang dapat melihat dengan jelas tangan-tangan yang muncul dari bawah dan mencoba menarik roh David keluar.

Matanya terbelalak dan membuatnya mengamuk!

Entah dari mana, kekuatan besar mengalir keluar dari dalam hatinya. Lebih tepatnya hati singa yang diberikan Yu'da kepadanya.

"PERGII!!" Ia berteriak keras, begitu keras hingga seluruh stadion mendengarnya. Bahkan hingga memotong ucapan Pico yang masih berbicara.

Suasana menjadi hening..

Mendengar teriakan yang begitu kerasnya, seluruh peserta dan gurupun merasakan hati dan jiwa mereka ikut bergetar. Tangan-tangan itu pun hancur lebur karena teriakan Hans, sementara pemuda pembawa peti mati itu terhenti, hidung dan matanya mengeluarkan darah berwarna hitam. Ia menoleh ke arah tempat Hans dan kawan-kawannya.

"Hmmpp.. Ada yang tidak beres dengan bocah itu!"

Ujarnya dalam hati, seraya menenggak ramuan berwarna kehitaman. Ketika ia membuka tutup botolnya jeritan para arwah terdengar dari dalamnya, ia meminumnya dalam satu tegukkan.

"Apa yang terjadi!!" Seluruh mata memandang ke arah Hans.

Marc dan David pun demikian, keduanya tidak menyadari apa yang terjadi.

"Hans!! Apa yang terjadi,mengapa kau berteriak?!" Ujar David sambil melihat sahabat baiknya itu sambil melotot.

**

Elim

Sebuah menara tinggi berdiri tegak di tengah-tengah kota Elim, di kelilingi kastil kerajaan. Menara itu seakan menopang langit, ujungnya tidak terlihat karena diselimuti oleh cahaya. Seorang wanita berambut amat panjang tengah berlutut memandang matahari, wajahnya memiliki keriput di beberapa bagian.

Ia berlutut dengan kedua kakinya, tangan kanan dan kirinya saling bertemu seakan ia sedang berdoa. Ia mengenakan baju putih dengan pola-pola indah seperti bintang-bintang transparan.

Ia membuka mata namun wajah cantiknya kini menunjukkan ketakutan. Terlihat di bayangan matanya, kumpulan makhluk jahat keluar dari dalam perut bumi, jutaan jumlahnya, wajahnya seketika itu pucat dan dilanda ketakutan.

Ia berdiri dan berlari keluar kemudian membunyikan sebuah lonceng emas, lonceng kecil yang menimbulkan suara alunan merdu ke seluruh kerajaan.

Di sudut lain kerajaan Elim

Seorang pria paruh baya tengah berlatih menggunakan pedang besarnya, tubuhnya bertelanjang dada. Ia menancapkan pedangnya ke tanah, pedang besar itu menembus lantai batu keras hingga hanya sepertiganya saja yang tersisa. Sulit di bayangkan betapa tajamnya pedang berukuran dua setengah meter itu.

Ia menutup matanya, menengadah dan menikmati matahari pagi dan suara kicauan burung.

"teng-tong-teng-tong!" Suara lonceng merdu, mengubah wajahnya yang sebelumnya penuh kedamaian menjadi penuh rasa khawatir. Ia bahkan tidak mengelap keringat yang bercucuran di janggutnya.

Kediaman Keluarga Emmase

Bernard bermandikan keringat, tubuhnya penuh luka, namun matanya tetap memandang sosok satria di seberang lapangan latihan keluarganya.

"Kau perlu melatih kontrol terhadap jiha yang kau keluarkan nak, jadi kau tidak kehabisan energimu sebelum waktunya."

"Selama pertarungan ini, aku hanya menggunakan sepertiga dari jumlah jiha yang kau gunakan!" Lionel mengenakan pakaian latihan sederhana dan tidak menggunakan pelindung tubuh sama sekali. Ia hanya menggunakan sebatang lidi kecil, namun kontrol terhadap jiha yang luar biasa mampu membuat lidi itu menjadi senjata berbahaya. Mungkin orang yang melihatnya akan terkejut bila mengetahui luka sayatan di tubuh Bernard adalah karena lidi kecil di tangannya.

"teng-tong-teng-tong!" Tubuh Lionel bergetar, ekspresi wajahnya berubah.

"Nak, ayo bergegas dan ikut lah aku!" Lionel kemudian membuat sebuah aksara cahaya, yang seketika menyembuhkan tubuh Bernard tanpa bekas.

Catatan Kaki:

[1] Bowana, Sansekerta, sebuah kata sansekerta yang berarti dunia atau juga bisa diartikan sebagai alam raya. (a/n yang jelas bukan Mowana :D)

[Author's Note]

Terima kasih sudah menunggu ceritanya, chapter kali ini di edit oleh nona mel_us   yang jujur sangat membantu di tengah padatnya jadwal kerja yang memusingkan kepala. Benar-benar berterima kasih atas bantuannya!

Mohon maaf juga untuk jadwal update yang tidak beraturan, hal itu di karenakan real life goes first ya, maaf. Tapi saya akan terus berusaha memberi yang terbaik!

Semangat terus bersinar terus, kejar mimpi kalian! Bahagiakan orang tua kalian! Doa, usaha dan hati yang tulus itu jangan sampai hilang guys!