"Ahh, manajer sialan itu buang-buang waktu kita saja. Informasinya ngambang!"
"Berhenti mengeluh. Kita bisa dapat banyak QP kalau sampai Gold Fenrir itu ditemukan."
Dua orang itu bercengkrama seperti karyawan pada umumnya. Salah satu dari mereka bahkan merokok sehingga Kimansu langsung mengenang hidupnya dulu. Dia juga melihat salah satu agen itu mengeluarkan bola yang mirip bola P*k"mon.
"Siapa sangka Blue Linx betina itu punya pejantan? Harganya jadi jatuh, bukan?"
Kalimat itu spontan membuat Kimansu tanpa sadar memeluk Linx.
"Ada apa, Suki?" Linx berbisik.
"Kamu tidak mendengar pembicaraan mereka?"
Linx menggeleng.
"Aku tidak mendengar dan melihat apapun. Tapi aku bisa merasakan kekuatan besar di tempat yang kamu lihat, Suki."
Kimansu tertegun. Dia memperhatikan lagi diskusi dua agen N.A.O tadi.
"Aku tidak menyangka si Artifex berani membajak server pusat kita."
Kimansu semakin terkejut saat nama si dewa pedopil mereka sebut. Dia semakin pasang telinga untuk informasi selanjutnya.
"Sejauh mana proyek si Artifex itu lolos pantauan kita?"
"Proyek 'Homeless?' Entahlah, 5 dari 12 'Homeless' sudah kita tangkap. Tujuh sisanya tersebar di berbagai dunia."
"Apa salah satunya ada di dunia ini?"
"Hahaha! Jangan mimpi. Kamu pikir semudah itu menemukan mereka? Lebih baik kita kerja lagi sebelum manajer sialan itu ngomel-ngomel."
"Boss sudah mengirim demon king di dunia ini?"
"Iya, kita fokus mencari Gold Fenrir. Jangan urusi tugas agen lain. Ayo kita pergi."
Sebuah portal tercipta begitu salah satu dari mereka memencet arloji di lengannya. Dua agen itu pun pergi dari gua itu meninggalkan Kimansu yang masih deg degan.
'Proyek Homeless? Apalagi ini!?'
Kimansu semakin ketakutan saat menyadari bahwa dirinya bukanlah buronan biasa.
***
Seminggu kemudian.
Malam itu seperti malam-malam kemarin. Kimansu masih sulit menutup matanya di ranjang mewah mansion itu. Sesekali dia mengelus rambut Linx yang tidur melingkar di atas tubuhnya.
'Dasar kucing.' Kimansu berbenak saat kibasan ekor Linx sesekali menggelitik kulit. Perasaannya semakin kuat karena Linx memang perempuan terbaik untuknya.
Istrinya jago masak. Linx juga sangat perhatian dan selalu memastikan suaminya tidak merasa sendirian. Walaupun Linx tidak bisa melihat dua agen itu, tapi dia tahu bahwa mereka memberi Kimansu trauma buruk.
"Tidur, Suki. Dua hari lagi hari penting kita, huwaammm ... miaw ... zzzz."
Kimansu sudah berusaha terpejam. Tapi kata-kata 'Homeless' itu masih terngiang-ngiang. Dia semakin cemas karena si dewa wibu tidak kunjung menghubunginya.
Linx terbangun. Seperti malam-malam kemarin, dia menjilat-jilat pipi Kimansu seperti kucing.
"Geli, tahu!"
"Makanya tidur. Kamu bisa sakit bergadang terus." Linx menunjukan wajah cemberut. Dia meraba-raba seenaknya hingga Kimansu paham mau istrinya apa.
"Ayo lah! Mau berapa kali sehari? Kamu tidak capek?" Kimansu protes.
"Minimal 10 kali dan jangan ditawar!"
***
Pagi harinya.
'Si kecil itu brutal sekali.'
Seperti biasa, Kimansu berjalan pincang. Dia agak kurang nyaman ketika seluruh mata memandang geli padanya.
Berita pernikahannya tersebar luas. Tinggal sehari saja sampai hubungan itu akan disaksikan seluruh warga kota. Linx sangat terkenal sampai-sampai raja pun akan menghadiri pesta pernikahan.
Karena Linx sedang di Istana raja, Kimansu menemui kawan lamanya. Dia melihat Si Anjinx meninggalkan tokonya dan histeris memberi sambutan.
"Lihat! Itu manusia pertama yang menikahi beastman! Dia sahabatku!"
Si Anjinx langsung sebar pengumuman. Dia membusungkan dadanya bangga saat seluruh beastman menoleh kepadanya. Dia menepuk-tepuk pundak Kimansu dan melontarkan berjuta pujian.
"Aku terkejut kamu mendapatkan beastman terbaik di Hallaval. Aku jadi iri padamu, hahahaha!"
"Kamu juga naksir dia?"
"Enggak. Kami beda spesies. Dan aku tidak tertarik dengan betina."
Kimansu langsung jaga jarak. Dia menutup pantatnya dengan kedua tangan.
"Hahahaha! Aku bercanda! Begini-begini aku ini punya istri, tahu! Hahahaha!"
"Huh? Kenapa aku tidak pernah melihatnya?"
Pundak si Anjing terkulai lemas.
"Dia kabur dengan pejantan lain."
"Pffttt ..." Kimansu menahan tawa. Dia menepuk pundak Si Anjinx dan mengajaknya masuk ke rumah kumuhnya. "Ya ampun, aku rindu sekali ruangan ini, hahaha."
Si Anjinx ikut terbahak.
"Ada kabar apa hari ini? Sepertinya ada yang mau kamu tanyakan lagi, Kimansu."
Si Anjinx adalah sahabat terbaiknya. Dia adalah dewa penolong di saat Kimansu susah. Si Anjinx selalu ada saat Kimansu membutuhkannya.
Seperti hari ini, Kimansu menemuinya untuk menanyakan sesuatu yang mungkin si Anjinx tahu.
"Njinx, kamu tahu legenda Gold Fenrir?"
Tidak disangka, ekspresi si Anjinx berubah. Dia tidak terbahak seperti biasanya hingga Kimansu yakin ada sesuatu yang sahabatnya tahu. Dia pasang telinga begitu Si Anjinx mau berbisik.
"Aku selalu percaya padamu, Kimansu. Darimana kamu tahu identitas asliku?"