Chereads / I Love You Prince / Chapter 17 - kau mau apa?

Chapter 17 - kau mau apa?

Alesha benar-benar tidak percaya apa yang didengarnya, dia sampai mencubit pipinya sendiri karena mengira hanya mimpi tapi kemudian dia meringis kesakitan.

" ouchhh... sakit, berarti ini nyata..!!? wow... George ternyata mencintaiku..!!! Ahhhh....!!" Dia berteriak kegirangan sambil berputar-putar, jaket yang berikan George untuknya diciuminya berulang kali. Dia lalu menuju kamarnya.

Beberapa hari berlalu...

Meena yang sedang berbincang dengan temannya terlihat serius membicarakan sesuatu. Tapi sebuah tepukan dipundaknya mengalihkan perhatiannya. Setelah melihat siapa yang menepuknya dia lalu menyuruh temannya itu untuk pergi.

" Hi man, kau akhir-akhir ini tampaknya sibuk ya." Sapa George basa basi sambil duduk.

"Hei, apa kabar kau?aku jarang melihatmu lagi. Bagaimana perkembangan masalah asmaramu dengan gadis itu?" jawab Meena tersenyum nyengir.

George terdiam sejenak, kemudian dia menatap Meena tajam lalu tersenyum.

"Aku sudah menyalesaikannya, sekarang giliranmu memberitahuku siapa gadis impian yang selalu kau puja itu hah?"

Kali ini giliran Meena yang terdiam, senyum sumringahnya menghilang dan wajahnya berubah kelam.

" Dia ternyata mencintai orang lain, tetapi si brengsek itu menyia-nyiakan perasaanya."

George terdiam, ingin rasanya dia menghajar wajah Meena karena telah mengatainya brengsek. Dia kemudian membakar rokok dan mulai menghisapnya dalam lalu menghembuskannya kembali.

"Apa kau mencintainya" tanyanya sambil terus menghisap rokoknya.

" Hei, sejak kapan kau tertarik dengan cerita asmaraku hah? Biasanya kaulah yang menyuruhku untuk tidak peduli dengan wanita apalagi dengan perasaan mereka tapi kau tau kan aku tidak bisa melakukannya." Ucap Meena heran. Dia juga merasa aneh dengan sikap George yang tiba- tiba merokok tanpa henti. Dia punya firasat buruk tentang perubahan sikap sahabatnya itu.

"Jawab saja apakah kau mencintainya!" ulang George, kali ini suaranya sedikit tinggi dan terkesan menekan.

Meena yang menyadari itu mengerutkan kening dan menatap George dengan serius, ada yang tidak beres dengannya,batinnya.

" Hei man, ada apa denganmu? Iya aku mencintainya dan aku ak..."

" Lupakan dia..!!" George kembali memotongnya. Dia lalu menatap Meena tajam.

"..."

Meena tertegun, dia semakin tidak mengerti dengan sikap George. Dia memang sering diingatkan olehnya agar tidak terlalu memberi kesempatan kepada para wanita untuk bermimpi tentangnya tapi kali ini dia merasa kalau sahabatnya itu sudah sedikit keterlaluan.

" Jangan menyeretku dalam masalah percintaanmu yang rumit itu, kalau kau tidak berhasil dengannya maka lepaskanlah dan kembali ke pelukan putri Selvia. Jangan malah memaksaku untuk melupakan cintaku. Come on, man..!" ucapnya sedikit tersulut tapi juga memancing George untuk terbuka, mencari tau kenapa dia bertingkah aneh.

George hanya terus menghisap rokoknya tanpa henti. Dia kemudian tersenyum tapi senyum itu dirasakan Meena tidak seperti biasanya, ada sinis dan persaingan didalamnya.

" Jangan bilang kalau kau juga menginginkan gadis pujaanku, karena akan kupastikan kau kalah". tambahnya menebak. Dia lalu memperhatikan ekspresi George. Dan ternyata benar.

" Kalau iya kau mau apa?" Tanya George dengan menatapnya tajam. Tatapannya semakin menantang.

Melihat itu Meena lalu menyipitkan matanya,

" Apa maksudmu berkata seperti itu?" Tanyanya semakin penasan, apa dia mengenal Alesha dan juga menyukainya? hah...! imposible, pikirnya. Tapi George hanya terdiam dan kembali menghisap rokoknya. Dia kemudian mempermainkan asap bulat yang keluar dari mulutnya yang kemudian hilang bersama udara.

Sedangkan Meena masih menatapnya serius, mengantisipasi jawaban darinya.

George menarik napas dalam, dia mematikan rokoknya lalu berpaling kehadapan Meena.

" Meena, katakan padaku seandainya wanita yang kau cintai itu ternyata mencintaiku, apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya tiba-tiba membuat Meena lagi-lagi tertegun. Ada perasaan terhianati yang menyelimuti hatinya tetapi dia berusaha menekan perasaan itu. Lalu kemudian dia tersenyum kecil.

" Kau adalah pria yang selama ini kukenal tidak pernah menyukai wanita, dan kalau sampai gadisku menyukaimu itu sudah pasti tidak akan kubiarkan karena dia hanya akan terluka. Kau memang sahabat baikku, tapi kalau menyangkut gadis yang kukasihi, siapapun tidak akan kutolerir." jawabnya sedikit emosi, perasaannya tiba-tiba khawatir. Dia menjadi takut kalau seandainya apa yang dikatakan George benar. Maka dia akan benar-benar merana.

"Tapi bagaimana jika seandainya ternyata juga aku mencintainya?" George lagi-lagi bertanya, dia memang sengaja ingin mengetahui reaksi sahabatnya itu, dia ingin berterus terang kepadanya meskipun dia tau endingnya adalah persahabatan merekalah yang menjadi taruhan. Selama ini mereka selalu solid dan saling mendukung, mereka juga selalu mengingatkan.

Kadang terjadi pebedaan pemikiran tetapi mereka selalu bisa menyelasaikannya, tapi kali ini situasinya berbeda. Mereka mencintai gadis yang sama. dan dia tau betul betapa keras kepala dan kuatnya tekad sahabatnya itu, sehingga dia harus berhati- hati berbicara kalau tidak mau berarkhir dengan adu fisik tapi bukan berarti dia takut, melainkan itu adalah hal terakhir yang akan dipikirkannya.

" George kau jangan bercanda, ap.. sebentar..., apakah gadis yang selama ini kau ceritakan itu adalah gadis yang sama dengan yang aku..." Meena tidak mampu lagi melanjutkan kalimatnya, dia semakin menatap tajam George. Emosinya seketika membuncah, dia mulai bangkit dari duduknya dan mulai mengacak rambutnya kesal. Sedangkan George masih duduk tenang, seakan tak peduli tetapi tidak, dia sangat sadar akan perasaan sahabatnya itu namun tidak ditunjukkannya.

" Iya, aku mencintai Alesha". Ucapnya tanpa sedikitpun menatap Meena.

Mendengar itu Meena secepat kilat menyambar kerah baju George.

" Kau bohong, itu tidak mungkin. George, apa kau lupa kalau kau sudah bertunangan,hah..!? kau bilang mencintainya? kau hanya menyakitinya, dan suatu saat akan mencelakainya juga. Kau bahkan tidak peduli ya dengan apa yang nantinya akan tunangannmu itu lakukan pada Alesha kalau sampai dia tau. Itu yang kau namakan cinta..!! Ucapnya seraya mendorong tubuh George dengan kasar sehingga tubuhnya terpental kesandaran kursi.

Tapi George tidak menjawab, dia tau apa yang dikatakan Meena memang benar, cintanya untuk Alesha sangat tidak mudah, akan ada banyak rintangan yang mereka harus hadapi. Hatinya pun terasa berat, akan tetapi dia juga tidak ingin menyerah. Dia bahkan bertekad memperjuangkan cintanya itu apapun rintangannya.

" Aku mencintainya, dan tidak akan membiarkannya terluka. Meena, kami saling mencintai. Aku harap kau bisa pahami itu. Jadi tolong lupakan semua perasaanmu padanya."

" Dan kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja? George, cintamu itu hanya akan membuatnya tersiksa, orang yang seharusnya mundur itu adalah kau. Biarkan dia kuliah dan hidup dengan tenang dinegaramu ini, kau lebih baik perbaiki hubunganmu denga putri Selvia dan cepatlah menikah dengannya dan biarkan aku yang mencintai serta menjaga Alesha."

Mendengar itu darah George tiba-tiba membara membakar akal sehatnya, mata tajamnya berkilat. Dia yang tadinya berusaha untuk tidak terpancing emosi apapun yang terjadi ternyata tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dalam sekejap mata sebuah hantaman keras mengenai rahang Meena yang sukses membuat pria itu tersungkur kelantai, dia yang tidak menyangka akan mendapatkan serangan mendadak itu sontak terkejut tapi sebelum dia sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi serangan keduapun mendarat tepat dimulutnya, alhasil darah segarpun mengalir.

Menyadari kalau George sebentar lagi akan melayangkan tinjunya Meena dengan sigap mengelak dan berbalik menendang selangkangan George dan Perkelahian pun tak terelakkan.

Orang-orang yang sejak tadi menyaksikan pemandangan itu hanya bisa bisa ternganga tanpa tau harus berbuat apa. Mereka juga tidak berani melerai keduanya karena segan dan takut. Sungguh kejadian yang sangat langka, seorang pangeran sekaligus putra mahkota terlibat perkelahian. Bahkan pengawalpun tidak berani berbuat apa-apa, mereka hanya berdiri mematung menyaksikan pangeran mereka dan orang itu yang tak lain adalah sahabatnya sendiri beradu pukul. Mereka sebenarnya ingin melerai perkelahian itu tetapi karena melihat wajah menghitam George, nyali mereka ciut.

Sedangkan George yang seperti kesetanan oleh emosinya tak peduli apapun lagi, yang dia mau hanya menghajar orang yang ada didepannya itu hingga remuk, amarahnya sudah menguasainya. Dan ketika dia hendak melayangkan pukulan kearah wajah Meena, tiba-tiba terdengar pekikan keras.

" Hentikaaannn...!!!"