Jimmy terus melaju bersama porsche hitam miliknya, pikirannya melayang nama George ternyata sangat mengganggu pikirannya. Sementara Alesha masih tampak tertidur pulas. Melihat gadis itu tertidur dengan nyenyaknya, dia tiba-tiba ingin menyentuh wajah cantik itu. Dia menghentikan mobilnya dan menatap Alesha dalam.
"Kau tidak akan pernah lagi memikirkan pria lain Alesha, karena akan kupastikan hanya aku yang ada dalam pikiranmu" Ucapnya tersenyum. Tangannya menyentuh pipi lalu ke bibir merah Alesha.
"Hanya aku yang bisa memilikimu" Jarinya mengelus lembut bibir itu dan tersenyum misterius. Mata tajamnya berkilat.
George mengikuti mobil porsche hitam yang melaju didepannya, dia sangat khawatir dengan Alesha. Apalagi tampaknya dia tidak sadarkan diri, dan dibawa pergi oleh pria asing. Walaupun mereka terlihat sangat dekat tapi tetap saja George tidak ingin terjadi apa-apa dengan gadis yang sangat dicintainya itu. Dan dia tidak mempercayai pria itu.
Dia juga sangat yakin kalau pria itu juga menginginkan Alesha, dan tampaknya wajah itu tidak asing baginya. Tiba-tiba mobil yang diikutinya itu berhenti ditepi jalan, George lalu memelankan laju mobilnya dan berhenti tidak jauh dari tempat mobil itu berhenti.
Tangan Jimmy terus menusuri wajah indah Alesha yang sedang terlelap, tapi sesekali kening gadis itu berkerut dan meringis mungkin karena merasakan sentuhan diwajahnya. Jimmy tersenyum kecil melihat ekspresi Alesha ketika merasakan sentuhannya, dia membayangkan bagaimana tangannya itu jika menyentuh bagian tubuh Alesha yang lain. Tapi gerakannya berhenti ketika dia merasakan pergerakan. Sorot matanya seketika waspada, ada yang mengikutinya. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya dan berniat meninggalkan tempat itu, tapi seketika itu tiba-tiba sebuah mobil memotong jalannya dan berhenti tepat didepannya.
George keluar dari mobil dan melangkah menuju mobil dedepannya, dia memberi isyarat supaya mobil itu membuka pintu. Pintu mobil itupun terbuka dan keluarlah sosok yang George lihat diclub tadi, yang membawa Alesha pergi. Sosok itu menatap tajam kearahnya. Tapi kemudian dia tersenyum sinis.
" Wah.. aku tidak menyangka ternyata pangeran inggris sang pewaris tahta bisa melanggar rambu lalu lintas dengan menyalip kendaraan lain, oh..tapi ijinkannlah hamba menyapa yang mulia. Selamat malam your grace, ada kepentingan apa sehingga anda susah-susah mencegatku seperti ini? ucapnya mencemooh.
George hanya menatapnya tajam, ternyata dugaannya benar. Dia orang yang sangat berbahaya.
" Jimmy Valhenton, aku tidak ingin berbasa-basi denganmu. aku tau siapa kau dan aku tidak akan membiarkan Alesha bersamamu. Sekarang serahkan dia padaku" ucapnya penuh antisipasi. Dia tau orang ini sangat berbahaya, kejahatannya sama sekali tidak pernah terdeteksi. Jaringannya pun menyebar hampir diseluruh dunia, Dia tidak boleh gegabah menghadapinya dan juga tidak untuk membiarkan Alesha dengannya.
Jimmy hanya tertawa kecil mendengar perkataan George, ternyata dia orangnya. Yang disebut-sebut Alesha dalam ngigaunya.
" Kenapa sekarang aku merasa kalau seorang pangeran akan merampok harta milikku ya? uh... aku takut! jangan kau ambil milikku ini yang mulia karena hanya dia hartaku yang paling berharga... dan siapapun yang akan merampasnya dariku akan segera berakhir". ucapnya dramatis seperti phisikopat mengerikan. Wajahnya merah padam.
Tapi George sedikitpun tidak gentar, dia sudah menduga respon Jimmy. Satu-satunya cara adalah menyerangnya secara langsung dan terbuka, oleh sebab itu dia sudah mempersiapkan pengawal pribadinya bersiaga.
" Kau seharusnya takut Jimmy dan jangan pernah mencari gara-gara denganku karena sekarang kau ada di negaraku. Jadi serahkan Alesha padaku atau kau akan berakhir dipenjara". Ucapnya tenang. Terlihat beberapa orang sudah mendekat dan mengepung tempat itu.
Sial bagi Jimmy karena dia sama sekali tidak menyangka kalau Pangeran ini akan seserius ini dengan ancamannya. Dia juga tidak ada pilihan lain selain melepaskan Alesha kali ini, karena kalau tidak dia benar-benar akan berakhir konyol. Orang-orangnya pun tidak bisa berbuat apa-apa karena situasinya sangat tiba-tiba dan tanpa terprediksi. Dia kemudian kembali kemobilnya dan berniat menggendong Alesha keluar sebelum George berseru.
" Jangan coba-coba kau menyentuhnya lagi Jimmy..!!" ucap George sambil melangkah ketempat Jimmy berada dan membopong Alesha menjauh.
" Ingat Pangeran George, kau sudah bermain api dengan Jimmy Valhenton. Maka bersiaplah untuk terbakar". ucap Jimmy penuh amarah lalu masuk kemobilnya. Tapi sebelum menutup pintu mobilnya George kembali berseru.
" Jangan harap kau akan melihat Alesha lagi Jimmy, aku tidak akan membiarkan kau mendekatinya dan segeralah menghilang dari negaraku..!" ucap George yang sontak membuat wajah Jimmy semakin menghitam menahan amarah. 'Kau lihat saja George, akan kubuat kau menyesal pernah dilahirkan didunia ini' batinnya sambil membanting pintu mobilnya dan melaju.
George yang masih menggendong Alesha berdiri memandangi mobil Jimmy yang sudah menghilang, pikirannya menjadi kalut. Dia masih bisa bernapas lega saat ini karena berhasil merebut Alesha dari mafia itu tanpa ada kekacauan. Padahal dia sudah sangat siap kalau pada akhirnya Jimmy tidak mau menyerah. Tapi rupanya strateginya berhasil, walaupun begitu dia juga tau kalau itu tidak akan berlangsung lama, dia sangat yakin Jimmy akan mengatur rencana pembalasan sehingga dia harus menuntaskannya segera. Dia akan mengumpulkan bukti kejahatan mafia itu lalu mengakhirinya. Alesha terdengar meringis lirih membuat George tersadar kalau sejak tadi dia masih berdiri dan sedang dalam posisi membopong Alesha ditangannya. Dia memasuki mobil dan menyuruh sopirnya mengantarkan mereka ke apartemen pribadi milik George.
Di dalam mobil, Alesha kembali mengigau.
" Panas... !" ucapnya sambil berusaha membuka pakaiannya masih dengan mata terpejam. George sontak terkejut dan menahan tangan Alesha agar tidak bergerak. Dia menyuruh sopirnya mempercepat laju mobil dan menutup pembatas antara sopir dan kursi belakang.
" Hei... kau jangan menahanku. Badanku terasa panas aku mau buka baju. Minggir sana". Alesha meronta berusaha melepas cekalan George.
" Alesha kau tenanglah, kita dalam perjalanan pulang." Ucap George berusaha menenangkan Alesha yang mulai merayapinya.
" He..he... Kau begitu tampan. Aku ingin menggigitmu. Sini.." Kini Alesha sudah berada dipangkuannya sambil berusaha meraih leher George. Darahnya tiba-tiba memanas dengan detak jantung yang memburu, gerakan Alesha itu berhasil membuat tubuhnya panas juga.
"Diamlah Alesha, apa yang kau minum di club tadi hah? apa kau seperti ini kalau mabuk?" George menjadi sangat risau, membayangkan Alesha yang seperti ini dengan Jimmy membuatnya sedikit kesal. Untung dia datang tepat waktu atau Aleshanya akan... oh Tuhan tidak. Tapi Alesha terus saja menyusupkan kepalanya keleher George dan berusaha mencuimi lehernya. George semakin panas dibuatnya. Untunglah, mobil segera berhenti. Tanpa menunggu pintu terbuka George dengan cepat keluar dari mobil sambil membopong Alesha yang masih terus berusaha menciumnya. Sopirnya hanya bisa menggeleng, kemudian berlalu.
Sesampainya di dalam kamar, George meletakkan tubuh Alesha di kasur dan menutupnya dengan selimut. Tapi ketika dia hendak melangkah tangannya dicekal Alesha dan menariknya kebawah, tak ayal tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh menimpa tubuh Alesha.
"Damn.. Alesha lihat apa yang lakukan, aku menimpamukan? ucapnya berusaha bangkit tapi lagi-lagi gadis itu menariknya kebawah. Alesha melingkarkan lengannya di leher George, dia menatap mata George dengan tatapan sendu lalu tersenyum.
" Sudah kubilang aku mau mengngigitmu karena kau sangat tampan. Lihat bibir itu, rasanya pasti nikmat kalau digigit kan? Ucap Alesha. Dengan sekali tarik Alesha sudah melumat bibir George tanpa ampun. George tertegun sesaat, gadis ini benar-benar tidak terkendali kalau mabuk. Awalnya dia membiarkan saja gadis itu menjelajahi mulutnya, namun beberapa saat kemudian dia sudah larut dalam kenikmatan mulut Alesha dan membalasnya dengan gairah.