KETIKA tiba waktu melahirkan, Khadijah mengutus seseorang untuk pergi ke tempat wanita Quraisy dan Bani Hasyim. Ia minta agar mereka datang untuk membantu proses kelahiran sebagaimana kebiasaan yang sering dilakukan wanita lainnya. Namun, utusan tersebut ditolak oleh para wanita Quraisy dan Bani Hasyim. Mereka berkata, "Kamu telah menentang kami dan tidak mengindahkan omongan kami. Karena kamu menikah dengan anak yatim milik Abu Thalib yang tidak punya harta. Kami tidak akan menjengukmu dan kami tidak akan membantumu." Mendengar ucapan tersebut hati Khadijah menjadi sangat sedih.
Saat dirundung pilu, tiba-tiba datanglah empat wanita tinggi dengan perawakan seakan berasal dari Bani Hasyim. Khadijah merasa takut. Salah seorang dari mereka berkata, " Wahai Khadijah, janganlah engkau merasa bersedih, kami adalah utusan tuhanmu kepadamu. Kami adalah saudari-saudarimu. Aku, Sarah dan ini, Asiyah binti Muzahim. Temanmu di surga. Dan ini Maryam putri Imran dan ini Kulstum, saudari Musa bin Ibrahim. Kami diutus oleh Allah swt. Kepadamu untuk membantu urusanmu selayaknya seorang wanita dilayani.
Seorang dari mereka lalu duduk di samping kanan Khadijah, seorang lagi di samping kirinya. Seorang lainnya duduk di depan dan seorang lagi di belakangnya. Akhirnya Khadijah melahirkan Fatimah dalam keadaan suci dan disucikan. Ketika bayi itu lahir, bersinarlah cahaya dari tubuhnya.
Wanita yang duduk di depan Fatimah kemudian mengambil tubuh mungil itu dan menyucikannya dengan air Al-Kautsar. Ia mengeluarkan dua helai kain berwarna putih. Lalu ia membalut Fatimah dengan satu kain dan menyelimutinya dengan kain lainnya.
Para wanita tersebut berkata, "Wahai Khadijah, ambillah dia dalam keadaan suci dan disucikan, bersih dan diberkahi. Semoga dia memperoleh berkah begitu pula keturunannya.
Khadijah lalu mengambilnya dengan perasaan bahagia dan memberinya air susu yang mengucur deras.