Lenny tengah memilih-milih jenis nail art untuk dikenakan saat hari pertunangannya nanti begitu tiba-tiba Eriska juga berada ditempat yang sama.
"Len?!" Gadis itu menyapa duluan, kaget bukan main menemukan sahabatnya ditempat yang sama.
Lenny menoleh, kaget juga. "Eriska?! Ya Tuhan, gue kangen banget!" Langsung saja mereka berdua berpelukan. Gak peduli ini adalah tempat umum. Saat ini mereka berdua tengah berada di beauty salon and spa yang terkenal.
"Elo apa kabar? Kenapa sih nomor lo gak aktif? Dan gimana selama di Jambi kemaren? Cerita-cerita dong sama gue! Lo udah ngilang kayak di telen paus aja!" Eriska memburunya dengan berbagai pertanyaan. Jujur saja dia memang khawatir sahabatnya menghilang tanpa kabar dan sekarang mendadak sudah ada di Jakarta lagi.
Lenny nyengir kuda. Dia mulai berbisik pelan.
"Ceritanya panjang banget, sepanjang jalan kenangan. Intinya, gue sekarang lagi dipingit! Gue gak punya hape lagi!"
"What?!" Eriska terbelalak. "Dipingit apaan? Terus gimana mungkin lo gak punya hape? Elo kan selebgram! Gimana nasib dunia perendorsan elo nanti kalo..."
"Psstt!" Lenny memberi isyarat diam. Eriska ini, dia kan udah bisik-bisik tetangga ngomongnya. Lah sahabatnya itu malah suaranya ngegas kenceng banget. Gak kompak betul. "Gue sementara cuti jadi selebgram. Bulan depan baru bisa online lagi!"
Eriska semakin gak ngerti. "Ada apa sih? Apa yang udah terjadi? Terus kenapa kita bisik-bisik gini?"
"Duh Ris.. gue takut terciduk!" Desis Lenny pelan. Kepalanya mulai celingak celinguk ke segala arah. Gak nyaman banget.
"Terciduk kenapa? Oh.. gue ngerti nih, jangan jangan elo jualan bakso boraks ya? Atau jualan kosmetik oplosan? Wah Len, itu bahayaaa!"
"Sembarangan!" kata Lenny masih pelan, "Pokoknya lusa lo dateng ya ke hotel Grand Sun jam tujuh malem, acara engagement gue!"
"HAHHH?! LO MAU TUNANGAN?!" Eriska makin heboh. "SAMA SIAPAAAAA?!"
Masih histeris begitu mendadak Mamanya Reyhan keluar dari dalam salon. Sepertinya kegiatan nyalonnya sudah selesai.
"Yuk sayang, tante udah selesai nih menikur, pedikur, kukur kukurnya.."
Eriska tercengang lagi. Lah ini kan ibu boss mereka di kantor? Istrinya pak Danu Deandra pemilik Deandra Group kan? Kok bisa berduaan disini? Akrab banget pula sama sahabatnya.
"Eh iya tante.." Lenny tersenyum kikuk, "Ris, gue duluan ya. Inget, lusa!" kata gadis itu sambil berlalu. Meninggalkan Eriska sendirian yang masih mematung di tempat ini.
Banyak pertanyaan yang kini memenuhi isi kepala Eriska. Bagaimana mungkin sahabatnya mendadak tunangan tanpa cerita barang seuprit pun padanya? Bukankah selama ini Lenny itu selalu cerita sama dia bahkan untik hal-hal yang kadang gak penting? Lagipula pertunangan adalah berita yang besar, dan dia nyaris luput dari acara spesial sahabatnya sendiri?
Terus nih, kok bisa Lenny pergi berduaan sama bu Lita Deandra? Itu orang bukan sembarang orang loh. Wah wah, setelah agak lama gak ketemu, sohibnya menjelma jadi orang yang berfaedah rupanya!
Dan ya! Gadis itu juga lupa memberitahu Lenny bahwa tempo hari David sempat mencarinya sebelum menghilang. Dia juga lupa cerita soal kabar perceraian orang tua David. Bagaimana ini?
Eriska berpikir keras, lalu mengangguk-angguk sendiri. Otaknya mendapatkan ide. Ya, Dia harus pergi ke kost Lenny besok. Sahabatnya itu harus cerita selengkap-lengkapnya soal apa yang tengah terjadi. Daripada Eriska nanti jadi mati penasaran.
***
Sementara itu Reyhan sengaja lembur lagi hari ini. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum bulan depan dia akan bertolak ke Turki. Karena bila sudah di Turki, tentu akan sangat repot bila dia harus bolak balik Indonesia-Turki. Dan nantinya, dia akan menghabiskan waktu untuk memang fokus mengurus satu perusahaan itu dulu. Dia kan sudah berjanji dalam hatinya sendiri, demi mendiang kakek.
"Permisi pak.." Fio mendadak masuk ke ruangannya. Sekertaris itu memang setia juga untuk lembur. "Soal perurusan izin jet pribadi yang bapak pesan, sudah siap semua pak!"
"Bagus!" ucap Reyhan cepat. Matanya masih sibuk menatap layar laptop dihadapannya.
"Kalo gitu nanti kamu langsung hubungi Bambang ya, dia selanjutnya yang akan atur."
"Baik pak.." Fio segera melangkah keluar, namun saat hendak memutar ganggang pintu, dia balik lagi. "Pak, apa bapak udah tau berita tentang pak David Pilar?"
"Belum, ada apa memangnya?"
"Pak David menghilang pasca berita perceraian orang tuanya pak."
Reyhan tersentak. Cowok itu segera menghentikan aktivitasnya yang masih membaca laporan di laptop.
"Hilang? Dia sengaja ngilang atau bagaimana?"
"Saya juga kurang tau pak, saya pikir pak David sudah menghubungi bapak karena bapak adalah sahabatnya."
Cowok itu menggeleng. Akhir-akhir ini waktunya memang banyak tersita untuk pekerjaan ditambah urusan pertunangan dan persiapan pernikahan. Jadi dia gak sempat lagi membaca atau menonton berita.
"Baik pak kalau begitu saya permisi dulu". Fio bergegas keluar dari ruangan. Dan kali ini benar-benar pergi.
Sesaat Reyhan terdiam. Selama ini tidak pernah terdengar kabar buruk soal rumah tangga orang tua David. Malahan pasangan itu terlihat sangat harmonis. Mereka kerap bepergian berdua ke luar negeri, dan sepengetahuannya sering pamer kemesraan di sosial media. Memang terkadang hidup tidak seindah apa yang terlihat di sosial media. Untung saja Reyhan memang tidak berminat memiliki akun sosmed apapun.
Cowok itu mencoba menghubungi David. Namun hasilnya nihil, nomor sahabatnya tidak aktif. Dicobanya menghubungi mama David juga tidak ada sahutan. Sekarang giliran menghubungi Papa David, barangkali ada jawaban.
"Om Tama, ini Reyhan Deandra. Iya.. aku mau tanya soal David, dimana ya dia? Ke luar negeri? Oh.. iya iya om.. Ya, aku turut prihatin dengan isu yang lagi menimpa om dan tante, semoga saja ada jalan yang terbaik. Siap om, baik terimakasih banyak. Selamat malam."
Klik. Telpon dimatikan.
Reyhan kembali terdiam. Ternyata David sebegitu terpukul dengan perceraian kedua orang tuanya sehingga kabur ke luar negeri. Reyhan ikutan sedih sekarang. Gimanapun juga David adalah sahabatnya, dia sangat ingin sekali menghibur. Seandainya saja dirinya tidak akan menikah dalam waktu dekat, pasti sudah dicarinya David.
Lagi melamun begitu, mendadak ada pesan dari ko Aseng. Buru-buru Reyhan membaca pesan itu. Ternyata isinya soal cincin pertunangan mereka yang sudah jadi. Baiklah, setelah ini dia akan langsung menjemput cincin itu.
***
Reyhan sebenarnya ingin langsung pulang ke rumah setelah mengambil cincin. Namun entah mengapa di perjalanan pulang ini dia jadi kepikiran sama Lenny. Sejak bertengkar masalah cincin kemarin di toko Ko Aseng, cowok itu tidak menghubungi Lenny lagi sama sekali. Sekarang dia jadi penasaran, sedang apa calon istrinya itu ya malem malem begini? Berhubung ini masih jam sembilan, dia mau mampir dulu ah. Itung-itung nunjukin cincin mereka, siapa tau saja gadis itu masih mau 'merevisi cincin pertunangan'. Udah macam revisi skripsi saja.
Reyhan juga teringat, besok keluarga besar di Jambi sudah akan bertolak ke Jakarta dan dia sampai sekarang masih belum memesan penginapan. Arrgh, akhir-akhir ini memang sangat sibuk. Sudah merasa maksimal untuk persiapan pertunangan namun ternyata masih saja banyak kekurangan disana disini. Tidak mungkin Reyhan akan membiarkan keluarga Lenny menginap di kost yang sempit itu. Bisa pingsan mereka tidur model ikan sarden berjejer.
Cowok itu segera membelokkan mobilnya, menuju ke parkiran kost. Malam ini cuacanya juga sedang tidak bersahabat. Hujan turun dengan deras sehingga untuk menuju ke kost Lenny dari arah parkiran, Reyhan akan sedikit kena hujan. Tapi gak masalah, ini kan hanya hujan air bukan hujan perasaan.
Tok Tok Tok.
Cowok itu mulai mengetuk pintu kamar kost Lenny. Tak beberapa lama munculah seorang wanita dengan muka putih merata seperti ditepungi dan rambut acak adul. Mana dia juga pakai daster putih, persis kayak mba kunti.
"Astaga!" Reyhan terkejut. Kaget bukan main. Padahal dia kan gak punya indera ke tujuh, seharusnya sih gak bisa lihat demit. Tapi kok ini malah bisa?
"Nge pe in lu syin i shdjamzxcbokqwsdft"
"Hah?!" cowok itu mengerutkan dahi. Gak ngerti sama bahasa alien mahluk itu. Mahluk didepannya ngomong ngeruwet banget, seperti ada yang ditutupi.
"Ngapain lu malem-malem kesini? Aelah pecah deh masker gue!" Dia menekan-nekan pipinya dengan jengkel.
"Gue kirain lo kuntilanak!" Reyhan bernafas lega. Ternyata bukan kunti, tapi titisan hantu tepung terigu. "Boleh gue masuk? Disini dingin." Pinta cowok itu sembari mengusap lengan jas nya yang basah. Membuat Lenny jadi kasihan melihatnya.
"Ya udah boleh masuk. Tapi inget, jam sepuluh lo harus pulang. Kalo kelamaan kita bisa digrebek warga, disangkain berbuat asusila." Kata Lenny mengingatkan. Biar bagaimanapun kan mereka belum resmi jadi pasangan suami istri, tentu harus menjaga norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.
"Iya iya, cerewet amat!"
Lenny masuk kedalam, disusul Reyhan yang mengekor. Cowok itu langsung saja duduk di sofa sambil melepaskan jasnya yang basah.
"Gue cuci muka dulu, lo mau ngopi?" tawarnya.
"Boleh.."
"Oke, tunggu bentar!"
Gadis itu segera berlalu ke belakang. Sementara Reyhan meluruskan badannya di sofa panjang. Wah, sekarang tulang-tulangnya bunyi secara berjamaah. Sungguh ini adalah hari panjang yang melelahkan.
Cowok itu mulai memejamkan mata, istirahat sebentar sambil menunggu empunya kost bikin kopi. Tapi lagi santai begitu tiba-tiba ada bunyi sms masuk dihape. Bukan hapenya, tapi hape jadul Lenny yang tergeletak diatas meja.
Iseng, Reyhan bangun lagi dan mengecek siapa gerangan yang sms malam-malam begini. Kemungkinan cuma ada dua, kalau bukan Mami, ya operator seluler. Secara nih, kan gak ada nama orang lain lagi dihape itu.
"Saudari lulus seleksi administrasi dan dijadwalkan untuk interview HRD besok pagi pukul 09.00 WIB. Harap konfirmasi kehadiran dengan membalas YA pada pesan ini. Terimakasih.
~Team recruitment PT Asek Asek Jos Gandos~"
Reyhan naik darah. Apa-apaan ini? Jadi Lenny secara diam diam sudah melamar pekerjaan lagi? Apa coba faedahnya? Anak ini, benar-benar ya!
"Nih kopinya!" Cewek itu meletakkan secangkir kopi panas di meja. Asapnya masih mengepul dengan pekat. Reyhan terdiam, berpikir sambil memandang layar hape jadul milik Lenny.
"Lo ngapain sih kesini?" tanya Lenny lagi. Kali ini gadis itu menguncir rambutnya agar tidak nampak berantakan seperti tadi. Tapi Reyhan masih saja diam, dan tetap memandang hape itu.
"Heloooo?" gadis itu menjentikkan jarinya diwajah Reyhan. "Eh.. ngapain lo megang hape gue?!"
Lenny baru saja akan meraih hapenya tapi kalah gesit dengan Reyhan yang mengelak.
"Lo ngelamar kerja di PT Asek Asek Jos? Buat apa?" tanyanya dingin.
"Ehm.. itu.. nganu.. ehm.." Duh otak Lenny berpikir keras tapi gak tahu mau ngomong apa. "Ya.. gue ini harus tetep jadi wanita karirlah agar suatu saat kalau lo nendang gue, gue masih punya penghasilan!" jelasnya dengan enteng.
"Apa?!" Cowok itu mendelik. "Segitu buruknya image gue di mata lo? Oh, c'mon girl!"
Suasana menjadi panas. Reyhan gak bisa lagi menahan kegondokan hatinya. Cowok itu langsung bangkit dari sofa, berjalan mondar mandir kayak setrikaan."Apa lo pikir gue ini cuma main-main sama lo? Lo pikir gue ini cuma cowok brengsek yang suka buang cewek seenaknya? Gue cuma jadiin lo alat buat nguasain bisnis kakek gue, begitu?"
Kini suaranya terdengar menggelegar. Sama persis dengan suara boss Reyhan di kantor kalau lagi marah. Lenny yakin, saat ini cowok itu sedang marah banget. Sepertinya Reyhan merasa tersinggung dengan ucapannya barusan.
"Kalau gue mau, gue bahkan bisa nikahin ratusan cewek sekaligus. Tapi apa? Gue sama sekali gak lakuin itu kan? Gue memilih lo, karena gue punya keyakinan sama lo!"
"Ehm.. Rey.. bukan gitu.." Lenny jadi gak enak hati, ngeri juga ngelihatnya amat marah "Lo harus ngeliat juga dari sudut padang gue. Gue ini cuma cewek biasa yang harus punya strategi.."
"Strategi apa?!" Reyhan memotong. "Lo pikir kita ini berperang? Kita ini mau menikah! Pikiran lo itu terlalu kekanak-kanakan! Lo sama sekali gak punya rasa percaya sama gue!"
Cowok itu mengambil jas nya yang basah dan kontak mobil yang tergeletak di atas meja, bersiap pergi.
"Kalau emang lo sama sekali gak punya keyakinan sama gue, lebih baik kita batalin aja acara pertunangan ini.. sebelum semuanya terlambat!" katanya tandas.
Cowok itu segera balik badan dan meraih ganggang pintu. Dia merasa harga dirinya terinjak saat ini. Secara, dia kan emang gak mau Lenny yang notabenenya calon istri kerja apalagi sama orang lain. Segala kebutuhan cewek itu pasti akan dipenuhi. Tapi kenapa cewek itu gak bisa percaya padanya barang sedikitpun! Jauh di lubuk hati Reyhan, meskipun dirinya terpaksa menikah, tapi dia juga gak pernah terpikir untuk bercerai setelah menikah. Cita-cita macam apa yang sedang dirajut cewek itu? Apa dia hanya menganggap ini semua mainan?
Namun tiba-tiba tangan Lenny meraih lengannya. Cewek itu semakin merasa bersalah.
Lenny berpikir, selama ini dia memang telah banyak membuat Reyhan susah dengan caranya. Mulai dari minta mahar jet pribadi, syarat mereka gak akan tidur bareng, sampai sekarang dia melamar pekerjaan lain. Semua yang dia lakukan memang mutlak karena dia tidak yakin hubungan ini akan bertahan lama. Bagaimanapun Lenny merasa dia harus membentengi diri. Tapi kata-kata Reyhan ada benarnya juga. Reyhan serius ingin menikahinya walaupun mungkin dengan cara-cara yang dipaksa.
"Rey tunggu dulu! Lo jangan marah.. gue.. gue tau ini salah." Kata Lenny. Entah kenapa dia jadi sangat sedih. "Gue minta maaf, mungkin gue emang udah nyakitin lo. Tapi tolong, lo harus liat dari sisi gue juga. Kita ini dulunya cuma karyawan dan boss. Lalu tiba-tiba aja semuanya berubah, kita akan menikah, jadi suami istri. Lo tau.. kita bahkan belum mengenal satu sama lain dengan baik kan?"
Sampai disini Lenny berhenti, dan Reyhan masih berdiri membelakanginya. Sama sekali belum bereaksi atas penjelasan itu.
"Maksud gue, semua ini terlalu mendadak untuk kita.. dan jujur gue gak siap. Lo itu terpandang, lo punya segalanya. Lo bisa dapatkan apapun yang lo mau dengan mudah. Tapi gueeee? Gue ini cuma cewek kampung biasa. Gue gak bisa seperti lo. Makanya gue selalu mengantisipasi apapun yang akan terjadi. Sebagai cewek, jujur aja gue memang ragu dengan kita. Tapi gue butuh diyakinkan kalau memang lo serius sama gue. Tolong jangan begini, gue tau lo itu bijak!"
Hujan diluar semakin deras. Angin berhembus cukup kencang. Untung aja gak pake kebanjiran. Kalau iya, suasanya bisa makin kacau karena Lenny gak bisa berenang.
Reyhan balik badan. Kali ini sorot mata cowok itu sayu. Seperti lelah dengan semua ini.
"Kita mungkin emang gak saling cinta.. kita juga belum mengenal satu sama lain dengan baik. Tapi gue serius mau menikah sama lo.."
"Kalau gitu.. lo harus buktiin!"
Kini mereka berdua saling berhadapan. Sama-sama memancarkan sorot mata yang sayu.
Reyhan menjatuhkan kunci mobil dan jasnya yang basah. Pelan tapi pasti, cowok itu mendekat dan makin mendekat ke arah Lenny. Lenny tidak mundur sama sekali. Mata keduanya juga masih saling bertatapan.
Yang terdengar hanya suara hujan yang turun sekarang.
Dan....
...
...
...
...
...
...
Cup!
Sebuah kecupan hangat dari Reyhan mendarat dengan sukses dibibir gadis dihadapannya.
***