Chereads / Terpaksa Kawin / Chapter 25 - PREWEDDING

Chapter 25 - PREWEDDING

Jadilah setelah menentukan jadwal yang pas untuk sesi foto prewedding versi endorse, akhirnya hari ini Reyhan dan Lenny benar-benar melaksanakan kegiatan itu. Sebenernya Reyhan amat sangat terpaksa sih, yah daripada ada adegan Lenny mewek lagi kan. Terpaksa sebagai lelaki sejati dia mengalah. Dan untuk Lenny, gadis itu amat sangat antusias karena dia menganggap ini kegiatan amal yang berfaedah. Lumayan kan foto gratis, bisa dipajang pula untuk hari pernikahan mereka. Itung-itung Lenny bisa sedikit meringankan beban pengeluaran Reyhan untuk budget foto prewedd, meskipun gak seberapa.

"Selamat datang mbak Addara dan mas tunangannya, senang sekali bertemu dengan anda disini. Perkenalkan nama saya Gio, nama panjangnya, Giooooooooooooooo" Lelaki yang tempo hari menemui Lenny di apartemen itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan, menyalami dia dan Reyhan secara bergantian. "Selamat bergabung di Ayeay Fotografi, nah itu team saya yang rambutnya kayak sasuke namanya Andika, yang botak kinclong namun tetap mempesona itu Yudi..." Lelaki ini dengan gaya tengil mulai memperkenalkan anggota-anggotanya, "Bagian kostum ada Riri, nah yang akan make up itu namanya Yuli.."

"Hei mas ganteng, kenalin.. nama eike Yuliana.." Dia mulai nyamber tangan Reyhan dengan genitnya. Penampilannya sih seperti orang setengah mateng. Cowok rasa cewek gitu deh. "Tapi nama KTP, Yulianto!"

Reyhan jadi geli ngeliatnya. Apalagi pas bagian nyebut bama KTP, si Yuli begitu tegas menunjukkan kejantanannya. Walau abis itu balik lagi melambai. Dia tersenyum kikuk.

"Re..." Cowok itu baru akan menyebutkan namanya tapi batal, "Panggil aja gue.. Bambang!"

"Hah?! Apose?! Masa nama yey Bambang?!" si Yuli terkejut bukan main mendengar nama itu.

"Why?" Cowok itu mengerutkan dahi. Sengaja menipu si wanita jadi jadian ini.

"Deuh eike gak abis pikir cyiinnnn.. muka kayak yey cocoknya nama Robert eimm!"

Lenny terkikik. Apaan nih orang bisaan aja. Untung aja kali ini si Bambang gak ikut nemenin Reyhan. Kalau ada bisa tersinggung ajudan itu namanya dipake sembarangan sama si boss.

"Udah deh Yul, elo buruan makeup mbak Addara..." Perintah Gio selaku ketua, "Maaf ya mbak dan mas, anak gadis kami memang centil. Gak bisa liat yang beningan sedikit.."

"Helloooowww, namanya juga eike anak perawan cyinnn.." Yuliana alias Yulianto itu mengibaskan rambutnya dengan gaya yang dibuat-buat, "Cuss ah Addara ikut eike.. sekalian yey ganti baju yee nek.."

Lenny mengangguk setuju. Kemudian dia dengan Yuliana alias Yulianto atau kita sebut saja Yuli masuk ke bilik ganti dan ruang make over. Begitupun dengan Reyhan. Cowok itu juga masuk ke bilik lain dan menggunakan baju yang telah disediakan.

***

Lokasi photoshoot pertama adalah di pantai. Mereka semua sudah bersiap. Reyhan nampak maching walaupun dia menggunakan kemeja putih murahan dan celana yang kedodoran. Ya maklumlah, orang blaster memang selalu terlihat ganteng. Kemudian Lenny juga sudah nampak cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dan make up yang sangat natural. Ternyata si Yuli walau bentukannya begitu, berbakat juga dalam segi permakeupan. Kan ada istilahnya tuh Don't judge a book by it's cover.

"Oke take pertama, mas Tun cincing aja sepatunya ya!" Perintah si Gio. Sesaat Lenny dan Reyhan saling pandang. Mas Tun? Siape dah?!

"Maksudnya mas Tunangan..." Ralat Gio buru-buru, dia seperti bisa membaca gelagat bingung dua sejoli itu. "Mon maap, disingkat 'mas Tun' aja biar cepet hehehe"

Nyaris saja tawa Lenny meledak, kalau tidak dia pikirkan perasaan Reyhan. Cowok itu mukanya sudah memerah. Entah karena kesal atau karena kepanasan. Sembarangan aja nyingkat nama!

"Oke, ini saya ambil foto dari belakang dulu ya biar kayak romantis gitu deh.." kata Gio lagi tanpa rasa berdosa. Langsung saja dia mengarahkan Reyhan dan Lenny untuk berjalan dibibir pantai sambil nyeker alias tanpa alas kaki. Keduanya berjalan bergandengan saling bertatapan. Namun wajah mereka sama sekali tak terlihat karena Gio dan crew lebih fokus memotret bagian belakang.

"Yak! Tahan ya tahan!" Kali ini Andika Sasuke turut memberi aba-aba, "Aduhh, rambut mbak Addara mbrodol tuh sanggulannya!"

"Mana? Mana?" Yudi yang mengamati sambil memegang kaca untuk pencahayaan langsung tolah toleh. Andika Sasuke juga langsung nunjuk-nunjuk rambut Addara yang tengah fokus berpose.

"Ah, itu kan emang begitu modelnya! Dasar norak lo!"

"Eh iya ya? Gue kirain rusak!"

"Diem lo berdua!" Bentak Gio yang gak mau fokusnya hilang, "Yok tahan ya.. satu dua ti... ga!"

Cekrik!

Jadilah satu foto pertama mereka. Reyhan yang penasaran dengan hasil bidikan Gio itu langsung menghampiri. Biar gimanapun mereka kan baru, jadi Reyhan kepengen memastikan kualitas foto yang dihasilkan mereka.

"Not bad.." komentar cowok itu singkat sambil memandang hasilnya. Namun sepertinya Gio tersinggung dengan komentar cowok itu.

"Apa mas Tun bilang? Not bad?" Dia langsung ngegas. Gak terima dibilang gitu.

"Lah iya not bad.." Reyhan mengulangi kalimatnya. Merasa gak ada yang salah dengan apa yang diucapkan.

"Mas Tun itu harusnya muji saya dong! Saya udah capek-capek motoin! Ini tuh karya seni loh.. SENI!"

"Iya terus kenapa?" Reyhan jadi ikutan ngegas. "Biasa ajalah! Anak saya yang belom lahir juga tau!"

"Rey.. Rey!" Lenny menarik lengan Reyhan yang jadi adu argumen itu. "Jangan emosi kenapa sih? Kita ini lagi photoshoot loh!" Cewek itu setengah berbisik agar tidak terdengar ke yang lain.

"Dia tuh nyolot! Dia pikir dia siapa!?"

"Santailah.. Ini tuh endorse jadi harus sabar, ya?" Nada bicara Lenny meminta, mulai menenangkan. Reyhan melengos. Padangannya menuju ke ombak di sebelah mereka yang bergulung-gulung dan bekejar-kejaran. Kalau bukan karena Lenny, udah males banget dia kesini.

"Yaudah lanjut nyok! Sekarang kita ke bebatuan itu ya!" ajak Andika Sasuke.

Nun agak jauh Di bebatuan seberang sana, ombaknya cukup ganas dan besar. Disana juga termasuk arena terlarang untuk bermain dan berenang karena sudah banyak menelan korban.

"Apa?!" Reyhan mendelik "Gak! Kita cukup disini aja!"

"Ya ampun mas Tun, profesional sikit lah.. Ini kan untuk keperluan foto!" Ujar Yudi. Gio menimpali sambil ngegas juga, masih kesel karyanya dikatain not bad.

"Tau nih orang.. Lo tau kerja profesional kan bro?"

"Lo semua juga tau kan itu daerah berbahaya? Gue gak mau ambil resiko!" kata Reyhan tandas.

Cowok itu memang cukup kenal kawasan sekitar pantai ini. Kalau ada warning dilarang ke arah sana ya itu emang bener karena berbahaya. Peraturan itu kan dibuat untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar. Lagipula konyol juga cuma gara-gara mau foto sampai rela mengorbankan keselamatan. Sungguh tidak realistis!

"Cemen nih..." cibir Gio. Sengaja mengipas bara.

Kurang ajar!

Reyhan dikatain cemen? Berani sekali mahluk itu!Punya cadangan nyawa berapa dia sampai bisa ngatain Reyhan?

Kini tangan kanan Reyhan mulai mengepal. Dadanya naik turun menahan emosi. Namun kepala cowok itu juga nyut-nyutan. Antara pusing sama emosi bercampur aduk gak jelas!

"Rey.. tahan!" Lenny langsung meluruskan kembali jari-jari Reyhan yang telah mengepal. Dia gak pengen ada keributan disini. Apalagi niat awalnya kan hanya mau menolong, bukan ngasih bogem mentah.

"Alemong rempong deh cyinnn..." Yuli yang dari tadi cuma mengamati jadi risih. Dia mulai mengibas-ngibaskan tangannya, "Cus deh ganteng, my Roberto Holaho.. Yey poto di batu bentar aja se! Atau Yey maunya berdua sama eike yah?" Cowok setengah mateng itu mulai menggoda Reyhan dengan mengerdip-ngerdipkan matanya. Bikin Reyhan makin spanning. Ini bukan waktunya bercanda!

"Kita balik aja!" kata Reyhan akhirnya. Kepalanya makin sakit nih dibeginiin.

"Duh Rey.. kalau nolong jangan nanggung begini dong ah.." Lenny mencegah cowok itu berlalu dengan menahan lengannya. Kenapa sih prewedding mereka malah jadi begini? Padahal kan tadi awalnya baik-baik aja. Pada sensitif semua nih.

"Lo tau gak sih? Disana itu bahaya.. BAHAYA!" Reyhan menekan kalimatnya, "Kita ini mau menikah, kudu pinter jaga diri dong.. Lo mau terjadi sesuatu sama kita cuma gara-gara nolong orang? Itu idiot namanya!"

"Iya gue tau..." Lenny masih bisa bersabar, nada bicaranya juga pelan terus daritadi. Ngadepin orang emosi emang kudu santai, kalau gak mau tensi ikutan naik nanti. "Tapi kalau endorse emang kita kudu profesional. Kita kan cuma bentaran doang Rey.. Berapa jepretan doang.. Setelah itu ganti lokasi!"

"Profesional? Lo kira mara bahaya bisa kenal kita profesional atau enggak?" Cowok itu makin kesel. Lenny yang notabene adalah tunangannya, bukannya ngebelain dia malah ngebelain tim poto amatiran begini. "Kalau tau bakal diatur-atur ngaco begini, gue gak sudi ngebantuin mereka!"

"Rey, please.." Lenny merapatkan kedua telapak tangan, tanda memohon. Cewek itu betul-betul ngerasa gak enak sama mereka karena awalnya sudah setuju, masa gak selesai ditengah jalan begini. Karir selebgramnya juga kan sekarang dipertaruhkan.

***

Dengan amat sangat terpaksa, akhirnya Reyhan mengikuti kegiatan poto sebleng itu karena memperhitungkan permintaan Lenny. Entah kenapa Reyhan sekarang jadi gak tegaan buat menolak keinginan cewek itu. Rasanya semua keinginannya kalau bisa harus diturutin. Dia ngerasa mulai jadi generasi bucin nih.

Keduanya langsung naik ke atas batu yang ditunjuk untuk melakukan photoshoot. Dengan background ombak yang cukup tinggi, diambilah foto foto itu. Mereka aja sampai basah kena percikan ombaknya.

"Posenya nunjuk-nunjuk langit dong!" Perintah Gio. Pose andalan jaman dulu banget itu sih. Era tahun dua rebuan.

Tapi agar kegiatan menyebalkan ini cepat selesai, Reyhan akhirnya menurut saja. Persetan mau gaya nunjuk langit atau nunjuk angkot sekalian. Dia gak peduli. Pokoknya Reyhan sudah gak betah lagi lama lama disini. Mood preweddingnya rusak.

"Mbak Addara tengok ke arah langit yang ditunjuk mas Tun ya!" Perintah Gio lagi. Lenny mengangguk. Gadis itu mulai tersenyum sambil melihat ke langit yang ditunjuk Reyhan dan...

BYUR!

Tiba-tiba saja ombak tinggi mengguyur keduanya tanpa ampun. Kini mereka berdua sudah basah kuyup diterjang ombak.

"WAHHH PERFECTOOO! PERFECTOO!! Gio, Yudi, dan Andika Sasuke berteriak-teriak histeris dengan kompak. Mereka takjub dengan maha karya bidikan Gio tanpa memperdulikan kedua model gratisan yang kini sudah basah kuyup.

Reyhan marah banget sekarang! Kepalanya sudah mendidih, siap meledak dan memaki mereka semua. Kurang ajar!

Namun baru saja cowok itu akan melompat turun dari batu, mendadak Lenny yang basah kuyup kehilangan keseimbangan akibat menahan berat gaunnya. Gadis itu nyaris saja terjatuh ke laut!

Dengan gesit Reyhan memegangi tangan gadis itu, tapi sialnya malah sekarang cowok itu yang hilang keseimbangan dan tiba-tiba..

BYURRR

"REYHAAANNNN!!!!" Lenny memekik keras. Sang tunangan terjebur ke laut dengan ombak yang cukup ganas. Gadis itu mulai panik dan histeris. Bisa mati Reyhan disana!

"GIO TOLONGIN REYHAN DONG! LO NGAPAIN SIH?! WOY KALIAN SEMUA TOLONGINNNN!!" Lenny berteriak. Tanpa sadar gadis itu menangis. Kepala Reyhan sudah timbul tenggelam di laut. Nyaris sudah tidak nampak.

"GIMANAAA??? GIMANAAA?!" Gadis itu semakin shock. Mau nolongin tapi dia juga gak bisa berenang. Tapi dia juga gak mungkin diam aja. Jantungnya serasa berhenti sekarang.

"Aduh gimana ya?" Gio gigit jari. "Yud lo jebur juga sana!"

"Eehh enak aja!" Yudi langsung menolak mentah-mentah, "Lautnya ganas bro! Gue sih gak mau nganter nyawa! Elo aja Dik!"

"Sekian dan terimakasih, gue mendingan pulang deh, bener!" Andika Sasuke juga enggan menolong karena terlalu beresiko. Mereka bertiga sibuk menyalahkan dan adu mulut untuk saling menunjuk siapa yang harus menolong.

"DIAAMM! DIAAM LO SEMUAA!!" Bentak Lenny sambil sesenggukan. "MANA PERTANGGUNGJAWABAN LO? REYHAN JADI KECEBUR TAUU!!!" Gadis itu menujuk wajah Gio lekat-lekat. Dia sangat marah. "Kalau sampai Reyhan kenapa-napa, gue pastiin lo bertiga akan tau akibatnya!"

Gadis itu segera berlari berteriak, meminta bantuan warga yang ada di sekitar sana. Sekarang warga sekitar ikutan panik karena kepala Reyhan sudah tidak kelihatan.

Ya Tuhan.. bagaimana ini? Pikir Lenny.

Gadis itu tidak bisa menunggu lagi. Beberapa detik kemudian dia berinisiatif berlari sendiri terjun ke laut menggunakan gaun pengantinnya. Persetan sudah tidak bisa berenang. Pikiran takutnya akan itu sudah dibuang jauh-jauh. Lebih baik dia ikutan keseret ombak berdua, daripada tidak berusaha sama sekali. Lenny gak bisa bayangin gimana sedihnya Mama dan Papa Reyhan pas tau kalau anaknya terseret ombak. Pasti mereka berdua akan hancur. Reyhan ini kan calon penerus tahta bisnis Deandra. Sudah pasti amat disayang.

Lenny terus berjalan ke tengah laut sambil menangis. Dia sama sekali tidak nenghiraukan teriakan warga yang melarangnya. Langkah demi langkah gadis itu semakin berat karena gaunnya yang sudah basah.

Sekarang air sudah sampai setinggi dadanya, dan tinggal sedikit lagi cewek itu akan tenggelam.

Hingga tiba tiba dia merasakan kakinya tersetuh mahluk lain. Seperti ikan paus atau ikan hiu atau ikan teri?

"REY!" Pekiknya. Mendadak Reyhan muncul dihadapannya sambil mengusap-usap mata yang pedih akibat kena air laut. Sontak saja gadis itu memeluk Reyhan dengan kuat. Hilang sudah semua kecemasan yang bergejolak didada. Reyhan selamat juga!

"Kita ke tepi sekarang!" Ajak cowok itu. Mereka berdua dengan cepat bergandengan tangan, menuju ke tepian. Diiringi tepuk tangan dari para warga dan tim penyelamat yang baru tiba.

Semua akhirnya bisa bernafas lega.

***

"Udah sampe.." seru Lenny begitu mobil terparkir di garasi apartemen. Waktu pulang ini sengaja dipersilahkan Lenny menggantikan posisi Reyhan untuk menyetir mobil mengingat kondisi Reyhan yang melemah pasca adegan tenggelam tadi. Sebenernya Reyhan menolak dan bersikeras ingin tetap menyetir sendiri. Tapi Lenny juga kekeuh ingin menggantikan.

"Gue anterin sampai kamar.." putus cowok itu lemah. Wajahnya pucat dan terlihat dahinya berkeringat.

"Gak usah deh, kasihan lo udah pucet gitu.." tolak Lenny halus. "Lo yakin gak mau berobat dulu?"

Reyhan menggeleng, "Iam fine, gue bisa renang kalik.." cowok itu segera melepaskan seatbeltnya dan turun dari mobil dengan agak sempoyongan. Lenny yang khawatir buru-buru turun juga dari belakang setir dan memapah Reyhan.

"Gue kuat.." cowok itu melepaskan diri dari Lenny. Mencoba sok kuat dan berjalan tegak seperti biasanya. Namun sepertinya kondisi fisik Reyhan tidak bisa berbohong.

Cowok itu berjalan lebih dulu sedangkan Lenny diam-diam mengamati dari belakang. Jaga jaga plus waspada tingkat tinggi siapa tahu saja Reyhan akan limbung.

Mereka mulai menaiki lift menuju ke apartemen Lenny. Mereka berdua hanya saling diam diaman, tanpa ada omongan apapun. Reyhan juga berdiri sambil berpegangan ke dinding apartemen, udah nempel banget persis cicak. Badannya semakin lemas. Haduh, cowok itu mulai merasa berkunang-kunang sekarang.

Pintu lift terbuka. Mereka mulai berjalan beriringan menuju ke apartemen namun tiba tiba.

BRUKKK!

"Astaga.. Reyhannn!!" Lenny memekik. Entah sudah berapa kali hari ini dia memekik untuk Reyhan.

Badan besar itu ambruk dilantai. Padahal sedikit lagi mereka akan masuk ke apartemen. Sontak saja Lenny panik. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan jiwa raganya, gadis itu hendak menggendong Reyhan. Namun tidak bisa. Badan itu terlalu besar dan berat. Tubuh Lenny yang langsing tak mampu mengangkat satu paha Reyhan saja. Hadeh..

"As.. ta..ga.. hahhh.." Lenny terengap engap. Nafasnya amburadul gak karuan. "Berat amat nih badan... Gue gak bakalan mampu gotong ke rumah sakit.. Duh gimana ya?" Dia mulai berpikir keras, "Ah, gue telpon keluarganya aja deh!" Gadis itu langsung meraba saku celana Reyhan untuk mengambil handphonenya.

"Halo tante Lita.. iya ini Addara. He-eh aku lagi sama Reyhan.. Btw tante dimana ya? Oh tante, om, sama Sarah lagi ke Lombok?" Lenny menggaruk kepalanya yang tak gatal. Gak tega mau ngasih tau kalau anak tersayangnya sekarang pingsan. "Kita berdua lagi.. main monopoli tan! Iyaa, oke kalau gitu nanti aku telpon lagi. Have fun di Lombok!"

Klik. Telpon dimatikan.

Gadis itu putar otak lagi. Siapa gerangan yang bisa menolongnya saat ini juga ?

"Ah, Bambang!" Dia menjentikkan jari. Kenapa bisa lupa sama ajudan multitalent yang rela melakukan segalanya demi Reyhan. "Bambang, ke apartemen sekarang! Ini boss kamu pingsan saya gak tau harus gimana.. Iya buruan ya! Lima menit? Lo terbang? Oke oke!

***

"Jadi gimana keadaan Reyhan dok?"

Tanya Lenny dengan ekspresi cemas begitu dokter selesai memeriksa. Dokter keluarga Deandra itu menghela nafas.

"Pak Reyhan ini kelelahan. Mungkin tadi dia gak sempat sarapan juga, ya?"

"Iya dok. Boss memang akhir-akhir ini kerja lembur bagai kuda sampai lupa orang tua.." jelas Bambang mengutip lagu salah satu iklan Ramayana. "Pola hidupnya mulai gak beraturan. Pagi ini cuma minum kopi saja dan gak mau sarapan."

"Ditambah dia kecebur di laut tadi.. kasian." Gumam Lenny. Mendengar itu, Bambang tercekat.

"Apa? Jadi boss tadi kecebur laut mbak? Gimana ceritanya?"

"Iya.. nanti deh saya ceritain.. Dok, terus gimana? Reyhan kapan sadarnya?"

"Dia tadi sempat sadar sebentar, terus tidur. Ini barusan sudah saya suntik vitamin, nah yang ini resepnya nanti bisa tebus di apotek." Dokter segera menuliskan resep obat di secarik kertas. "Ini karena demam juga, jadi tolong di kompres ya. Dan jangan lupa pola makannya harus di jaga. Harus banyak minum air putih dan istirahat juga" jelas dokter panjang kali lebar. Lenny manggut-manggut mengerti.

"Kalau gitu mari dok saya antarkan pulang, sekaligus saya bawa pak Reyhan."

"Eh, gak usah!"Cegah Lenny langsung, "Kalau di rumah gak ada tante Lita, jadi Bambang, biar boss kamu disini aja, biar saya yang rawat!"

Bambang tercengang, menatap dengan wajah tidak percaya.

"Beneran mbak?" tanyanya.

"Beneran! Udah kamu anter aja dokter pulang. Sekalian nanti obatnya ditebus ya!"

"Siap laksanakan!"

Bambang dan dokter keluarga Deandra segera berlalu, meninggalkan apartemen. Kini hanya tersisa Lenny dan Reyhan saja. Gadis itu buru-buru ke dapur untuk memasak bubur. Selesai masak, dia berjalan mendekati ranjang tempat tidur. Tangannya mulai memegang dahi Reyhan untuk memastikan suhu tubuh cowok itu.

"Masih panas nih.. gue kompres aja deh!"

Buru-buru gadis itu balik ke belakang lagi untuk mengambil air dan handuk. Dengan telaten, Lenny segera meletakkan handuk yang telah basah ke dahi Reyhan. Dia juga membenarkan selimut cowok itu yang mulai berantakan.

"Maafin gue ya Rey.. harusnya gue gak maksa untuk prewedding endorse itu.." Lenny mulai berbicara sendiri. Dirinya duduk dikursi sebelah ranjang Reyhan. Dekat disebelahnya.

Gadis itu menghela nafas panjang, berat. Gak tega melihat Reyhan yang terbaring lemah begini. Biasanya kan cowok itu sesumbar, sok kuat, sangat angkuh, dan suka seenak jidat. Jujur saja, Lenny lebih suka Reyhan yang sombong ketimbang Reyhan yang begini. Lenny jadi sangat sedih. Pasti Reyhan sampai sakit begini karena dirinya. Hah, jahat sekali dia.

"Bun..da.."

Lenny terbelalak. Bunda? Ngomong apa sih Reyhan?

"Bunda... Bunda.. sakit.."

Suara itu terdengar semakin lemah. Lenny menepok jidat. Astaga, Reyhan sampai mengigau? Ya Tuhan, kasihanilah.

"Bun.."

"Rey..." Lenny mengusap lembut pipi cowok itu. "Rey sadar.."

"Bun.. da.."

Gadis itu jadi tertegun. Apa Reyhan kangen sama tante Lita ya? Tapi perasaan cowok itu manggilnya kan 'mama' bukan 'bunda'. Apakah orang kalau mengigau bisa asal sebut saja? Jadi pukul rata mau mama atau bunda? Arrgh, Lenny jadi puyeng mikirinnya.

"Reyhan.. " panggil Lenny lagi. Satu tangan gadis itu menggenggam tangan kiri Reyhan dan satunya lagi sibuk mengusap pipi cowok itu. "Hey.. coba buka mata sedikit. Apa yang sakit?"

Dengan sabar ditunggunya cowok itu sampai betulan tersadar. Kini dengan lemah Reyhan mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Gue kenapa?" tanyanya pelan, nyaris gak terdengar. Duh, Lenny jadi makin sedih.

"Lo tadi pingsan.. makan dulu ya? Gue udah siapin bubur."

Reyhan menggeleng.

"Sediikiitttt... aja! Please Rey, lo harus cepet sembuh!

Tanpa menunggu persetujuan Reyhan, Lenny segera ngacir ke dapur dan balik lagi dengan semangkuk bubur yang masih panas. Wah, aromanya sih menggugah selera orang yang sehat. Tapi kalau orang sakit mah boro-boro tergugah, mana ketelen!

"Makan ya? Ayo buka mulutnya aaaa.." Dia mulai mengarahkan sendok ke bibir Reyhan, persis kayak emak-emak nyuapin anaknya.

"Gue gak laper.."

"Ayo sedikit aja! Gue udah masakin bubur ini spesial buat elo nih.. mau ya?"

Reyhan menggeleng.

"Please Rey, hargain dong makanan ini.. Atau minimal lo hargain gue.."

Lenny pura-pura ngambek. Cewek itu meletakkan mangkuk bubur di meja sebelah ranjang.

Dan berhasil!

Dengan pelan Reyhan mengangkat kepalanya dan bersandar pada ranjang. Lalu diambilnya sendiri mangkuk bubur. Dengan pelan pula, dia mulai makan sendiri. Sungguh pasien yang mandiri.

"Nah gitu dong.." Lenny tersenyum sumringah. "Enak kan?!"

"Biasa aja.." ucap Reyhan singkat. "Tapi makasih udah ngerawat gue, calon istri.."

"Apa lo bilang?"

"Calon istri.." Reyhan mengulangi kata-katanya bersamaan dengan dirinya meletakkan mangkok bubur ke meja disebelah. "Terimakasih banyak."

Lenny mengangguk dan tersenyum, "Lo harus cepet sembuh ya!"

"Sebenernya ada cara biar gue cepet sembuh.."

"Apaan tuh?!" Lenny bertanya dengan antusias. Biar gimanapun dia kepengen Reyhan sembuh.

"Cium gue!"

"HAHHHH???!!"

***