"Coba ulang sekali lagi?"
Lenny menatap Reyhan seolah tidak percaya. Emang dasar lelaki mesum, udah sakit masih juga minta cium. Tukang memanfaatkan kesempatan!
"Nggak deh, bercanda..." kata Reyhan kalem. Cowok itu membenahi posisi duduknya, bersandar di tempat tidur dan mulai menutup mata. Sepertinya persoalan hidup akhir-akhir ini sungguh berat. Kepalanya nyut-nyutan parah. Andai waktu bisa diputar, dijilat, apalagi dicelupin (lah, emangnya oreo?). Nggak gitu, maksudnya andai waktu bisa diputar, atau ada lorong waktu gitu loh, Reyhan rasanya pengen banget kembali jadi anak kecil yang taunya cuma main, dan masalah terberatnya hanya sebatas PR matematika. Itu pun bisa pake acara nyontek di kelas.
Permasalah kantor, Amora yang terus-terusan menghubungi, masalah wasiat itu dan pernikahan ini... Arrgh, semuanya menyatu dalam fikiran Reyhan. Semuanya tercampur dan bergejolak menjadi rasa sesak didada. Ia tidak tau apakah ini beban, atau memang suatu kenyataan yang pahit?
Mungkin orang diluaran sana banyak menilai bahwa kehidupannya begitu sempurna. Cowok itu bahkan memiliki semuanya : Muda, Tampan, Kaya Raya! Hal yang tentu diinginkan dan didambakan setiap orang di muka bumi ini. Tapi ternyata itu saja tidak cukup untuk membuat hidupnya bahagia.
Ada satu ruangan kosong dihatinya. Jauh di dasar sana, ruangan itu amat sangat gelap dan hampa. Ibarat rumah kosong, ruangan itu sudah dipenuhi sarang laba-laba. Reyhan tidak tau, apa itu sebenarnya. Ruangan apa yang membuat hidupnya tidak begitu menyenangkan? Seharusnya cowok itu hidup bahagia, seperti kebanyakan teman-temannya. Ia juga terus bertanya dalam hati tentang perasaannya sendiri, tapi tak kunjung jua mendapatkan jawaban.
Yang pasti, apa yang di lakukannya saat ini hanyalah untuk kebahagiaan orang lain. Masalah kantor harus selesai karena dia adalah The next pemimpin Deandra Group. Ada banyak orang yang bersandar pada pundaknya. Ada banyak harapan yang terselip dari kepemimpinannya. Masalah wasiat juga harus terpenuhi karena itu adalah permintaan mendiang kakeknya dan kembali menyangkut hajat hidup orang banyak, dan untuk masalah pernikahan ini juga harus dilaksanakan karena Lenny adalah korban pilihannya dan amat didambakan menjadi menantu di keluarganya. Apapun, yang dia lakukan adalah membuat semua orang bahagia. Tanpa orang lain itu tahu sebetulnya Reyhan sendiri merasa bahagia atau tidak.
"Masih pusing ya?" Seolah mengerti apa yang di rasakan Reyhan, Lenny bergeser posisi duduk mendekati cowok itu. Sangat dekat sekali disebelahnya.
"Nggak, cuma pengen tidur"
"Ah, boong banget sih lo..." Cewek itu memicingkan matanya. "Sini coba gue pijetin!"
"Memang bisa?" nada Reyhan mengejek, masih dengan mata terpejam dan badan yang bersandar.
"Yeee, ngeremehin nih orang! Puter badan lo ke belakang!"
"Ogah.." Tolaknya dengan segera. "Gue lagi pengen bersandar.."
Lenny terdiam. Kayaknya Reyhan emang lagi pusing berat deh. Alibi aja dia itu.
"Yaudah gue pijetin dari sebelah sini aja deh.." cewek itu segera memijat pundak Reyhan sebelah kiri. Pijatnya juga asal-asalan sih, sesuka dia aja. Maklum, si Lenny ga ada garis keturunan dukun pijet. Adanya garis keturunan matre.
"Aduh..." Reyhan terperanjat dan segera membuka matanya. Cowok itu kontan melotot. "Bisa pelan gak sih? Pijetan lo bikin badan gue makin sakit tauk!"
"Ya maap..." Lenny memanyunkan bibir tipisnya. Niatnya kan padahal baik, membantu mengurangi rasa sakit kepala. Dasar tukang protes, gak bisa melihat kebaikannya sedikit apa?
Walaupun agak kesal, cewek itu kembali melanjutkan pekerjaan memijit pundak Reyhan. Sudah tentu kali ini secara lebih pelan dan manusiawi. Beberapa menit kemudian dia kembali bertanya.
"Gimana nih? Udah mendingan belum? Jangan jangan lo keenakan lagi disangka gue kang urut! Ini gak gratis lho ya, berbayar nih tarif gue per detik!"
"He'em.." desis Reyhan pelan. Iya aja dulu biar urusannya cepet, pikir Reyhan.
Cowok itu sudah kembali menutup matanya. Lenny sekarang berasa jadi tukang pijat profesional. Jangan-jangan bentar lagi Reyhan tertidur pulas karena pijatannya yang pas and mantap surantap ehehehe.
Kalau tadi pundak sebelah kiri, sekarang cewek itu berinisiatif memijat pundak sebelah kanan, biar imbang gitu loh sodara-sodara! Jangan sampai berat sebelah karena kata Mami nya, nanti anginnya gak keluar! Anggep aja Reyhan lagi masuk angin.
Kini Lenny semakin mendekat. Cukup susah dari posisinya yang disebelah kiri ranjang untuk memijat pundak Reyhan yang di sebelah kanan. Apalagi badan cowok itu gede dan kokoh seperti pohon mangga plus berotot pula. Butuh tenaga ekstra untuk mencapainya.
Dan dari posisi yang sedemikian rupa pula, Lenny bisa merasakan suhu tubuh Reyhan yang seperti ikut mengalir ke tubuhnya. Wajah cowok itu juga hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya. Dan dalam kondisi yang berantakan sekalipun, produk blaster itu tetap terlihat shining shimmering splendid, dah kayak lagu Aladdin pokoknya.
Untuk pertama kalinya Lenny mengakui dalam hati, bahwa tunangannya itu memang tampan. Hidungnya yang bak perosotan anak TK, kulitnya yang putih dan licin kayak bihun rebus, dan cambang yang halus itu.. benar-benar seksi menggoda! Yah.. lumayan tampan lah. Eh enggak, sedikit aja deh tampannya.
Cewek itu mulai berbicara sendiri dalam hati dan menghela nafas panjang. Sedetik kemudian dia geleng-geleng kepala sendiri. Gila, mikir apa sih dia! Buru-buru Lenny kembali fokus ke niat utamanya memijat pundak kanan Reyhan dengan misi manusiawi tolong menolong, sekaligus minta maap sih atas kejadian kecebur tadi.
"Kenapa?" tanya Reyhan masih dengan kedua matanya yang tertutup. Cowok itu seperti tau apa yang dirasakan Lenny.
"Kenapa? Kenapa apanya maksud lo?"
"Gue ganteng ya?"
"Lo ngomong apaan sih?" Lenny tertawa sinis. Dalam hati jantungnya berdebar-debar. Gila nih si Reyhan, dalam posisi mata mejem gitu aja bisa ngeliat kelakuan gue. Instingnya benar-benar kuat!
Pelan, cowok itu kembali membuka mata. Tatapannya yang sayu kini fokus ke Lenny, lengkap dengan senyuman manisnya yang selama ini sukses meruntuhkan hati wanita-wanita seantero kantor.
"Elo kenapa.. ngeliatin begitu?" Lenny melirik ngeri. Namun dia masih melanjutkan pekerjaan memijitnya.
Secepat kilat Reyhan menarik gadis itu kedalam pelukannya. Lenny kaget bukan main, ia sebenarnya ingin berontak. Namun apa daya walaupun dalam kondisi sakit, otot-otot yang sebesar talas Bogor itu terlalu kuat untuk dilawan oleh gadis lemah sepertinya.
Pelukan itu semakin menguat. Sebuah pelukan hangat yang mampu menenggelamkan dirinya. Lenny sebenarnya yakin, ada sesuatu yang disembunyikan Reyhan. Tapi Ia juga tahu cowok itu tidak akan berbagi dengannya. Dan keyakinannya semakin menguat dengan pelukan ini. Bukan seperti pelukan yang mereka lakukan di pesta pertunangan, apalagi pelukan di momen first kiss mereka waktu itu.
"Rey..."
"Sebentar.. cuma sebentar.." jawab Reyhan pelan. Cowok itu seolah tau Lenny akan protes dengan perlakuannya yang suka memeluk semena-mena.
Tapi kali ini salah! Justru Lenny membalas pelukan hangat itu. Gadis itu ingin menenangkan, ingin turut merasakan apa yang menjadi beban Reyhan, walau dia juga tidak tahu apa-apa. Tapi tidak masalah, dia pernah membaca salah satu artikel yang menyebutkan bahwa pelukan bisa mengurangi tingkat stress seseorang.
"Kalau ada yang mau lo ceritain, cerita aja... Mungkin gue emang gak bisa bantu lo, tapi setidaknya dengan bercerita lo bisa mengurangi beban di fikiran lo.."
Mendengar itu Reyhan terkejut. Dilepaskannya pelukan itu dan ditatapnya Lenny lekat-lekat.
Gadis dihadapannya yang tidak lain adalah tunangannya, calon istrinya, Pendamping hidupnya di masa depan, Teman untuk menghabiskan sisa hidupnya... sungguh sebetulnya dia adalah gadis yang malang. Gadis yang terpaksa tempo hari dia jebak untuk menikahinya.
Ternyata gadis itu diam-diam memperhatikannya dan mulai merasakan chemistry dengannya. Hal yang bahkan tidak pernah dilakukan Amora dulu, walau mereka pacaran bertahun-tahun. Reyhan selalu merasa Amora tidak peka, padahal hubungan mereka dekat dan harusnya ikatan emosional terjalin diantara mereka. Tapi sayangnya tidak. Mungkin dulu memang hanya Reyhan yang bucin. You know? Ya, budak cinta. Cuma dia yang rela melakukan segalanya untuk Amora.
Tapi sekarang? Gadis malang bernama Lenny ini yang baru beberapa bulan terakhir intens berkomunikasi dengannya, sudah bisa merasakan getaran penderitaan batin yang dialami. Yang meskipun belum mau Reyhan bagi dengan siapapun.
"Lo ngomong apa?" tanya Reyhan pelan. Tangan kangan cowok itu meraih pinggang Lenny yang kini dipaksa duduk diatas pahanya. Tangan kiri Reyhan mengusap pelan rambut cewek itu.
"Gue ngerasa ada sesuatu yang udah terjadi di hidup lo, tapi gue gak tau itu apa.." mata Lenny menatap Reyhan tepat dimanik matanya. Sementara Reyhan tersenyum simpul.
"Sok tau lo! Emang lo peramal?"
"Ya bukan, cuma feeling gue itu jarang meleset. Lo boleh berkilah, tapi cepat atau lambat gue juga bakalan tau!" kata Lenny dengan nada mantap. "Ingat, rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri!"
"Maksudnya?" Reyhan mengerutkan dahi, gak ngerti sama sekali maksud peribahasa yang dilontarkan Lenny barusan. "Terus kenapa kalo rumput gue lebih ijo? Naksir?"
"Ya maksudnya karena gue kepo, gue cari tau lah! Gue buka sumber gosip terpercaya, lambe-lambean itu!"
Reyhan terkekeh. Dasar gila cewek ini. Masih sempet-sempetnya ngelawak!
Dalam hati Lenny lega melihat tawa Reyhan yang mulai pecah. Setidaknya dia bisa menghibur walau sedikit. Setidaknya tawa itu bisa meredakan sedikit keresahan hati Reyhan. Setidaknya diriku pernah berjuang.. meski tak pernah ternilai dimatamu.. *Lah? malah nyanyi lagu Last Child
Kembali, keduanya bertatapan mata satu sama lain. Saling berbicara lewat mata, apa yang tersirat dan telah tersurat.
Dan untuk kesekian kalinya, Reyhan mengejutkan Lenny dengan menarik wajah cantik itu kehadapannya. Kini ia mengecup bibir gadis itu dengan sangat lembut. Dan kembali memeluk hangat. Kecupan yang dirasa berbeda dengan kecupan pertama mereka, atau bahkan adegan kiss nya dengan mantan mantan terdahulu. Entah rasa apa yang tengah bergejolak di hati Reyhan. Sulit sekali dia menerka-nerka semua ini. Yang Reyhan tau, saat ini gadis itu adalah miliknya. Dan dia bebas melakukan apapun atas apa yang dimiliki, termasuk menciumnya. Ini otoritasnya, daerah kekuasaannya!
"Ehm.. Maaf mengganggu boss, saya mau ngantarkan obat!"
Reyhan dan Lenny langsung salah tingkah dengan kehadiran sang ajudan pribadi yang entah sejak kapan jadi nyamuk diantara mereka.
"BAMBANG?!!"
****
"Oke finish ya! Good job you two!" Lionjepret sang photografer kelas kakap yang tingkat profesionalitasnya sudah tidak diragukan lagi memuji take terakhir yang telah dilakukan Lenny dan Reyhan. Ya, akhirnya keduanya memutuskan untuk photo prewedding ulang setelah kegiatan prewedd gratisan mereka tempo hari kacau balau, ditambah adegan drama kelelep air segala. Betapa memalukan! Kalau saja ada orang lain selain mereka yang tau kejadian ini, sudah turun itu Reyhan punya kasta.
"Thankyou bang, pokoknya ini tetap rahasia ya sampai hari H!" Reyhan menepuk-nepuk pundak Lionjepret sambil mengingatkan. Lagi, privasi nya sangatlah penting. Betul-betul dia tidak akan show off ke publik dengan siapa dirinya menikah
"Siap bossku! Pokoknya kalau soal itu lo gak perlu khawatir..."
Bang Lion and the team langsung berkumpul untuk proses editing, bagaimanapun waktunya sudah sangat mepet, H-2 minggu! Sementara Reyhan dan Lenny selesai kegiatan sesi foto prewedding memutuskan untuk pergi. Tidak pergi bersama karena ternyata Lenny sudah di jemput oleh mama Lita untuk fitting gaun pengantinnya.
"Reyhan anak ganteng, kalau udah selesai nanti kamu nyusul ya! Inget, jangan kebanyakan makan kamu! Nanti baju nya gak muat!" pesan mama Lita sebelum menutup kaca jendela mobilnya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat modis dengan kacamata anti panas anti hujan plus anti badai petir yang berwarna hitam, mungkin lebih mirip kang pijet. Mendegar itu Reyhan cuma nyengir kuda. Memang sejak dirinya habis sakit beberapa hari lalu, selera makannya mulai tinggi. Dia bisa lapar kapan saja dan dimana saja. Mana cowok itu juga mulai jarang berolahraga.
"Bambang kamu jagain itu ya, Boss kamu itu! Kalau dia ngajak makan terus, gak usah di gubris, oke? Mama jalan dulu deh sama Addara, yuk cuss dahh dah darling!"
Dengan genit dan gaya ala ala ibu sosyelitaah (Saking sosialitanya) mama Lita melambai- lambaikan tangan. Beberapa detik kemudian mobil yang ditumpanginya melaju meninggalkan Reyhan dan Bambang.
Kini tersisa pasangan boss dan ajudan itu. Jadi rencananya mereka berdua siang ini akan melanjutkan perjalanan ke bandara untuk berbincang sebentar menemui kolega yang punya bisnis jet pribadi. Tentu Reyhan tidak akan pernah melupakan mahar yang di minta Lenny. Yup, gadis itu sampai detik ini belum merubah keputusannya untuk meminta mahar itu. Dan bagi Reyhan, dia sangat anti ditantang! Ini adalah masalah harga diri. Jadi tentu saja jet pribadi bukan soal yang besar dibanding harga dirinya sebagai laki-laki. Lagipula waktu itu sekertarisnya sudah mengurus perizinan jet ini.
Tanpa membuang banyak waktu, kedua lelaki itu segera meninggalkan area photoshoot setelah mobil mama Lita berlalu. Bambang yang memang multifungsi kali ini bertugas menjadi driver pula, sementara di sebelahnya sang boss sedang bersiul siul riang sambil membaca koran hari ini.
"Boss.." ucap Bambang setelah beberapa saat mereka hanya saling diam. Cowok disebelahnya masih sibuk membolak-balik halaman koran sambil membetulkan kaca mata minus nya.
"Hmm.."
"Menurut boss, cinta itu apa?"
HAH?!
Sesaat Reyhan menghentikan aktivitas membaca nya. Cowok itu mulai menerawang ke mana-mana, sibuk memikirkan definisi apa yang tepat untuk lima huruf yang bisa membuat orang bahagia, sedih, atau bahagia dan sedih secara bersamaan.
"Cinta itu... hmm.." Reyhan menggantungkan kalimatnya, "Mungkin ketika lo ngerasa nyaman sama dia, ketika lo bisa berbagi dunia lo sama dia... Lo ngerasa bahagia saat di deket orang yang lo cintai itu and lo bisa ngelakuin apapun untuk dia. Bahagia tulus ikhlas sih, dan itu tanpa pamrih".
"Seperti boss ke mbak Addara?"
Reyhan terperangah. Sontak saja dia melipat lipat koran itu dan melemparkannya ke kursi belakang. Ngomong apa sih ajudannya ini? Sembarangan aja!
"Tunggu tunggu.." Reyhan segera menatap Bambang dengan tatapan tajam. Cowok itu bahkan sampai melepas kacamatanya. Namun sayang sang ajudan tak menghiraukan tatapan itu karena terlalu fokus menyetir. "Maksud lo apa nih bicara begini? Lo ngira gue cinta sama dia begitu?"
"Maaf boss..." nada Bambang pelan, "Saya sering memperhatikan boss kalau lagi sama mbak Addara, boss seperti menemukan kenyamanan, ya, meskipun gak jarang bertengkar. Saya seneng aja kalau boss sudah mulai menata kehidupan setelah gak sama mbak Amora. Biar gimanapun, saya udah ngikut boss bertahun-tahun, dan belum pernah saya liat boss seperti ini."
"APA?!" Reyhan menyatukan kedua alisnya. Tak beberapa lama cowok itu tertawa sendiri.
"Heh Bambang, justru karena lo udah kenal gue dengan sangat baik, lo harusnya tau dong gimana liarnya gue?! Gak mungkinlah gue jatuh cinta sama si Lenny ituuu, gue bahkan bisa dapetin 1000 model cewek songong kayak dia... itu sih gampang!"
Cowok itu mulai sesumbar. Tapi memang betul sih, untuk ukuran cowok nyaris perfect seperti Reyhan, apa yang gak bisa dia dapet? Jarum dalam tumpukan jerami juga bisa dia temukan dalam waktu singkat, cipil itu sih!
"Lo tau kan, gue menikah sama dia itu diawali dengan cara yang licik? Gue nipu keluarga dia, dan sampai sekarang dia juga gak tau kan? Elo saksi hidup gue! Lo harusnya tau dong kelakuan boss lo ini kayak apa!" Reyhan berusaha meluruskan, jangan sampai Bambang salah paham dengan semua ini lalu mengira Reyhan telah jatuh cinta pada Lenny.
"Maaf boss.." Tukas Bambang. Cowok itu merasa bersalah karena telah lancang ingin tahu perasaan Boss nya. Selama ini pun dia memang tidak pernah buka suara jika tidak dimintai pendapat. Prinsip hidupnya diam adalah emas. Emas Bambang, misalnya.
"Oh iya, satu lagi.. soal adegan kissing yang lo liat kemaren.." Reyhan melipat tangannya di depan dada, nafasnya mulai naik turun "Lo tau persis di apartemen cuma ada kami berdua. Ya, sebagai sesama kaum adam kita sama-sama tau, memanfaatkan kesempatan adalah insting alami para cowok kan?"
Tatapan Reyhan kini ikutan fokus ke jalan, "Lagi pula, lo juga tau gue dulu sama Amora seperti apa? Jadi menurut gue, kalau sekedar kissing sih gak masalah, bukan berarti apa-apa buat gue!"
Bambang kembali terdiam, ternyata dugaannya salah. Boss nya yang jahannam itu teteplah jahannam, tidak berubah dari dulu. Tipe-tipe lelaki kardus namun jika sudah memilih satu wanita, dia akan tetap setia pada satu wanita itu. Sampai udah jadi mantan saja masih disetiain. Miris.
Sementara Reyhan, entah mengapa setelah mengucapkan kalimat terakhir, dia merasa menjadi orang paling naif. Cowok itu tidak bisa mengontrol ucapannya sendiri, bahkan dia tidak tau apakah yang diucapkan sepenuhnya benar atau tidak.
Jika menilai rekam jejak Reyhan yang dulu, yang sebagai anak tajir mlintir dari lahir plus tengil, tentu itu benar. Kehidupan bebas di luar sana juga pernah dia rasakan. Tapi rasanya perlahan lahan sifatnya mulai berubah.
Untuk beberapa lama keduanya saling diam diaman. Udah mirip orang pacaran yang lagi berantem pokoknya. Bambang memutuskan untuk tidak buka suara lagi dan tidak mau ikut campur urusan boss, terlebih yang menyangkut tentang perasaan. Sementara Reyhan berpikir ulang tentang hati nya sendiri. Soalnya kalau dipikir-pikir lagi, Bambang saja sebagai orang yang dekat dengannya mengira dirinya jatuh cinta dengan Lenny, sedangkan logika Reyhan sendiri menolak mentah-mentah asumsi itu.
Sedang berpikir serius begitu, tiba-tiba sebuah mobil Alphard hitam mendahului laju mobil mereka dari arah kiri. Hampir saja mobil itu menggores body mobil mahal Reyhan. Cowok itu sudah mau marah dan berteriak sumpah serapah namun ternyata setelah di perhatikan dengan saksama, dia seperti mengenali plat mobil itu.
"David?" desisnya pelan. Reyhan mencoba meyakinkan pengelihatannya sekali lagi sembari mengingat-ingat plat mobil David yang di Jakarta.
Dan ya, dia sekarang betul-betul yakin itu adalah mobil David. Kemana saja sahabatnya itu setelah dikabarkan menghilang?
"Ngebut Bam! Kita kejar itu mobil David!"
"Tapi boss.. kata nyonya.."
"Halaah, udah minggir minggir..." Reyhan memerintahkan Bambang untuk menepi sejenak. Bambang pun menurut. Dengan cepat Reyhan langsung melompat dari kursinya dan mengusir bambang dari belakang kemudi. Lagi, Bambang seperti kerbau di cucuk hidung yang menurut saja perintah Reyhan. Cowok itu segera bergeser ke sebelah. Sementara kini kendali mengemudi sepenuhnya berada di tangan Reyhan.
Reyhan yang sudah merasa menyaingi pembalap F1, mulai menyetir dengan kecepatan super tinggi. Dalam perjalanan ini, Reyhan seolah ingin menunjukkan bahwa dia memang pembalap sejati. Kesukaannya pada dunia kebut-kebutan di praktekannya saat ini juga, lengkap pake adegan decit-decit segala.
Persis di sebelahnya, Bambang sudah komat-kamit, banyak-banyak menyebut. Ajudan itu mulai merasa dia sudah sangat dekat dengan Tuhan. Jantungnya mulai berdegup tidak karuan, kepalanya pusing, mata berkunang, dada sesak dan perutnya juga mual hebat. Lengkap banget kan penderitaannya? Baru kali ini Bambang yang bertubuh kekar itu sampai mabuk darat.
Laju mobil David di depan mereka juga sangat kencang, tapi tidak segila mobil Reyhan yang bahkan tadi berselisih jauh pun bisa menyejajari mobil David. Ternyata arah mobil David menuju ke arah bandara pula. Refleks saja Reyhan menurunkan kaca mobilnya dan menekan klakson kuat-kuat, mencoba memberikan isyarat agar mobil David menepi sejenak. Namun rupanya mobil itu tetap saja acuh dan melaju cepat, hingga akhirnya adegan balapan liar ini berhenti tepat di parkiran Bandara.
Sementara itu, kondisi Bambang yang masih duduk memegangi jok betul-betul memprihatinkan. Setelah Reyhan berhenti dengan sukses, cowok itu muntah habis-habisan. Tapi Reyhan yang lagi tega hanya memberikan sebotol air mineral plus tissue, lalu membiarkan Bambang mengurus diri sendiri. Cowok itu langsung melompat dan membanting pintu, berjalan segera ke arah mobil David terparkir.
"Reyhan?" David mengerutkan dahi begitu melihat sohibnya yang sudah berdiri gagah tepat di depannya.
"Lo mau kemana lagi?" tembak Reyhan dingin. Cowok itu menguliti David dengan tatapan matanya, from head to shoes. Dari penampilannya yang berantakan, mata David yang nampak lelah, wajahnya yang kusam, dan jerawatnya yang mulai bermunculan, Reyhan yakin kondisi David saat ini amat sangat buruk. Pasti ini semua masih berkaitan dengan kabar perceraian orang tuanya tempo hari.
"Gue..." David menggantungkan kalimatnya, berfikir sejenak hendak menjawab apa. Tapi sampai otaknya pusing sendiri, dia tidak kunjung menemukan jawaban juga mau pergi ke mana.
"Bisa kita bicara sebentar? Gimanapun kita ini udah lama sahabatan Vid, gue berhak tau soal lo, gue juga kepengen bantu lo!"
"Apa yang bisa kita lakukan Rey?" David menatap Reyhan dengan rasa tidak percaya diri, "Gak ada.. kita gak bisa lakukan apapun! Kita cuma bisa menerima. Gue cuma butuh waktu untuk menerima semua ini.."
"Tapi sampai kapan lo akan begini Vid??" Reyhan menepuk satu pundak sohibnya. "Lo gak bisa terpuruk terus, man! Life must go on!"
"Lo gak tau gimana rasanya..."
"Gue tau!" Reyhan langsung memotong omongan David. "Gue sangat tau! Bahkan gue udah ditinggal nyokap gue dari masih kecil Vid! Gue serba kekurangan kasih sayang. Lo tau bokap gue gak pernah peduli sama gue kan?"
David terdiam. Dia mulai tertunduk lesu memandangi kopernya yang sudah ditenteng. Dunianya serasa kiamat. David benar-benar sedih dan putus asa dengan semua ini.
"Gue mau menenangkan diri dulu Rey, please.. gue janji setelah ini gue akan melanjutkan hidup.." ucapnya lirih. Reyhan jadi miris sekali mendengarnya. Dia tahu David tidak pernah secengeng ini. Tapi sepertinya hatinya sangatlah hancur. Tidak apa, memang hanya waktu penyembuh luka terbaik. Cepat atau lambat dia pasti bisa kembali dengan keadaan yang lebih baik.
"Oke kalau gitu.. Tapi beri batas waktu sedih lo, jangan biarkan berlarut!"
"Thanks Rey, gue cabut dulu!"
Dengan langkah gontai David menggeret kopernya. Reyhan hanya memandangi sahabatnya dengan pandang prhatin.
Sebenarnya dia barusan ingin sekaligus memberitahu David soal pernikahanya 2 minggu lagi, tapi dia jadi tidak enak mau bilang. Dia merasa ini bukan moment yang pas. Masa iya, sahabatnya lagi bersedih begini, dia malah nekat menyampaikan kabar pernikahan? Reyhan gak ingin di tuding sebagai sahabat yang berbahagia diatas penderitaan sahabat lain dong.
Yasudahlah, biarkan saja David tahu dengan sendirinya. Ini semua hanya persoalan waktu.