Cafetaria
Semua orang sedang sibuk menyantap makanan mereka, canggung di antara keduanya benar benar membekukan suasana. Entah mengapa saat itu Lia dan Tia sadar akan ketidak nyamanan kedua orang yang saat ini duduk berhadapan tersebut. Sesekali terlihat Jonathan diam-diam mencuri pandang ke arah Shella, dan begitu pula dengan Shella.
Lia menyenggol lengan Tia yang duduk tepat di sebelahnya dan saat itu Tia memberikan isyarat ke arah Tia bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.
" Ada apa dengan kalian berdua ? tanya Tia tanpa basa-basi membuat mata keduanya langsung berputar menatap Tia.
Tia meletakkan sumpitnya dengan kasar dan melipat kedua tangannya di dada sambil memasang tatapan tajam ke arah Shella dan Jonathan secara bergantian.
Shella menyantap makanan nya dan mengabaikan pertanyaan Tia sembari sesekali melirik ke arah Jonathan.
Jonathan meletakkan sendok yang ada di tangannya dan membersihkan ujung bibirnya dengan tissue. " Kami tidak ada masalah, hanya saja mungkin aku yang terlalu memaksakan perasaan ku. kata Jonathan memandangi wajah Shella.
Sontak Shella tersedak dan langsung menatap Jonathan.
" Mungkin ini terlambat tapi aku tau kalian berdua adalah orang yang paling dekat dengan wanita yang aku cintai. Mungkin terlambat baginya ( menatap ke arah Shella ), tapi tidak bagiku, cinta ini selamanya dan aku akan selalu mengatakannya. Mungkin kejadian semalam membuat mu berfikir aku adalah pria jahat, dan harus aku akui aku memang jahat karena sempat ingin merampas mu darinya. Bukan berarti aku tidak berusaha, aku sangat berusaha menahan perasaan ku. Tapi aku tetap tidak bisa, apalagi ketika melihat mu berada di sisinya tertawa dan bercanda, kau sudah merobek hari ku. Aku marah dan di satu sisi bahagia. Bahagia karena Shella Bramasta yang aku cintai bisa tersenyum bahagia.
" Lalu jelaskan bagaimana agar aku bisa berhenti ? Bagaimana aku harus menahan perasaan ku kepada mu ? Kadang aku berfikir Jika saja ada obat yang bisa menghapus namamu dari dalam hati ku sudah pasti akan aku beli dan minum detik itu juga. Tapi nyatanya meskipun ada mungkin aku tidak akan meminumnya karena mencintai mu adalah Bahagia.
Sontak semua orang terdiam mendengarkan suara hati Jonathan, wajahnya terlihat menyimpan sejuta perasaan cinta untuk Shella.
" Kau harus melupakan perasaan mu. Bagaimana pun caranya lupakan aku. Kita tidak punya jalan untuk bersama. Juga kita tidak akan pernah menyatu. Aku pernah mencintai mu tapi dulu, jika kau seperti ini kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Aku senang mendengar ketika mencintai ku kau merasa bahagia tapi apa yang aku lihat saat ini mencintai ku menjadi luka bagimu. Jadi akan lebih baik jika kau lupa. Sama seperti aku melupakan mu lima tahun yang lalu. Jika aku bisa kenapa tidak dengan mu. Kata Shella dengan tegas.
Shella beranjak dari kursinya dan mendorong sedikit kursinya kebelakang, " Tia, Lia maaf sepertinya ada urusan yang harus aku selesaikan. Kata Shella dengan wajah sedih.
Shella berbalik dan hampir saja air matanya tumpah saat itu. Baru saja Shella akan melangkah tiba-tiba..
" Apa kau akan selalu seperti ini, Selalu lari dari ku dan pergi, lalu menghilang tanpa jawaban pasti. Apa kau sangat suka membuatku menunggu seperti orang bodoh. Aku..
" Kalau begitu jangan menunggu. Aku tidak meminta mu menunggu. Kata Shella memotong kata-kata Jonathan.
Shella berjalan dengan cepat sembari menahan air matanya yang siap mengalir deras sejak tadi. Nafasnya tak beraturan, hatinya panas terbakar karena baru saja memaksakan bibir mengatakan hal yang tidak di setujui hatinya.
Taman Kota.
Shella berjalan di pinggir taman sembari sesekali menatap ke arah langit.
Kita seperti Langit dan bumi yang jika di pandang terlihat sangat dekat namun tetap saja tak bisa menyatu.
Harus berapa kali aku menyeka air mata dan menahan perasaan ini. Apakah sebuah kesalahan ketika aku memutuskan kembali ke sini, awalnya aku yakin hati ku kuat dan sudah bisa melupakan cinta. Tapi nyatanya aku masih sama perasaan masih sama. Yang berubah hanyalah keadaan.
Tak lama Handphone Shella berdering, tentu saja panggilan dari Franklin.
Namun kali ini Shella merasa malas mengangkat panggilan dari Franklin dan mengabaikan penggilan tersebut dengan kembali berjalan lurus memandang langit dan beberapa pasangan yang sedang duduk sembari bermesraan berbagi rasa.
Siang itu terik tak terlalu menyengat dan udara sedikit nyaman di hirup. Tiba-tiba saja seseorang menutup kedua mata Shella sembari berbisik.
" Nona aku mencintaimu !
Suara yang tak asing karena suara itu adalah milik tunangannya Franklin.
" Naya langsung memasang senyum palsu sembari membalikkan tubuhnya menghadap Franklin.
Shella tersenyum dan berkata " Jangan biasakan mengagetkan ku seperti itu, kadang aku bisa tiba tiba refleks dan mungkin saja akan mematahkan tangan mu. Kata Shella.
" Baiklah Tunangan ku yang cantik, aku minta maaf ... Kata Franklin sembari menjewer kedua telinganya.
Shella tertawa melihat tingkah lucu Franklin dan tak lama Franklin merangkul Shella dan membawanya berjalan mengelilingi taman.
" Dari mana kau tau aku ada di sini ? Tanya Shella menatap Franklin.
" Mobil Mercedes Benz berwarna putih dengan nomor 0305 siapa yang tidak mengenalnya, tentu saja itu mobil seorang wanita cantik dan manis. Yang merupakan wanita milikku seutuhnya.
" Milikku seutuhnya " sungguh kata kata itu benar-benar menampar hati Shella.
Tidak enak di dengar namun segera akan menjadi kenyataan.
************
Pasrah ini bukan soal lemah
Akuu hanya tak bisa membiarkan seseorang terluka.
Hanya karena ego ku dia akhirnya akan menderita, biar kali ini aku yang mengalah.