"Thumpppppppppp.....!!!
Suara dentuman keras. Suara malam yang tadinya sunyi sepi berubah mencekam. Tangan Shella bergetar dan matanya tak mampu terbuka. Malam itu benar-benar malam yang paling menakutkan. Dengan sekuat hati, perlahan Shella menoleh ke samping. Wajahnya sedang menatap Shella , jarak mereka berkisar 200 meter saat itu. Shella melihat darah mulai mengalir dan seolah merobek sedang merobek hatinya.
" Jacob....!!!!! NO ...!!!
Teriakku dengan keras. Suara ku Lirih di ikuti bibir ku yang gemetaran. Berulang kali aku meyakinkan hati ku bahwa ini semua hanya mimpi buruk. Tapi tamparan angin malam itu membuat ku sadar bahwa aku adalah dalang malam berdarah ini.
Aku berlari dan saat itu Clara juga dengan panik ikut berlari. Jacob dalam keadaan setengah sadar, ia masih sempat tersenyum ke arah ku. Namun aku memandangnya dengan penuh rasa bersalah. Tanpa berfikir panjang kuangkat kepalanya yang sudah bersimbah darah. ku letakkan tepat di atas paha ku, suara ku bergetar memanggil namanya.
" Jacob...! Jacob...! Hikssss.... Jacob ...! Shella menangis histeris diikuti Clara yang langsung menghampiri mereka.
Di rumah sakit.
Saat ini kami semua orang sedang menunggu di depan ruang UGD. Mama dan Papa Jacob sedari tadi tidak berhenti menangis. Bahkan mama Jacob terlihat sangat terpukul di dalam dekapan suaminya.
Sedangkan Shella yang dalam keadaan Syok duduk menepi dan menyembunyikan ketakutannya di dalam dekapan papanya. Saat itu Clara yang berada di pelukan Papa mamanya sedang menangis histeris " Pa... Dia akan baik-baik saja kan Pa !" Hiksss... Clara takut Pa ! Seru Clara sembari memeluk Papanya dan menangis tak karuan.
" Clara ... Clara ... Nak , Dia akan baik-baik Saja. Jadi jangan khawatir. Kata Om Aditya sembari menghapus air mata Clara.
Tak lama pintu ruangan itu terbuka. Semua orang langsung berlari dan mendekati pintu ruang UGD. Dokter keluar sembari menarik kaca matanya. Saat itu ekspresi wajahnya tidak terlihat jelas karena masih menggunakan Masker. Sampai akhirnya Dokter tersebut membuka Maskernya dan raut wajahnya sontak membuat semua orang khawatir.
Dokter tersebut menggeleng " Maaf ... Kami Sudah berusaha.
Suara dokter itu seolah menghantam hati setiap orang, semua orang yang mendengar perkataan dokter tersebut melemah dan mulai menangis histeris. Ini terlalu cepat bahkan tanpa pengingat, tentang kehilangan sosoknya sangat menyakitkan.
Di sisi lain Shella masih merasa bersalah karena seandainya tadi Jacob tidak mendorong Shella, sudah pasti semua ini tidak akan terjadi kepada Jacob. Shella benar-benar merasa bersalah bahkan saat itu Shella sudah bertekuk lutut di hadapan kedua orang tua Jacob.
" Maafkan aku...! Semua salah Shella..., Shella yang sudah membuat Jacob begini. Kata Shella sembari meraung di kaki kedua orang tua Jacob.
Namun tidak ada tanggapan sama sekali dari mereka, tentu saja mereka belum bisa berfikir tenang. Bagaimana pun mulai hari ini dan seterusnya mereka tidak akan lagi melihat anak semata wayang mereka.
*******************
Acara pengebumian
Shella melangkah dengan wajah pucat dan mata sembab nya mengiringi pemakaman sahabatnya Jacob. Suasana haru di sepanjang perjalanan belum lagi suara tangisan histeris mamanya. Menambah beban di pikiran Shella.
Mereka mungkin tidak mengatakan dengan bentakan aku adalah penyebab anaknya meninggal. Tapi lewat tangisan mereka menjelaskan aku lah orangnya. Dan aku hanya bisa diam merunduk.
" Semua gara-gara kau ...! Semuanya gara gara Kau, Kami harus kehilangan Jacob karena mu. Jerit Clara yang langsung menyerang ke aras Shella saat Shella menyentuh nisan Jacob.
" Hikssss....!!! maafkan Aku Clara ...! Kata Shella yang saat itu menangis dan langsung di peluk oleh mamanya.
Sedangkan Clara di tarik oleh Om Aditya dan mamanya.
" Samapi kapan pun, Aku ga mau liat wajah mu lagi. Kata Clara dengan tegas.
Persahabatan kami berakhir di sana, semua hancur karena kecerobohan ku. Dan semenjak hari itu ketakutan ku adalah memiliki teman, aku takut mereka tersakiti dan hal ini juga yang membuat ku lebih memilih sendiri.
Niat baik Shella berakhir tragis, tapi Shella masih tidak berhenti berusaha. Setiap hari Shella mengunjungi makam Jacob dan bahkan mengirim pesan permintaan maaf kepada Clara setiap harinya, dan tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya Shella mendapat tau bahwa Clara sudah pindah ke Australia.
Kediaman Clara.
Shella bergerak dan melangkah menuju gerbang kediaman Clara. Dan kebetulan saat itu salah seorang penjaga rumah Clara berjalan dan langsung menyapa Shella.
" Eh... Non Shella... Sapa Lelaki tersebut yang langsung berlari membukakan pintu gerbang.
" Maaf Pak...! Clara ada di rumah ga ya ? Tanya Shella.
Wajah laki-laki itu terlihat terkejut " Loh... Non Shella ga tau kalo bapak, ibu, sama Non Clara Kemarin sudah berangkat pindah Ke Australia.
" Mereka pindah ke Australia...? Gak Pak Shella ga tau. Kata Shella yang saat itu meremas berkas yang ada di tangannya.
Berkas pendaftaran masuk SMA. Shella, Clara dan Jacob pernah berjanji akan masuk di SMA yang sama jika dua di antara mereka memilih sekolah yang sama.
" Oh... kalo begitu Shella permisi aja deh pak. Makasih pak...
" Loh... Non ga minum dulu ?
" Gak Pak...! Shella permisi... Kata Shella berjalan meninggalkan kediaman Clara.
Berjalan melewati trotoar jalanan sambil memeluk berkas yang ada di tangannya. Shella berusaha menahan air matanya. Saat itu hujan turun dengan derasnya.
Beberapa orang berlarian sedangkan Shella berjalan santai sambil berkata " Terimakasih sudah memahami ku...! Perlahan air matanya mengalir. Namun siapa yang atau bahwa saat ini Shella sedang menangis.