Setelah makan bersama Ana, Adamson meninggalkan kamar dan berjalan menuju ruang kerja.
Di ruang kerja kediaman Adamson.
"Hallo Paman.... !!!!!"
"Bagaimana keadaan nenek Ana ?"
"Halo keponakan ku yang tampan !!" jawab Dr heri
"Dia sehat sekarang dia sedang istirahat dia sering menanyakan mu. Seperti nya dia amat menyukai mu."
" Kira kira... Apakah dia masih menyukai mu jika dia tau kau akan menjadikan cucunya alat balas dendam ?" tanya Dr Heri
" Ana terlihat lebih cantik dibandingkan di foto, aku takut dia akan membuat mu jatuh cinta dan melupakan dendam mu." dengan nada mengejek
" Hahahaha ... atas dasar apa aku mencintai nya, aku hanya menggunakannya sebagai alat balas dendam ku." diikuti senyum sinis dari Adamson
" Apapun itu kau harus memperlakukannya dengan baik, dia tak salah apa apa jangan terlalu menekannya. Akan sangat sulit jika suatu hari nanti kau jatuh cinta tapi dia masih membenci mu Adamson." sindir paman
" Bahkan hari ini kau menggunakan nenek nya untuk memaksanya menikah dengan mu, paman rasa ini sedikit keterlaluan." memperingatkan Adamson
" Terima kasih untuk sarannya paman, tapi aku tak semudah itu jatuh cinta, wanita yang aku cintai sudah pergi meninggalkan dunia ini karna bajingan itu !!!" terlihat wajah sedih Adamson mulai menghampiri nya .
Seakan mengerti perasaan keponakan nya Dr Hery Peter mulai mengalihkan pembicaraannya
"Baiklah sepertinya aku harus menangani beberapa pasien, besok kau akan menikah jadi jangan pasang wajah jelek mu di hadapan semua wartawan, besok balas dendam mu akan dimulai." Bye.....!!!! menutup telpon
Adamson melangkah mendekati meja kerja dan membuka laci, mengambil kotak yang berisi foto seorang wanita yang tersenyum lebar dan terlihat pria yang ada di sebelahnya adalah Adamson.
Bagian kedua terlihat foto yang sudah di robek dan hanya menunjukkan setengah bahagian photo lama, dan photo itu memperlihatkan seorang wanita tersenyum dan memegang Bayi laki laki.
"Mama ... Cindy.... aku akan membalaskan ya untuk kalian ." ucap Adamson pelan
Dari raut wajah Adamson terlihat dia menahan luka teramat dalam. Luka yang tak seorang pun mengerti cara menyembuhkannya, luka yang sudah bertahun-tahun dia simpan dan berubah menjadi amarah yang teramat dahsyatnya. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah membalaskan dendam nya, cara satu satu nya untuk menghapuskan luka yang sudah menghantuinya selama ini .
Dari kamar atas terdengar suara Ana terisak Isak menangis di sisi ujung tempat tidur, dengan seribu pertanyaan yang tak terjawab. Pikirannya terbagi kembali ia mengingat nenek nya yang sedang sakit, mengingat pujaan hatinya Dirga yang pasti sekarang menghawatirkan nya. Besok seharusnya menjadi hari bahagia ku dan Dirga, seharusnya besok aku menyandang status Nyonya Pratama, memulai awal bahagia ku bersama pria yang aku cintai.
Semua pikiran pikiran itu membuat nafas ku sesak dan air mataku lebih deras mengalir.
Andai saja aku bisa menghubungi Dirga dia pasti akan menjemput ku dan membawa ku dari tempat terkutuk ini.
Sesaat sebelumnya aku masih sempat meminjam Handphone pelayan dan penjaga yang ada di luar, tapi semua seolah sudah di perintah kan oleh Adamson untuk tidak memberinya .
Tak terasa hari mulai gelap dan aku masih duduk di tempat yang sama tak berpindah dan tak bergerak sedikit pun. Membayangkan besok seakan aku ingin mati hari ini. tiba tiba terdengar seseorang membuka pintu dan jelas saja itu bik Nani. Tapi kali ini dia tak masuk sendiri di belakang nya ada dua orang pelayan datang membawa beberapa setelan baju dan yang satu pergi ke kamar mandi seperti nya ingin menyiapkan air hangat untukku
"Nyonya... Malam ini Nyonya dan tuan akan makan malam bersama, Tuan Adamson memerintah kan anda untuk mengenakan gaun ini ," menjulurkan gaun berwarna merah maroon yang terlihat mahal dan elegan.
"Nyonya airnya sudah saya siapkan nyonya bisa mandi sekarang !!! " sambut pelayan dari arah kamar mandi
"Baiklah bahkan tak ada gunanya aku melawan sekarang." mengeluh kepada seluruh pelayan yang ada di hadapannya
Di ruang tamu terlihat Adamson duduk di sofa mengenakan stelan jas berwarna hitam dan dasi yang sepadan dengan warna gaun Ana .
Tak lama Ana terlihat menuruni tangga dengan gaun berwarna merah yang panjang dan mengikuti lekuk tubuh ramping Ana, rambut pirangnya tergerai, dengan make up tipis karna memang ana sudah cantik tanpa make up sekali pun.
Jelas saja Adamson sedikit terpesona dengan kecantikan wanita yang saat ini menuju ke arahnya.
Adamson yang saat itu sedang menenggak minumannya tiba tiba,
"Uhukkk uhukkkk !!!" suara tersedak adamson
Kenapa istriku lama sekali, tidakkah kau tau suamimu ini lapar !!! (berusaha menutupi rasa kagumnya barusan )
Sambil mengulurkan tangannya untuk menyambut Ana .
Tapi alhasil Ana tak membalasnya .
"Sungguh calon istri yang arogan...!!!" desisnya pelan
Kata katanya membuat pelayan yang berada di sekitar mereka tersenyum menahan tawa. Walaupun Adamson Tuan rumah tapi dia selalu memperlakukan pelayannya dengan baik, tak jarang pula ia makan dan berbincang bersama mereka. Mengingat Adamson tinggal seorang diri setelah kepergian ibunya dan Cindy .
Setelah hampir beberapa lama di dalam mobil yang penuh dengan keheningan kami sampai di sebuah restoran seafood terbaik kota ini.
Aku terkejut melihat di depanku sudah banyak wartawan yang datang dan belum lagi restoran ini adalah restoran yang sering ku kunjungi bersama Dirga .
Dalam hati " Oh Tuhan drama apa lagi yang psikopat ini lakukan "!!???
Tak lama Adamson membukakan pintu mobil Ana dan mengulurkan tangannya.
" Kali ini jangan buat masalah dengan ku, cukup bekerjasama sebagai pasangan yang paling bahagia dan nenek mu tetap bisa bernapas !!" ancaman yang dilontarkan Adamson .
Tanpa menjawab aku mengikuti keinginannya
Saat melangkah memasuki restoran seluruh mata tertuju pada kami.
Beberapa kamera mulai menangkap foto kami terpaksa aku tersenyum, senyum yang aku lakukan demi keselamatan nenek.
Dan muncul beberapa pertanyaan perihal pernikahan kami, sepertinya tanpa sepengetahuan ku Adamson sudah menyebar kan berita pernikahan kami ke media.
Setelah menjawab beberapa pertanyaan kami masuk kedalam restoran dan kali ini yang harus ku hadapi adalah Dirga Pratama calon suami ku, orang yang aku cintai.
Seketika aku ingin melangkah menghampirinya dia terlihat terpuruk dan matanya sembab. Baru selangkah seolah Adamson merasakan pergerakan ku dia menarik ku dan berkata
"Ingat perjanjian kita Ana !" sambil menarik tanganku ke meja yang telah di siapkan Adamson .
"Tasya...!!! suara lirih Dirga
Membuat setiap orang yang mendengarnya ikut merasakan kepedihan nya
"Apa salahku Sya ??? Kenapa Sya ??? Aku kurang apa ke kamu Sya ??? " melangkah mendekati ku dan Adamson .
Air mataku mulai mengalir, aku seperti mengerti apa yang telah dilakukan Adamson sehingga membuat Dirga menjadi seperti ini.
Hati ku hancur berkeping keping terlebih lagi aku tak bisa menjelaskan apapun padanya , aku memilih diam dan menahan semuanya.
" Kenapa kamu terima lamaran ku Sya, dan tiba tiba pemberitaan itu, Pesan yang kamu kirim untukku ?" semua bohong kan Sya !!! memegang kedua tangan Tasya/Ana
Bibir ku bergetar hebat, aku menatap ke arah Adamson, dalam hati aku mengumpat seribu kali bajingan ini .
" Maaf Dirga tapi Ana adalah calon istri ku sebaiknya jauh kan tangan mu darinya !!!" menepiskan tangan Dirga
"Dia bukan Ana dia Tasya ku, kau tak bisa mengambilnya dariku !!!" dengan keras menarik Tasya ke dalam pelukannya nya
Dengan cepat Adamson menarik Ana dan melepaskan satu pukulan ke arah Dirga