Suasana dalam menara NexusNet begitu hening, seakan dunia luar terisolasi oleh dingin logam dan cahaya biru yang menyelimuti segala sudut ruangan. Raven bergerak dengan hati-hati, menyatu dalam keheningan yang menakutkan. Di masa lalu, langkahnya selalu mantap, penuh keyakinan. Kini, meskipun tubuhnya masih tangkas, pikirannya terpecah, bergulat dengan ketidakpastian. Dunia ini bukanlah dunia yang pernah dia kenal.
"Berapa jauh lagi?" bisik Raven pada Zephyr yang memimpin di depan. Langkah Zephyr tetap stabil, meskipun tekanan di sekitar mereka semakin tebal.
"Kita hampir sampai," jawab Zephyr tanpa menoleh. "Tapi NexusNet bisa mendeteksi kita kapan saja."
Suara drone dari luar menara masih samar-samar terdengar. Seperti bayangan gelap yang menunggu di balik horizon, ancaman NexusNet tidak pernah benar-benar hilang. Raven merasa seperti musuh yang mereka hadapi tak terjangkau, sesuatu yang tak pernah bisa dia kalahkan hanya dengan senjata dan taktik.
Cipher berjalan di belakang mereka, alat-alatnya berdering pelan saat dia memantau sistem keamanan menara. Wajahnya tegang, fokus pada setiap detik yang berlalu. "Sistem pertahanan menara ini tidak terlalu rumit, tapi kita tetap harus cepat," katanya sambil memeriksa panel di tangannya. "NexusNet bisa langsung tahu jika ada perubahan di sini."
Raven mengangguk, matanya menyisir ruangan dengan kewaspadaan penuh. Tempat ini terasa asing dan mengintimidasi. Menara NexusNet seperti organisme raksasa yang berdenyut, merasakan setiap gerakan mereka. Sebagai prajurit, Raven terbiasa menghadapi musuh yang bisa dilihat, yang berdarah. Tapi di sini, NexusNet adalah musuh yang tidak bisa disentuh, tidak bisa dikalahkan dengan peluru. Itu membuat perasaan asing dan kehilangan kontrol merayapi dirinya.
Mereka sampai di pintu terakhir, dan Zephyr memberi isyarat agar mereka berhenti. "Di balik pintu ini adalah inti menara. Begitu kita mulai, NexusNet akan bereaksi, dan kita tidak punya waktu lama."
Cipher bergegas ke panel pintu, tangannya cepat bekerja membuka pengunci keamanan. Dalam beberapa detik, pintu terbuka, memperlihatkan ruangan yang dipenuhi dengan cahaya biru yang dingin dan menakutkan. Layar-layar digital di dinding memperlihatkan aliran data yang bergerak konstan, seperti sungai informasi yang tak pernah berhenti mengalir.
Di tengah ruangan berdiri inti menara, jantung yang memompa kehidupan ke seluruh jaringan di sekitarnya. Cahaya biru yang memancar dari inti itu terasa nyata, seperti denyut nadi yang bisa dirasakan melalui kulit.
"Ini dia," Zephyr berbisik pelan, lebih pada dirinya sendiri. "Kita hancurkan ini, dan NexusNet akan lumpuh di wilayah ini... untuk sementara."
Raven menatap inti itu dengan perasaan ganjil. Di satu sisi, ini hanyalah mesin, hanya sekumpulan kabel dan logam. Namun, di sisi lain, ini adalah bagian dari sistem yang mengendalikan seluruh dunia. Perasaan aneh membanjiri dirinya—apakah dia bertempur melawan musuh yang bisa dikalahkan, atau hanya melawan bagian dari jaringan yang tidak akan pernah mati?
"Siapkan peledaknya," perintah Zephyr dengan tenang.
Cipher segera bergerak, memasang bahan peledak kecil di sekeliling inti. "Peledak ini akan menonaktifkan sistem selama beberapa detik sebelum ledakan besar menghancurkannya. Setelah itu, kita harus kabur, cepat."
Suara alarm tiba-tiba menggema di ruangan itu, memecahkan keheningan. Layar-layar digital di dinding mulai berkedip-kedip, dan Raven merasakan perutnya bergejolak. NexusNet telah menyadari keberadaan mereka.
"Mereka tahu kita di sini," kata Cipher dengan nada panik, matanya terpaku pada layar.
Zephyr mengarahkan senjatanya ke pintu masuk. "Bersiaplah. Raven, jaga pintu. Jangan biarkan mereka masuk."
Raven bergegas ke posisinya, senjatanya terangkat, dan dia siap menghadapi apa pun yang datang. Di luar, suara drone semakin mendekat, seperti denting mekanis yang semakin keras setiap detiknya. Dia merasa napasnya semakin cepat, adrenalinnya melonjak.
Namun, meski tubuhnya bergerak cepat, pikirannya terjebak dalam ketidakpastian. Setiap langkah di dunia ini terasa berbeda. Di masa lalu, dia tahu bagaimana menghitung musuhnya—setiap peluru, setiap gerakan. Tapi sekarang, dia bertarung melawan sesuatu yang tak terlihat, sesuatu yang tak bisa diprediksi. Ini adalah dunia baru yang penuh dengan kekacauan digital, dan dia belum sepenuhnya memahaminya.
"Tujuh puluh detik sebelum peledakan," kata Cipher, suaranya serak karena ketegangan. Suara drone semakin keras, dan Raven tahu, waktu mereka hampir habis.
Lalu, ledakan keras memecah kesunyian ketika pintu meledak terbuka, dan segerombolan drone NexusNet meluncur masuk dengan kecepatan mematikan. Tembakan laser merah menghujani ruangan, memantul dari dinding logam, dan menghantam lantai di sekitarnya.
Raven melepaskan tembakan pertama, menghancurkan dua drone yang melayang di depan pintu. "Kita diserang!" teriaknya, memperingatkan yang lain di dalam ruangan inti.
Zephyr, tanpa ragu, melemparkan granat asap ke arah pintu, menciptakan penghalang sementara. "Raven, tahan mereka! Cipher, kita hampir selesai?"
"Tiga puluh detik lagi!" jawab Cipher, jarinya terus bekerja di atas panel peledak.
Namun, serangan drone semakin deras, dan Raven bisa merasakan dirinya hampir kewalahan. Drone-drone itu bergerak cepat, lebih cepat dari yang dia perkirakan. Pemberontak lain bergegas membantunya, tapi mereka tidak siap menghadapi teknologi canggih NexusNet ini.
Waktu terasa melambat, tetapi detik-detik terus berlalu. Raven melemparkan granat lagi, kali ini menghancurkan lebih banyak drone, tetapi suara langkah-langkah mekanis terus mendekat.
"Tiga... dua... satu..." Cipher menyelesaikan hitungannya tepat saat ledakan besar mengguncang seluruh menara. Cahaya biru yang dulu begitu kuat kini mulai memudar, perlahan menghilang bersama aliran data yang terus berjalan di layar.
Mereka berhasil menghancurkan inti menara, tapi Raven tahu ini bukan akhir.
Suara dengungan dari luar semakin keras, dan di layar Cipher, indikator-indikator merah menunjukkan bahwa NexusNet sedang memobilisasi pasukan dalam skala besar. Ini adalah konsekuensi dari serangan mereka.
"Serangan balasan akan datang," kata Raven dengan tenang, matanya menatap Zephyr.
Zephyr melihat layar, wajahnya tegang. "Kita harus keluar sekarang. Jika kita tetap di sini, kita mati."
Tanpa perlu diperintah dua kali, tim pemberontak mulai mundur, bergerak cepat meninggalkan menara yang kini kosong dan tak bernyawa. Kemenangan ini mungkin sudah diraih, tapi ancaman NexusNet kini semakin nyata dan mengerikan.