Ini malam kedua gue berada divila, yang terus mengintili Abi kemanapun dia pergi. Gue nggak percaya dengan ikut bersama Salma, dia passti akan meninggalkan gue seperti kemarin. Gue tidak ingin kejadian bertemu dengan Gibran lagi, itu menyakitkan.
Lu tau gimana rasanya tidak ingin melihat tetapi ada didepan mata, tidak mungkin lo menutup kelopak mata karena itu sangat tidak masuk akal. Lo hanya bisa menghindari itu tapi dalam situasi dimana orang-orang tidak tau perkara itu dan lu pun tidak mau mereka tau.
Pada akhirnya lo harus menhadapai dan berlakon seakan baik-baik saja. Itu melelahkan, bukan?.
Yang datang akan pergi, yang menetap tidak akan selamanya hadir. Dan gue akan sendirian lagi seperti sekarang, sambil memegang lengan Abi, kita berjalan menuju meja yang berisi kudapan.
"Mau ini?." Abi menunjuk kudapan puding dan bakpau.
Uh, gue sedang tidak berseleran malam ini setelah menangis habis-habis kemarin malam. Abi tau dan dia diam saja, Farrel dan Salma juga tidka tau perihal itu, apalgi mereka lebih banyak berinteraksi dengan para pengusaha disini. Sama seperti Abi sebenarnya dan gue mengikuti dia sampai dikenalkan pada koleganya.
Abi juga terkadang akan memeluk pinggang dan gue tidak keberatan sama sekali. Kita teman dan gue merasa aman pun nyaman akan itu, gue menyapa banyak orang termasuk beberapa teman dan kolega Daniel yang mengenal ue sebagai tunangannya. Kemudian gue jawab kami belum bertunangan lalu mereka akan tertawa dan mengiba pada Daniel.
Gue tidak mengerti, tapi gue tidak mau peduli. Sekarang gue sedang menata hati gue jadi mari abaikan hal tidak penting dalam pesta. Malam ini kami menggunakan baju bebas hanya laki-laki yang menggunakan kemeja hitam senada, perempuan menggunakan dres maupun atasan berwarna dengan teman pesta malam ini.
"Hai... Kamu Faras kan?."
"Oh, hai, iya aku Faras... apa kita saling kenal?."
"Hm... kenalin, Aku Sabrina. Model kontrak di perusahaan Lee, yang cucunya sedang kamu gandeng ini."
Kemudian Abi tertawa begitu juga Sabrina. Aku hanya terkekeh menunduk sebentar dan menyalaminya begitupun Abi. Aku akan beritahu kalian jika pesta ini diadakan oleh paman Abi yang tengah datang ke Indonesia untuk mengecek proyek besar dengan pemerintah Indonesia dalam membangun infrastruktur dikota.
Dan Abi adalah salah satu cucu kesayangan kakek Chen Lee. Aku pernah bertemu dua kali karena diajak oleh Abi, jadi abi keturuna china asli yang menetap di Indonesia karena pekerjaan ayahnya yanng ditempatkan oleh kakek Lee. Perusahaan besar yang memiliki proyek-proyek besar juga beberapa mall yang sahamannya kebanyakan dimiliki oleh keluarga dari negeri ginseng ini.
Nama panjang Abi adalah Abiandra Adhitama, hanya karena di Indonesia namanya dibuat begitu Indonesia oleh ayahnya.
"Jadi... apa kamu sudah menyatakan pada Faras, Abi?."
"Sabrina, Please don't. Biar aku saja yang bilang, dia belum tau."
"Oh my god, wait!. Jadi terjebak friendzone ya,"Sabrina tertawa sedang gue menatap Abi bertanya tidak mengerti dengan pembahasannya.
"Dia memang begitu, Ra. Mohon makhlum." Gue mengangguk.
"Sepertinya kalian berdua dekat ya."
"Dekat dari mana!!"Abi berteriak sambil menatapku menolak pendapatku.
"Ya ampun, aku ini sudah 35 tahun, patut menjadi bibi bagi Abi. Jadi kamu tenang saja, tidak ada hubungan selain model dan cucu pemilik perusahaan otomotif terbesar diasia tenggara." Jelas Sabrina.
Kontan saja kedua mata gue membesar terkejut. 35 tahun tapi terlihat begitu muda, ya ampun tau umurnya sama dengan bang Daniel gue meneguk ludah mendadak insecure itu datang menghampiri sambil mengejek.
'Hei. Apa kabar kamu yang berumur 23 tahun? wajahmu seperti orang berumur 40 tahun saja, ahahaha.'
Sial, begitu ejek sisi diriku yang lain. Kemudian kami mengobrol ringan tentang pekerjaan Sabbrina sebagai model, sesekali aku bertanya tentang suka dukanya menjadi model juga Sabrina sesekali berbisik sambil menunjuk model yang muncul di depan matanya selama pesta.
Mengatakan kalau mereka datang karena sudah disewa oleh pengusaha yang juga datang kemari. Dan mengatakan ada sebagian model dan selebgram mencari peruntungan dari para sponsor yang mau mengiklankan produknya kepada mereka sampai ada yang sudah janjian untuk selain itu.
"Kamu tau. Itu yang kakinya panjang menggunakan rok minin dengan warna rambut blonde sepinggang, dia sudah di booking oleh pengusaha anggur merah malaysia yang ikut datang kesini. Liat bagaimana gestur dia yang menggoda itu, memang sengaja menarik pria berduit yang ingin kencan."
"Kemudian itu, selebgram disana. Mereka sebenarnya sepasang kekasih paling sensasional tapi dalam hubungan, mereka sudah tidak sehat, mereka hanya terlihat akrab di media sosial dan seperti acar ini, padahal mereka disewa untuk mengumbar poto couple yang menarik untuk dibayar. Mereka itu saling menusuk dari belakang, karena sudah memiliki kekasih."
"Lalu, itu. Dia anak seorang menteri yang sangat menyukai keluar masuk hotel dengan perempuan VIP dan dikabarkan terkena penyakit kelamin begitupun ibunya memilih jalan seperti ayahnya, berselingkuh. Bedanya, sang ibu itu tidur dengan satu lelaki tidak lain selingkuhannya. Dia pengguna sabu karena depresi dengan keluarga seperti itu."
"Kemudian itu, lelaki berkedot selebgram baik-baik ternyata penjual obat perangsang dan bius ilegal. Yang hanya ada diluar negeri, dilarang di Indonesia. Dan kamu bisa membeli padanya. OHHH SATU LAGI!! Dia juga seorang mucikari yag menawarkan seleb maupun selebgram yang dijamin kemolekannya bak gitar spanyol."
Dan banyak lagi informasi yang gue dapatkan. Sedang Abi memutar bola mata dan menutup telinga gue ketika ka Sabrina akan berbicara lagi.
"Stop, mbak. Jang cekoki Ara dengan informasi gelap dari mereka yang ada disini. Kasian, Ara masih polos sama dunia bisnis dan intertainment. Bisa takut dia kalau disuruh gantikan ayahnya diperusahaan nanti."
Iya, gue saja sekarang hanya bengong melongon mengetahui banyaknya mereka yang terlihat baik dan goodlooking di sosial media. Sisi lainnya mencengangkan.
"Iya, aku hanya ingin memberitahu Faras, jikalau ingin terlihat fashionable semampunya jangan dipaksakan seperti mereka yang gila harta dan perhatian netizen, bukannya investasi masa depan dari penghasilan. Mereka banyaknya hamburkan untuk barang-barang dan kehidupan yang mewah, tidak bisa mencapai hal itu mereka menjual diri dan hal-hal ekstrim lainnya."
Aku mengangguk Sabrina memekik lagi terus berbisik.
"Satu lagi, itu yang baru saja lewat juga, dia seorang pengedar sabu yang dilindungi pihak berwajib. Dia punya dekengan disana, kadang sering ke gap pasti dia tetap selamat. Barangnya tidak dilenyapkan malah dikembalikan. Hanya beberapa saja yang dilenyapkan untuk bukti pada masa."
"Mbak!!!"
"Oke, oke. Mbak akan diam."
.
.
Entah bagaimana, gue merasa melayang dan semua sendi gue melemas tak dapat menopang tubuh. Gue jatuh tapi ada yang menopang tubuh gue agar tidak mencium lantai. Tadi gue baru saja meminum jus tapi kenapa aku merasa ringan dan bahagia.
Aku mencoba membuka mata yang terasa berat ini untuk melihat siapa gerangan orang yang malah menggendong tubuhku saat ini.
"Hei... apa sekarang kamu merasa lebih baik?."
"He'em... aku merasa bebas dan melayanghhh"
Gue menjawab riang sambil melebarkan tangan dan dia terkekeh sambil mencium tepat dibibir, aku ingin menolak tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar lemas tidak berdaia. Bibirnya melumat dan aku melenguh menikmati ketika kesadaran mulai terasa akan hilang direnggut sang kegelapan.
Punggung gue sampai pada dataran lembut yang nyaman sampai gue melenguh nikmat. Kemudian sesuatu yang hangat merambat diatas kulit gue, semakin membuat gue terbakar bahagia.
Gue tidak tau, saat ini hanya merengek karena kehangatan itu pergi gue segera bangun dan menariknya kembali untuk memeluk pinggang gue dan ia usap perlahan sampai gue tersenyum.
"Kamu kalau begini semakin terlihat manis, Ra. Bagaimana aku bisa lepasin kamu. Aku menggila, tapi masih saja seperti ini."
"Jangan lepas, ingin terasa baik ketika kamu usap. Uh...Jangan diremas,"
Kemudian gue hanya terbawa apa yang sesosok itu lakukan pada tubuh gue dan gue menerima dalam keadaan diambang akal sehat dan kesadaran yang saling bertabrakan dengan rasa bahagia.