Chereads / Aku Dipinang Tentara / Chapter 3 - Sebelas

Chapter 3 - Sebelas

Setelah pengajuan pernikahan yang ribet, cuti dari pekerjaan yang tidak terbilang gampang. laporan keuangan yang belum selesai sepenuhnya Mega memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya karena pernikahan itu akan di gelar secepatnya

Resepsi itu di gelar sederhana tapi tetap elegan, nuansa hijau bertaburan menghiasi rumah Mega, kamarnya di sulap menjadi kamar pengantin yang cukup cantik. rumah mega yang bergaya kelasik tapi tetap moderen itu terlihat indah dalam pandangan mata.

pelaminan bertengger manis di luar rumah, tak jauh beda dengan hiasan kamar. pelaminan itu juga bernuansa hijau tua sungguh sangat canti.

para tamu undangan berdatangan, senyum sumringah ayah dan ibu Mega tak dapat hilang dari wajahnya. putri tertuanya sudah menikah sekarang ia sudah tenang melepaskan putrinya berkarir si kota orang karena sekarang sudah ada yang menjaganya.

Kemaren setelah akad di langsungkan pak Aru menitikkan air mata ketika menyampaikan petuah untuk dua pengantin ini.

"jaga baik-baik rumah tangga yang dibangun karena Allah! saling mencintai lah kalian karena Allah! saling menghormatilah kalian karena Allah! Abdi aku menitifkan putriku kepadamu, jaga dia! sayangi dia! " petuah pak Aru di sambut tangis oleh bu Uty, putrinya yang paling cerewet dan keras kepala sekarang sudah menikah. ia peluk dan cium putrinya itu, dulu ketika menikahkan adik Mega tak sesedih ini melepaskan tapi ketika Mega yang menikah kenapa ia sangat sedih.

"sering-sering beri ibu kabar nanti ya! "kata bu Uty yang langsung mendapatkan anggukan dari Mega yang tadi juga ikut menangis.

"hormati suami kamu! dia syurga kamu sekarang" kata bu uty lagi berujar.

"iya bu.. pasti... pasti Mega akan lalukan apapun untuk menjaga syurga Mega"

***

tamu itu datang silih berganti, bahkan undangan dari Bu Dara seolah tak pernah habis. Beberapa rekannya Abdi juga datang, teman-temanya Mega juga datang menghadiri resepsi itu. Mega sangat lelah berdiri menyalami tamu undangan yang serasa tak pernah habis.

Abdi sedikit melirik istrinya yang berdiri di sampingnya.

"kalau kamu lelah duduk saja! " pinta Abdi pada Mega.

" Mega ngak lelah" sahut Mega tak berani memandang wajah itu.

Setelah resepsi itu usai Mega menyerat kakinya kedalam kamar terus terang ia sangat lelah, baju pengantin ini sungguh merepotkan beratnya minta ampun, untung ia memakai kerudung kalau tidak rambut yang ia sayangi akan rusak oleh jepitan-jepitan rambut yang sangat menyebalkan ini. mega seolah lupa bahwa ia sudah menikah, ia membuka kerudungnya asal dan menyampirkan kerudung itu di kursi, membuka baju pengantin yang sangat mencekek ini, ia tidak berhasil menggapai resleting belakang. ia perlu bantuan seseorang untuk membukanya, tapi saat tangannya berusaha sekuat yang bisa untuk menggapai resleting belakang itu justru ada sebuah tangan yang menarik juntaian resleting itu alhasil berjalan mulus membelah, punggung itu terbuka dengan sempurna untungnya ada lapisan kain tipis yang menutupi kulit, hingga kulit Punggung Mega tak terekspos jelas. Respon tubuh Mega jelas ia sangat kaget, menarik tubuhnya menjauh dari Laki -laki yang baru saja menikahinya.

Melihat perubahan wajah yang di tampilkan Abdi, Mega yakin Saat ini Abdi sedang menahan emosinya ketika respon Mega tak mau di sentuh.

"maaf... maaf aku.. " kata Mega gugup,tapi langsung mendapat potongan dari Abdi.

"aku tidak akan menerkam mu Mega, jadi berhentilah berfikir yang tidak-tidak! dan satu hal lagi Semua yang ada di kepala kamu itu tak akan terjadi malam ini" kata Abdi sambil berlalu kekamar mandi.

"kamu ini aneh Mega" Mega memukul jidatnya sendiri tanda tadi itu respon yang bodoh.

ini semua Gara-gara teman kuliyahnya yang pada sudah menikah, mereka bicara sesuatu yang tak pernah Mega bayangkan sebelumnya. itu bahkan terasa pulgar bagi Mega yang bahkan sangat sedikit pengatahuannya tentang itu.

Mega melihat bayangannya sendiri di pantulan cermin, dulu rambut ini tak pernah terlihat oleh siapapun bahkan sepupu laki-lakinya tak pernah melihat rambutnya ketika ia memutuskan untuk menutup aurat secara sempurna tapi tadi itu ia benar-benar lupa kalau ia telah menikah dan pastinya Abdi ada hak untuk melihat seluruhnya. Mega gigit jari malu karena mengingat respon yang sungguh memalukan tadi.

suara gemericik air jelas terdengar di indra pendengaran Mega, laki-laki itu sedang mandi. cukup lama Mega menunggu Abdi keluar dari kamar mandi karena saat ini badan Mega sangat lengket dan ingin sekali mandi tapi sekarang ia seperti seorang yang sedang mengatri recehan dan tak kunjung dapat. Menunggu pintu kamar mandi itu terbuka seperti menunggu gajihan Mega yang terasa sangat lama.

Terkantuk-kantuk Mega menunggu akhirnya pintu itu terbuka menampilkan Abdi yang baru selesai mandi saat ini dia sudah memakai baju tidur berjalan mendekati Mega yang sudah tertidur sambil duduk di sofa sambil mengosok rambutnya yang basah ia membangunkan Mega.

"Mega... Mega... " tak ada respon dari panggilan yang dilakukan Abdi, tapi ia tidak putus asa dan memangil lagi tapi kali ini tetap tidak berhasil Mega tidur. Abdi tidak kehabisan akal ia pun mendekatkan mulutnya ke kuping Mega dan membisikan sesuatu.

"Mega.. kalau kamu tidak bangun juga saya akan angkat kamu sekarang! " mendengar itu Mega langsung membuka mata dan berdiri otomatis Abdi yang masih belum menjauhkan kepalanya terantuk dngan jidak Mega yang cukup keras hingga berbunyi "glatuk" kepala Mega dan kepala Abdi berdu meyisakan sakit yang teramat di kepala karena benturan itu cukup keras. Mega mengelus jidatnya yang lumayan sakit.

"mengapa bangun tiba-tiba? " sungut Abdi sambil mengelus jidatnya yang terasa sangat sakit.

"maaf!" cicit Mega, ada rasa bersalah menyeruak dalam hatinya.

"sudah mandi sana! " perintah Abdi pada Mega, jelas Mega tidak menyiakan kesempatan itu, ia langsung berjalan menuju kamar mandi, menguncinya dari dalam.

***

Selesai mandi Mega keluar tapi tak mendapai Abdi ada di kamar itu artinya Mega aman sekaran, ia langsung berjalan santai menuju lemari bajunya, memakai baju tidurnya dan merebahkan badanya yang mulai terasa pegal.

ia ingin melelapkan dalam peristirahatannya yang terasa sangat nyaman. ia mulai merebahkan badannya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, lama-lama matanya mulai mengantuk dan ia tertidur.

Suara azan subuh berkomandang merdu membelah ke sunyian pagi, Mega yang awalnya tertidur miring kekanah menggerakkan badannya tapi tiba-tiba tanganya menyentuh sesuatu yang asing, Refleks Mega membuka matanya ia berteriak kaget tapi teriakan itu tak lolos dari mulutnya karena tiba-tiba Abdi waspada, menubruknya, menutup mulut Mega menggunakan tangannya.

"jangan berteriak! oky" pinta Abdi yang tangannya masih ia gunakan untuk menutup mulut Mega, Mega menganguk tanda ia faham.

"saya tidak akan melepaskan jika kamu masih mau berteriak, sekarang sudah ingat? " tanya Abdi memastika istrinya itu, Mega menganguk faham ia tak bisa bicara sebab mulutnya masih di bekap oleh Abdi.

Abdi melepaskan tangannya dari mulut Mega, ia langsung turun dari ranjang dan menuju kamar mandi membiarkan Mega dengan degub jantung yang masih belum stabil. Mega melihat pintu kamar mandi itu tertutup rapat.

Mega berkali-kali menepuk jidatnya sendiri, bagaimana ia sampai lupa kalau ia sudah menikah.