Chereads / Cinta Tak Tau Memilih / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Pagi nya aku siap lebih awal di banding ajir, aku menunggunya namun tak kunjung keluar, sehingga aku mengirim sebuah pesan teks kepada ajir bermaksud untuk memeberi tahunya bahwa aku jalan duluan. Namun ajir tak merespon, aku pun langsung mulai berjalan, di sepanjang jalan aku sedikit melamun tentang kejadian semalam dengan Dea, namun beberapa saat *Teeetttt*,,, suara klakson mobil dari arah belakangku dan berdiri tepat disampingku, aku pun langsung menoleh ke samping, astaga, ternyata yang turun dari mobil adalah Dea, aku sedikit gugup dan langsung saja,

"Hay, Yud, aku jalan bareng kamu ya dari sini" kata dea sambil tersenyum ceria kepadaku.

Akupun langsung menjawab "Ah, boleh Dea, tapi jalan kaki lebih membuat kamu letih" sambil tersenyum dan mempersilahkan Dea jalan duluan.

"Gak apa-apa yud, aku lebih senang jalan bareng kamu kok" jawab dia agak malu-malu dan sedikit tersenyum.

Di sepanjang jalan kami hanya mengobrol, tak ada dari kami yang membahas masalah pengakuan suka Dea semalam, yang ada kami hanya asik bercanda ria. Ternyata Dea adalah orang yang asik, dia suka banyak bicara menurutku, dan tambahan lagi, dia sangat imut ketika membuat ekspresi bersalah, hahahah, dalam sekejap hatiku melupakan kak kinan, dan hanya diisi oleh Dea, Dea sangan ceria, dia bahkan bisa membuatku awet muda karena sering tertawa.

Sesampainya kami di ruang kelas, suara siulan bermunculan dari beberapa orang yang sedang diruangan sambil tertawa.

"Apa ini, apa kalian sudah pacaran aja, baru kemarin kenal" sorak salah satu dari mereka.

Dea tak membalas mereka, dia hanya tersenyum tanda senang. Aku pun langsung merespon cepat " Tidak-tidak, kami hanya kebetulan bertemu di depan, dan kemudian masuk bersama" sahutku menyilangkan tangan dan sambil tertawa tanda lucu.

Tak lama kemudian Ajir datang dan mengejutkanku dari belakang, "Hey broe, kamu tinggalin aku dan memilih bersama Dea? kamu sungguh tega kawan" sela dia merayuku sambil menarik kursi dan duduk pas di depanku.

"Aku pun langsung merespon "Apa sih kamu jir, aku sudah lama menunggu kamu dan kamu tak kunjung-kunjung keluar, dan aku memilih untuk.." belum habis aku berkata ajir memotong pembicaraanku.

"Memilih untuk pergi bersama Dea?" lanjutnya sambil ketawa geli.

"Hahaha,,, Yud,,, yudd,,, tadi tak lama setelah kamu mengirim pesan teks untukku aku langsung keluar dan mengejarmu, aku sudah di belakangmu, namun aku melihat Dea turun mobil dan berjalan denganmu, jadinya aku memilih untuk tak memanggil takut menganggu waktu kalian, dan aku berjalan santai sendiri dibelakang kalian" jelasnya padaku sambil ketawa.

"Tapi yud, ada apa antara kamu dan Dea? apa kalian berkencan tanpa memberitahuku?" lanjut ajir seakan dia sangat penasaran.

"Hahahah, tidak kok Jir, kami hanya berteman, dan kebetulan bertemu di jalan, dan kami sedikit berbincang" jawabku menjelaskan.

"Tapi kalau Dea mau untuk aku kencani, aku tak akan masalah" lanjutku tertawa merayu ajir.

Ajir pun hanya menyeringai seakan tak percaya kata-kataku. Dan mata kuliah pun berlangsung, aku menjadi lebih dekat dengan Dea, dia bahkan mengajakku makan dikantin bersama, aku tak menolaknya, kami pun mengajak ajir dan wina ikut bersama.

Di kantin kami bercengkerama sambil tertawa, ada beberapa senior cowok yang mengganggu Dea, mereka bahkan langsung berani meminta kontak hp nya Dea di hadapanku, namun Dea tak merespon, syukurlah aku lega, sebenarnya aku ingin menentang para senior dengan berkata "Jangan ganggu dia, aku calon pacarnya" tapi aku tak seberani itu, jadi aku memilih untuk tetap diam.

Tiba-tiba 2 orang senior cewek menghampiri kami, mereka meminta izin untuk duduk semeja dengan kami, kami pun menyetujuinya, 2 orang itu adalah kak Kinan dan 1 orang lagi adalah temannya yang aku sendiri tak tau nama temannya itu.

"Hey,,, boleh kami bergabung? meja ini lebih terasa luas" kata nya sambil membuat nada memohon.

"Silahkan kak" kataku sambil menyuruh mereka untuk duduk.

Mereka pun langsung duduk dan memesan makanan, kemudian kak kinan mulai berbicara dengan teman-temanku.

"Eh kalian anak Teknik Mesin semua ya?" tanya kak kinan sembari memakan somay yang dipesannya.

"Iya kak, kami teknik mesin, emang kakak jurusan apa?" tanya Dea penasaran ke kak kinan.

"Ah, kami anak Ekonomi, di fakultas kami kantinnya terlalu kecil, makanya kami sering ke kantin Teknik mesin, terus itu mbok-mbok yang jual somay tetangga aku, makanya aku jadi langganan disini" kata kak kinan sambil nunjuk mbok-mbok yang jualan di kantin.

"Oh iya kak, kakak udah semester berapa?" lanjut ajir menanyakan.

"Semester 5" jawabnya sambil senyum.

Aku hanya bisa tersenyum, karena tak tau apa yang harus aku tanyakan, lagipun jantungku seakan akan copot dari tempatnya melihat kak kinan.

Lalu kak kinan bertanya "Yud? udah dipikirin belum mau gabung atau gak?" tanya kak kinan.

Belum aku menjawab Wina langsung bertanya, "loh, kakak kenal yudi? kok bisa?" tanya nya penasaran.

Rauh wajah Dea pun langsung berubah, aku tak ingin Dea salah paham, dan aku langsung menjawab "Ini kak kinan, kemarin aku kenal dia pas acara ospek, soalnya aku gaktau harus ngumpul kemana, jadi aku nanyanya ke dia, terus kebetulan lagi pas acara ospek kemarin, kak kinan ini kan jadi salah satu juru bicara di Club Pencinta Alam, makanya aku kenal dia, gitu" kataku dengan cara menjelaskan.

Kak kinan hanya tersenyum manis "Iya benar kata Yudi, kami gak sengaja aja bertemu, makanya kami jadi saling kenal". lanjut kak kinan.

Raut wajah Dea pun langsung kembali, dia tersenyum ke arahku, dan aku hanya membalas senyumnya.

Perbincangan kami pun berlanjut, kak kinan pun mengajak teman-temanku untuk bergabung ke club pecinta alam, Wina dan Ajir terlihat sangat tertarik, namun tidak dengan Dea, dia sama sekali tidak menyukainya, dia hanya mendengar tanpa merespon 1 kata pun, mungkin karna dia terlalu feminim, jadinya club ini tak cocok untuknya.

Sekitar 30 menit kami berbincang, kami pun kembali ke ruangan, namun tiba-tiba Dea mengeluh pusing diruangan, di meja dia tidur diatas tangannya sambil mengeluarkan air mata, beberapa orang menjadi panik, termasuk aku, aku sangat panik, Wina pun langsung berlari ke kantin dan membeli obat anti sakit kepala, berhubung di kampus kami tidak ada UKS seperti di Sekolah, Dea meminumnya tapi masih belum ada perubahan. Ketika itu, Dosen pun masuk ke ruangan yang tengah agak panik, kemudian kami menjelaskan tentang Dea, dosen pun menyuruh salah satu dari kami untuk mengantar Dea pulang, namun tak mungkin itu wina, walaupun dia tomboy, dia tak akan sanggup memopong Dea keluar kecuali seorang laki-laki. Aku pun menawari diri, dosen memberi izin kepadaku, Dea pun dengan senang hati menerimanya.

Aku pun langsung keluar mencari taksi tepat di depan gerbang kampus, kemudian kami sama-sama2 memopong Dea yang kelihatan sangat lemas dan kehabisan tenanga ke dalam taksi.

Kami pun tiba di rumah Dea, Rumah Dea terletak di perumahan Elit tengah kota, rumahnya sangat besar dan mewah, dengar beberapa mobil mewah di parkiran, dan taman yang begitu cantik diatur bunga-bunga yang sedang mekar di halaman. Aku pun langsung memopong Dea masuk, kami disambut oleh seorang wanita paruh baya yang terlihat agak ketakutan melihat keadaan Dea.

"Yaampun non, kenapa non sampe lemas seperti ini?" bertanya khawatir sambil membantuku untuk membawa Dea masuk ke dalam rumah.

Dea membuka mata dan berbicara agak berbisik karna keadaannya yang terlalu lemas "Tadi aku makan kacang bik". jawabnya singkat.

Aku pun langsung kaget mendengar apa yang di katakan Dea, tadi di kantin Dea memakan somay yang aku pesan, dan saus nya itu saus kacang, apakah Dea alergi kacang? pikiranku amburadur, aku sangat takut, apa dia makan karena aku yang memesannya? kataku dalam hati, dan otakku seakan bermasalah dengan jawaban Dea.

........

........

........

*bersambung*