"Bagus, kalau begitu kamu harus banyak banyak nonton drama Korea atau sinetron agar akting kamu memadai," saran pria itu memegang ujung kepala Mira. Apa yang dilakukan oleh pria itu sudah seperti pria keren yang sedang memanjakan kekasihnya.
Mira menghembuskan napas kasar, "iya-iya saya tahu." Gadis itu pun melangkah pergi menuju rumahnya, ia pamit masuk ke rumahnya takut Ayah dan Ibu mencari dirinya. Sebelum diijinkan untuk pergi, Dika memastikan kembali apakah gadis itu bisa menepati ucapannya dengan tidak melakukan hal-hal yang mencurigkan di depan orang tua mereka dan Mira pun mengangguk dan mengatakan bahwa dirinya sanggup.
Dika pun memberi jalan untuk Mira. Gadis itu sudah berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang mencurigakan di depan kedua orang tua mereka. Tapi, bukankah dia senang kalau melihat saya menderita? Apa dia bisa diprcaya? Pikir Dika di dalam hati. Mungkin saja gadis itu saat ini berkeinginan untuk menipunya dan balas dendam dengan apa yang ia lakukan. Oleh karena itu gadis tersebut menyetujui perjanjian ini.
"Tapi, bukankah jika di tidak menerima tawaran ini dia sendiri juga yang akan menderita? Mungkin saja dia tidak memiliki jalan lain kecuali menerima tawaran ini, dan dia bersikap seperti itu karena tidak ingin bersama dengan saya. Dia sudah mendpatkan keuntungan dari perjanjian ini, jadi seharusnya gadis itu tidak mungkin memiliki rencana lain untuk mengerjai saya," ucap Adnan berpikir kembali.
Pria itu memperhatikan Mira yang sedang berjalan menuju rumahnya. Sebagai gantleman, ia harus memeriksa apakah gadis itu masuk ke rumahnya dengan aman atau tidak? Setelah melihat Mira baik-baik saja, Dika pun masuk kembali ke kendaraannya dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menembus jalanan Kota malam. Pria itu akan pulang ke rumahnya.
Ketika hendak menutup pintu, Mira melihat kembali ke halaman rumahnya. Ia memeriksa apakah pria itu sudah pergi dari rumahnya atau belum? Dan ketika ia berbalik Dika sedang melangkah masuk ke dalam mobilnya, tak lama kemudian kendaraan tersebut melaju dengan kecepatn sedang meninggalkan rumahnya. Dia udah pergi, ucap Mira di dalam hatinya.
"Kanapa Mira kamu melihat ke luar? Memangnya ada apa di sana?" tanya Ayah Mira tiba-tiba datang.
Mira terkejut dan langsung menutup pintu rumahnya, gimana nih, Ayah sadar gak ya gue pergi? Panik gadis itu.
"Ng ... gak kok, Yah. Gak ada apa-apa, tadi aku ngeliat ada yang berisik di luar eh gataunya kucing lagi berantem."
Mira memberikan jawaban seadanya, gadis itu bingung harus memberi alasan apa lagi selain dua kucing yang sedang berantem.
Ayah Mira pun mengangguk pelan mendengar alasan gadis itu. "Oh, yaudah. Kalau udah selesai tutup lagi pintunya, jangan lupa juga di kunci karena takut pencuri akan mudah masuk," kata pria itu menasihati anaknya. Dengan semangat 45 Mira mengangguk mengiyakan ucapan tersebut. Setelah itu Ayah Mira pergi dari sana.
Mira menghembuskan napas plega, karena sepertinya sang Ayah tidak menyadari bahwa dirinya habis pergi dan mendatangi Dika. Sepertinya pria itu pun tidak tahu dirinya habis keluar dari rumah ini dan tidak menyadari sebuah mobil datang mengunjungi rumahnya.
*****
Keesokan harinya, Mira bersiap untuk berangkat kerja, gadis itu merapihkan pakaiannya sambil melihat ke arah cermin. Setelah semua selesai ia pun keluar kamar untuk sarapan.
Namun, sesampainya di bawah beatapa terkejutnya gadis itu melihat soosk Dikadi rumahnya. Pria itu dengan stelan jaz-nya duduk di meja makan bersama Ayahnya. Kenapa Pak Dika ada di sini? Apa ini mimpi? Atau gue terlalu memikirkan dia sampai-sampai kebawa gini? Ucap gadis itu di dalam hati.
Mira mengucak-ngucak kedua matanya berharap setelah itu sosok Dika tidak ada di meja makan. Namun berapa kali gadis itu melakukannya tetap saja pria itu ada di sana, sepertinya ini memang bukanlah sebuah mimpi, ini adalah kenyataan. Dika benar-benar ada di rumahnya dan turut makan bersama dengan keluarganya. Sungguh hal diluar dugaannya. Kenapa dia masih ada di situ? Jadi ini nyata???
Dika sedang berbincang dengan Ayah Mira dan menunggu sarapan dari Ibu gadis itu terlihat sangat akrab dengan mereka. Bahkan terlihat seperti Dika lah anak dari mereka daripada Mira yang melihatnya dari tangga. Pria itu melihat keberadaan gadis itu yang melihatnya dari atasnya, ia pun menyapa gadis itu sembari menyuruhnya untuk turun dan bergabung bersama. Mira cukup terkejut, pria itu bukan seperti biasanya, dia memanggil namanya dengan sopan dan senyum lebar. Padahal, semalam dia memasang wajah serius bahkan tidak mengeluarkan senyum sama sekali.
"Selamat pagi, Mira. Kamu sudah bangun?" sapa pria itu melihat ke arah Mira.
Gadis itu hanya terdiam melihat perubahan sikap Dika yang disignifikan.
"Kenapa kamu berdiri aja di situ? Sini sarapan," ucap pria itu menyuruh Mira bergabung.
Ayah Mira menoleh ke objek yang dilihat oleh Dika, anaknya berdiri di tangga sembari melihat mereka. "Mira, kenapa kamu berdiri aja di sana? Sini sarapan, nanti kalian telat loh," ucap Ayah Mira.
"Loh? Mira, kamu sudah siap? Ayo sini cepetan sarapan. Dika tuh udah datang dari setengah jam yang lalu cuma untuk nungguin kamu doang. Kasian dia nungguin, kamu jangan bikin Dika telat datang ke tempat kerja karena kamunya lama," omel Ibu Mira pada anaknya.
Mira memanyunkan bibirnya, kenapa orang tuanya berpihak pada pria itu? Siapa sih anak mereka sebenarnya? Terlebih dirinya juga tidak meminta pria itu untuk menjemputnya, dia datang dengan kemauannya sendiri. Kenapa juga gadis itu harus terburu-buru pada Dika yang memilih untuk menjemputnya tanpa di minta? Seharusnya ia bisa berangkat bekerja dengan santai tanpa diburu oleh waktu.
Mira melangkahkan kakinya kemudian duduk di hadapan Dika yang bersebelahan dengan Ayahnya. Ia menatap pria itu dengan tatapan tidak suka, detik kemudian ia merasa sesuatu menginjak kakinya. Gadis itu pun merintih kesakitan, ia tahu ini pasti ulah pria itu. Ia pun menatap Dika dengan tatapan tajam.