"Sayang, satu minggu lagi adalah hari pertunangan kamu dengan Dika," ucap Ibu Mira.
Mira yang sedang mengunyah makanannya tersedak mendengar kalimat barusan.
Ibu Mira pun langsung mengambil segelas air putih kemudian memberikannya pada sang anak.
"Kamu ini kenapa sih? Makanya kalau makan tuh pelan-pelan," ucap Ibu Mira menasihati anaknya. Padahal apa yang dikatakan oleh wanita itu yang menyebabkan gadis tersebut tersedak.
Aku tuh tersedak karena dengar ucapan Mama, bukan karena makan gak pelan-pelan, kata Mira dalam hati. Ia meneguk air putih yang diberikan oleh Ibunya kemudian menghela napas lega karena dirinya selamat dari makanan yang tersangkut di tenggorokannya itu.
Otak gadis itu masih mencerna apa yang dikatakan oleh Ibunya barusan, ia masih tidak percaya bahwa sang Ibu mengatakan bahwa pertunangan dirinya dan Dika terjadi minggu depan. Ah, nggak-nggak, ini pasti gak benar. Pasti Ibu hanya asal ngomong aja, kata Mira dalam hati. kemudian gadis itu kembali memakan makanannya.
Tidak ada respon dari sang anak membuat Ibu Mira mengatakannya lagi pada gadis itu. "Sayaaang, Ibu bilang kalau pertunangan kamu tinggal seminggu lagi, kenapa kamu gak ada responnya sama sekali?" tanya wanita itu ingin mendengar tanggapan anaknya. Namun untuk pernyataan yang kedua juga gadis itu tidak memberikan tanggapan. Ibu Mira pun kesal di buatnya.
"Miraaa! Kamu ini kalau diajak bicara sama orang tua ya harus membalasnya dong. Jangan diam aja begini," kata Ibu Mira sedikit kesal dengan sikap anaknya.
"Bu, saya gak mau nikah sama Pak Dika," kata Mira menolak perjodohan ini.
"Astaga, Mira. Kenapa kamu bilang begitu?" ucap Ibu Mira terkejut dengan ucapan anaknya.
"Karena saya gak suka sama pria itu," kata Mira mengatakan dirinya tidak menyukai Dika.
"Apa hanya karena itu kamu bilang kalau kamu tidak ingin menerima perjodohan ini?" tanya wanita itu pada Mira. Gadis itu mengangguk mengiyakannya.
"Miraaa … padahal waktu kalian berdua makan malam kamu sama sekali tidak menunjukkan baha kamu tidak menyukai dia," kata Ibu mira pada gadis itu. Mira mengatakan dirinya tidak enak dengan Tante Gina yang sudah baik kepadanya.
Gadis itu tidak menceritakan kalau dirinya dan Dika sering sekali bertengkat di perusahaan. Ia malah mengatakan bahwa keduanya baik-baik saja dan pria itu juga melakukan hal yang sama. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bertemu dengan Mira karena mereka berbeda divisi, jadi kedua orang tua mereka tidak pernah berpikir kalau keduanya saling tidak menyukai.
"Miraaa … Ibu tahu, kamu jarang kan ketemu sama atasan kamu di perusahaan? Memang akan menjadi beban kalau kita menikahi atasan sendiri, apalagi sama karyawan-karyawan lain yang pada dasarnya tuh mereka sirik sama kita. Kamu jangan pikirkan apa yang dikatakan oleh mereka, kamu harus jadi diri kamu sendiri," kata Ibu Mira menasihati anaknya.
Mira tambah kesal karena Ibunya tidak juga mengerti. Sepertinya wanita itu menganggap Mira penuh tekanan di tempat kerja karena dirinya akan dijodohkan dengan atasannya, kemudian teman-teman ditempat kerjanya tidak menyukai perjodohan mereka sehingga menghasut gadis itu untuk tidak menerima perjodohan ini. Aaaah, Ibu mah gak ngerti!!!" kesal Mira karena Ibunya tidak mengerti keadaan anaknya saat ini.
"Kamu tuh bukanya gak suka sama dia, tapi kamu kurang mengenalnya. Coba saja selama satu minggu ini kamu dekat dengannya, ajak dia bicara kemudian cari tahu tentangnya. Setelah itu kamu baru akan tahu kalau kamu suka atau tidak sama pria itu," kata Ibu Mira member sebuah saran kepada anaknya. Namun tanpa dilakukan pun Mira sudah memiliki jawabannya, yaitu dirinya tidak menyukai pria tersebut dan tidak akan pernah bisa menyukainya. Meskipun di dunia ini Dika adalah satu-satunya laki-laki ia tidak akan pernah bisa menyukainya.
Sementara di kediaman Dika, Gina melakukan hal sama dengan yang dilakukan oleh Ibu Mira.
Ia mengatakan pada sang anak bahwa pernikahan mereka tinggal satu minggu lagi.
Namun hal ini harus ia katakan dengan bertatap muka dengan yang bersangkutan.
Ketika Gina menanyakan bagaimana keseharian Dika dengan Mira, laki-laki itu melongos dan langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Ia harus menunggu mood pria itu membaik baru akan mengatakannya.
Setelah semuanya selesai Dika turun dan menghampiri meja makan untuk makan bersama. Sang Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaan pria itu sejak dulu, ketika duduk melihat semua masakan yang dibuat oleh Ibunya adalah makanan kesukaannya membuat Dika menatapnya curiga.
"Ibu mau apa lagi dari saya?" tanya Dika langsung pada pointnya. Ia tahu kalau Gina memasakkan makanan kesukaannya, itu artinya wanita tersebut sedang merayunya untuk mendapatkan sesuatu dan sesuatu itu lah yang ingin ditanyakan oleh Dika. "Saya sudah melakukan apa yang Ibu mau, masih kurang apa lagi?" tanya pria itu sedikit kesal karena ia tahu kemauannya kali ini pasti berhubungan dengan gadis bernama Mira itu.
"Dika sayaaang, kamu ini jangan nuduh Ibu yang nggak-nggak deh. Ibu buatkan makanan kesukaan kamu bukan karena ada maunya, tapi ini memang sengaja saya buatkan untuk kamu tanpa meminta apa-apa.
Dika masih menatap curiga Gina, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita tersebut.
"Ayolah dimakan makanannya, Ibu sudah susah payah masakin masakan ini buat kamu," kata waniat itu lagi.
Dika masih diam saja, ia masih penasaran tujuan apa yang diinginkan oleh sang Ibu. Ia ingin mengetahuinya.