"Apa itu?" tanya Mira menanyakan apa permintaan pria itu padanya, ia berharap Dika tidak akan meminta sesuatu yang macam-macam ia tidak akan mau dan lebih baik pulang sendiri dari sini. Ngapain juga gue harus kasih sesuatu ke dia, dia sendiri yang berhenti dan nawarin gue buat pulang bareng. Kalau sampai dia mengatakan yang aneh-aneh sebelum pergi gue tampar aja dulu pipinya.
"Saya mau kita kerja sama," kata pria itu mengatakan apa yang ia inginkan.
Lala mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
Yang tadinya ingin menampar Dika jika mengatakan sesuatu yang aneh pun tidak jadi.
"Maksud Pak Dika kerja sama apa?" tanya gadis itu ingin penjelasan yang lebih detail dari pria tersebut.
"Kamu adalah gadis ke delapan yang Ibu saya jodohkan dengan saya dan saya ingin ini menjadi yang terakhir kalinya. Jadi, saya ingin membuat kerja sama dengan kamu untuk membuat hubungan palsu di depan orang tua kita.
Deg. Mendengar apa yang dikatakan Dika membuat jantung Mira hampir saja berhenti berdetak, tapi apa dirinya tidak salah mendengar? Pria itu ingin membuat hubungan palsu dengannya? Bukankah mereka adalah musuh di dalam perusahaan? Bukankah bagaimana pun juga dirinya akan menolak laki-laki itu?
Kalau tiba-tiba saja semua karyawan tahu dirinya dan pria ini memiliki hubungan khusus mau di mana wajahnya di kantor? Ia terkenal selalu menjelek-jelekkan Dika di hadapan karyawan lain, jangan sampai mereka mengira kalau dirinya menjilat ludahnya sendiri. Itu sangat tidak enak! Ini sangat merugikannya dan pasti gadi situ akan menolaknya.
"Gak, saya gak mau." Mira melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah bête.
"Kenapa kamu tidak mau?" tanya pria itu menanyakan alasan Mira menolaknya.
"Kenapa? Pake di tanya lagi, saya tuh gak mau dan gak pernah mau!" tegas gadis itu.
"Ya kenapa? Kalau kamu menolak pasti ada alasannya, gak mungkin kamu menolak sesuatu tanpa sebuah alasan."
"Ya emang gak ada alasannya, mau Pak Dika tanya beberapa kali pun saya gak akan mau menerima perjodohan itu. Pak Dika tahu sendiri kan saya itu gak suka sama Bapak, emangnya gak kelihatan apa?"
"Sepertinya kamu salah menangkap apa yang saya maksud," kata Dika mengerti arah perbicaraan gadis itu. Ia pun menjelaskannya lagi dnegan lebih detail lagi. "Kita gak sungguhan menerima perjodohan itu, tapi kita hanya berpura-pura. Kamu masih tetap boleh membenci saya, tapi hubungan spesial ini hanya terjadi di depan orang tua kita."
"Saya mau kita kerja sama," kata pria itu mengatakan apa yang ia inginkan.
Mira mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
Yang tadinya ingin menampar Dika jika mengatakan sesuatu yang aneh pun tidak jadi.
"Maksud Pak Dika kerja sama apa?" tanya gadis itu ingin penjelasan yang lebih detail dari pria tersebut.
"Kamu adalah gadis ke delapan yang Ibu saya jodohkan dengan saya dan saya ingin ini menjadi yang terakhir kalinya. jadi, saya ingin membuat kerja sama dengan kamu untuk membuat hubungan palsu di depan orang tua kita.
Deg. Mendengar apa yang dikatakan Dika membuat jantung Mira hampir saja berhenti berdetak, tapi apa dirinya tidak salah mendengar? Pria itu ingin membuat hubungan palsu dengannya? Bukankah mereka adalah musuh di dalam perusahaan? bukankah bagaimana pun juga dirinya akan menolak laki-laki itu?
Kalau tiba-tiba saja semua karyawan tahu dirinya dan pria ini memiliki hubungan khusus mau di mana wajahnya di kantor? Ia terkenal selalu menjelek-jelekkan Dika di hadapan karyawan lain, jangan sampai mereka mengira kalau dirinya menjilat ludahnya sendiri. Itu sangat tidak enak! ini sangat merugikannya dan pasti gadi situ akan menolaknya.
"Gak, saya gak mau." Mira melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah bête.
"Kenapa kamu tidak mau?" tanya pria itu menanyakan alasan Mira menolaknya.
"Kenapa? Pake di tanya lagi, saya tuh gak mau dan gak pernah mau!" tegas gadis itu.
"Ya kenapa? Kalau kamu menolak pasti ada alasannya, gak mungkin kamu menolak sesuatu tanpa sebuah alasan."
"Ya emang gak ada alasannya, mau Pak Dika tanya beberapa kali pun saya gak akan mau menerima perjodohan itu. Pak Dika tahu sendiri kan saya itu gak suka sama Bapak, emangnya gak kelihatan apa?"
"Sepertinya kamu salah menangkap apa yang saya maksud," kata Dika mengerti arah perbicaraan gadis itu. ia pun menjelaskannya lagi dengan lebih detail lagi. "Kita gak sungguhan menerima perjodohan itu, tapi kita hanya berpura-pura. Kamu masih tetap boleh membenci saya, tapi hubungan spesial ini hanya terjadi di depan orang tua kita."
"Pura-pura?" tanya Mira masih tidak mengerti.
"Ck. Kamu ini pikirannya gimana sih? Mengerti tidak?" lama-lama Dika kesal.
Detik kemudian Mira menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti
Sudah Dika duga, pasti gadis itu tidak akan mengerti, ia pun mulai menjelaskannya secara pelan-pelan dan menahan emosinya.
"Gini ya, daripada kita rebut di depan orang tua kita, lebih baik kita damai aja dengan cara menerima perjodohan ini tapi kita melakukannya dengan berpura-pura menerimanya. Ini dilakukan agar tidak terjadi peperangan antara keluarga."