Chereads / Live With my CEO / Chapter 18 - Tidak Terjadi apa-apa

Chapter 18 - Tidak Terjadi apa-apa

Di saat lift berada di lantai 10, tiba-tiba saja berhenti dan pintu lift pun terbuka. Di luar sana ada sosok Dika yang hendak masuk ke dalam serta beberapa rekan kerjanya. Mira yang ada di sana pun terkejut mereka yang bertemu di lift yang sama. Namun gadis itu memilih untuk berpura-pura tidak mengenal pria itu.

Di sisi lain Dika pun melakukan hal yang sama. Ia juga terkejut dengan Mira yang ada di dalam lift yang hendak dinaiki olehnya dan rekan kerja, jika wanita itu ada disini bukankah itu berarti dirinya telat datang? Untung saja pria itu sedang bersama beberapa rekan kerjanya, jika ia melihat Mira yang terlambat datang  dengan keadaan dirinya sedang sendirian pasti ia akan menegur wanita tersebut.

Saat ini yang bisa dilakukan olehnya hanya lah berpura-pura tidak mengenal gadis itu.

"Pak Dika, bagaiman dengan rencana pertemuan selanjutnya?" tanya rekan kerja Dika.

"Ah kalau itu masih saya pikirkan, saya harus mengosongkan jadwal," jawab Dika,

"Oh baiklah kalau begitu, saya akan menunggu kabar baiknya. Kalau begitu Pak Dika bisa mengatakannya pada asisten saya." Dika mengangguk mengiyakannnya.

"Baiklah, kalau begitu, sampai ketemu di project," ucap seroang CEO dari perusahaan yang akan mensponseori project dari perusahaan Dika. Beliau mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Dika.                    

Dengan penuh hati laki-laki itu membalas jabatan tangan tersebut. Akhirnya ia bisa meyakinkan pria itu untuk menjadi sponsor pada projectnya. "Thank you, Sir," ucap Dika berterima kasih pada pria itu. Dirinya sangat senang. Sebab, meskipun dirinya didatangkan banyak masalah beberapa jam sebelum meeting, ia bisa melakukannya juga.

"Selamat, Pak Dika," ucap Maria memberikan selamat kepada pria itu.

"Ini juga berkat kamu, terimakasih," ucap Dika berterimakasih padanya.

"Sama-sama, Pak." Maria senang sekali bisa berguna untuk pria itu.

Setelah selesai rapat dengan pihak sponsor, keduanya keluar dari ruangan itu. Sambil berjalan Maria membacakan jadwal Dika hari ini.

"Setelah ini jam sebelas siang akanada wawancara dengan para calon pekerja baru, setelah itu kita rapat dengan divisi terkait untuk kelanjutan project," kata Maria menyebutkan jadwal Dika hari ini.

Dika mengangguk pelan, pria itu mengerti. Mereka pun masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar, detik kemudian lift berhenti di lantai 3 dan seseorang masuk ke sana. Ditka mengenali orang yang masuk itu. Dia adalah seorang pria yang menjadi rivalnya selama tiga tahun terakhir.

"Dikaaa, whatsapp man?!" seru pria itu menyapa Dika.

Namun Dika tidak tertarik untuk membalas sapaannya.

"Ngapain kamu ada di sini?" tanya pria itu melihat Dika dengan stelan yang rapih.

"Saya mendapatkan sponsor dari perusahaan ini," jawab Dika dengan bangganya memamerkan keberhasilannya dalam projectnya.

"Oh ya? Kalau begitu kita sama dong. Gue juga baru aja urus kontrak dengan perusahaan ini." Mendengar itu Dika berdecih, laki-laki itu sudah mengurus kontrak sedangkan dirinya baru saja mengakhiri rapat. Dika merasa dirinya tertinggal jauh dengan orang itu.

"Saya gak nyangka ya kita bertemu di sini, setelah terakhir kali kita bertemu dan masalah itu belum selesai," ucap orang tersebut mencoba untuk bernostalgia. Ya, Dika dan orang itu adalah teman lama yang kini menjadi rival. Sejak kejadian itu, Dika tidak ingin bertemu dengan orang ini lagi, namun ketidak sengajaan keduanya bertemu membuat Dika tidak bisa menolaknya.

"Cukup Reza," kata Dika menghentikan kalimat Reza. Ia tidak ingin mendengar apalagi mengingat cerita itu lagi.

Ting. Lift berhenti di lantai dua. Tempat di mana Reza akan pergi.

"Oh oke, kalau kamu gak mau mengingat cerita itu," kata Reza.

"Sampai bertemu lagi, Dika." Pamit pria itu.

Detik kemudian, Reza berjalan keluar ketika pintu lift terbuka. Meninggalkan Dika dengan asistennya yang tidak tahu apa-apa.

Dika  menatap kepergian pria itu dengan mata tajam, tentang kejadian yang hendak diceritakan oleh pria itu Dika tentu saja tidak ingin mendengarnya. Cerita itu begitu suram dan kelam untuknya. Cerita itu juga yang membuat Dika tidak ingin bertemu dengan Reza lagi, ia merasa cukup tahu dengan pria itu.

Sementara Maria yang tidak tahu apa-apa hanya bisa diam di tempat. Ini kali pertamanya ia melihat atasannya semarah itu pada seseorang. Wanita itu penasaran, sebenarnya siapa Reza itu.

Tiiinnn!!! Mira berdiri dan ketakutan ketika kendaraan tersebut membunyikan klakson dengan suara yang kencang.

"Kamu ngapain di sana!" seru seseorang pada gadis itu.

Mira kenal dengan suara itu. Gadis itu menoleh ke belakang ke arah sumber suara.

Di sana, Dika melongokkan kepalanya, berseru agar Syifa menghampirinya. Mengetahui pria itu adalah Dika, Mira langsung berlari ke arah mobil tersebut.

"Pak Dika?" ucap Mira tidak percaya orang yang ada di depannya ini adalah Dika. Ia berpikir orang yang ada di dalam kendaraan tersebut adalah orang jahat yang akan menculiknya. "Pak Dika ngapain di sini?"