"Saya ingin pesan kamar," ucap Dika pada karyawan tersebut.
Mendengar itu Mira terkejut. Ia salfok pada kata kamar yang diucapkan oleh Dika.
Gadis itu melihat ke kanan danke kiri, dirinya tidak percaya dirinya berada di Hotel.
"Whatttt???" ucap Mira tidak percaya dengan tempatnya berada
Gadis itu menarik-narik lengan baju Dika yang sedang bicara dengan karyawan di sana. Ada beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan padanya.
Merasa risih dengan gadis disebelahnya yang terus menarik-narik lengan bajunya, Dika tidak bisa konsenterasi bicara dengan receptionist. Pria itu menghela napas panjang menahan emosinya kemudian meladeni gadis kecil itu.
"Kenapa sih kamu?" tanya Dika sedikit menahan amarahnya.
"Ada yang mau saya tanyain ke Bapak," ucap Mira berbisik pada pria itu.
"Tapi saya lagi bicara sama orang, kamu jangan mengganggu saya."
Mira cemberut. Dika mengabaikannya dan kembali bicara dengan receptionist itu.
Kini, gadis itu hanya bisa menyimak apa yang Dika dan karyawan tersebut bicarakan, meskipun banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada pria itu, Mira menahannya.
"Maaf, Pak. Kamar yang tersedia hanya satu," ucap receptionist itu. untuk ke sekian kalinya Dika menghela napas. Entah sudah berapa stok kesabarannya sudah di pakai, hari ini ia harus banyak-banyak bersabar.
Tidak ada pilihan lain untuk pria itu, mencari hotel lain pun tidak mungkin karena hotel inilah yang paling dekat. Dika pun memesan kamar tersebut. Ia tidak bisa tidur di mobil jika bersama dengan gadis di sebelahnya ini, bagaiamana pun juga Ibunya menyukai gadis ini. ia harus menjaganya.
Sang receptionist memproses pemesanan kamar untuk pria itu. Sementara Mira dengan sejuta pertanyaan di kepalanya hanya melihat Dika dan karyawan tersebut secara bergantian. Ia tidak mengerti apa pun yang dilakukan keduanya. Yang ia tahu diirnya sedang berada di hotel saat ini dan itu membuatnya semakin panil. Apa yang akan pria itu lakukan dengan membawanya kemari?
Setelah selesai, karyawan tersebut memberikan kunci kamar kepada Dika. Pria itu menerimanya kemudian mengucapkan terimakasih pada karyawan tersebut. Setelah selesai ia kembali menarik tangan gadis itu agar mengikutinya.
"Eh? Pak Dika, kita mau kemana lagi?" tanya Mira.
Namun pertanyaan itu tidak dijawab.
"Pak Dika!" seru Mira memanggil pria itu.
"Bapaaak! Bapak dengar saya gak?"
Tiga kali Mira berteriak di depan Dika namun pria itu sama sekali tidak menggubrisnya, Mira pun jengkel di buatnya.
Keduanya sampai di kamar nomor 138. Dika membuka pintu kamar tersebut kemudian masuk ke dalamnya. Sementara Mira masih berdiri di luar kamar, gadis itu tidak ingin masuk ke dalam. Mengetahui itu, Dika menyuruh gadis itu untuk masuk.
"Gak mau! Saya gak akan masuk ke dalam sana," ucap Mira merajuk.
"Kenapa kamu gak mau masuk?" tanya Dika heran dengan kelakuan gadi itu.
"Bapak sendiri kenapa bawa saya ke tempat ini? Bapak tahu ini apa? Hotel."
"Memangnya kata siapa ini kontrakan? Dilihat dari segala sisi juga udah jelas inituh Hotel."
"Maksud saya kenapa Bapak ajak saya ke tempat ini?" tanya Mira lebih jelas lagi. "Bapak tahu kan, laki-laki dan perempuan yang menginap di hotel berdua tanpa ada status pernikahan itu …."
"Kamu demam?" tanya Dika mengecek suhu badan Mira dengan meletakkan tangannya di kening gadis itu. Mira terdiam atas perlakuan yang dilakukan oleh Dika padanya Suhu tubuhnya normal, tapi kenapa gadis itu bicara ngelantur? Batin Dika.
"Bapak, saya lagi gak bercanda!" tegas Mira.
"Kamu pikir saya sedang bercanda?" balas Dika tak kalah tegas.
"Mobil saya mogok dan tidak ada yang bisa kita hubungi," ucap Dika menjelaskan maksud tujuannya. "Gak ada jalan lain selain menginap di sini."
****
Bagaimana ini bisa terjadi?
Saat ini Mira dan Dika berada di dalam satu kamar.
Mira tidak percaya dengan apa yang terjadi, gadis itu akan tidur dalam satu kamar dengan pria yang tidak ia sukai di tempat kerjanya.
Bagaimana ini? bagaimana ini? Bagaimana ini??? Itu lah pertanyaan yang muncul di pikiran Mira. Gadis itu tidak mungkin tidur dengan pria itu tanpa ada status hubungan sah dari sebuah pernikahan. Aaaah, bagaimana iniii???
Mira menghela napas panjang kemudian melirik ke arah Dika. Betapa terkejutnya gadis itu melihat pria yang ada di depannya sedang melepas bajunya hingga bagian atas tubuhnya tidak memakai apa pun. Lantas Mira berteriak sambil menutup kedua matanya.
Mendegar teriakan Mira membuat Dito menutup kedua telinganya. Gadis itu sangat aneh, tidak ada angin, tidak ada hujan dan tidak ada badai dia berteriak dengan kencang. "Ada apa? Apa ada tikur di dekat kamu?" tanya Dika mencari tahu kenapa gadis itu berteriak begitu keras hingga mengganggu pendengarannya.
"Bukaaan! Bapak kenapa lepas Baju di depan saya?" tanya Mira.
Gadis itu masih menutup matanya dengan kedua tangan.