Mendengar teriakan Mira, Dika terbangun. Pria itu menutup telinganya rapat-rapat. Teriakan itu mampu membuatnya yang sudah berkelana di alam mimpi kembali ke dunia nyata. Pria itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Menatap gadis yang adadi dengan tatapan tajam. "Kamu itu berisik banget sih!" kesal Dika karena tidurnya terganggu.
"Tapi, Pak, saya gak tahu harus tidur di mana?" rengek Mira.
"Saya kan udah bilang, kamu bisa tidur di sebelah saya ini," jawab Dika.
"Gimana bisa saya tidur di sebelah Bapaaaak?
"Memangnya kenapa?"
"Ya gak bisaaaa! Bapak itu cowok, saya cewek. Mana mungkin tidur di ranjang yang sama?"
Dika menghela napas panjang, sepertinya waktu tidurnya akan diulur lebih lama. Masalah baru terjadi pada mereka, Mira yang mempermasalahkan bahwa keduanya tidak boleh tidur dalam satu ranjang.
"Terus kamu maunya gimana?" tanya Dika dalam keadaan ngantuk berat. Ia tidak bisa berpikir lebih jauh karena rasa kantuknya. Sementara ditanya seperti itu Mira terlihat bingung. Gadis itu pun tidak tahu apa yang harus di lakukan.
"Ya … pokoknya kita gak boleh tidur di ranjang yang sama," ucap Mira tidak mau tahu.
"Yaudah kalau gitu kamu tidur aja di bawah," kata Dika dengan entengnya.
"Bapak sadis banget nyuruh seorang gadis tidur di bawah," komentar Mira pedas.
"Yakan kata kamu kita gak boleh tidur di ranjang yang sama? Kita juga gak bisa pesan kamar lain karena ini satu-satunya kamar yang tersisa."
Mira memanyunkan bibirnya dan berkata, "ternyata Pak Dika orangnya sadistis banget ya. Tega banget Bapak suruh anak gadis seperti saya tidur di lantai? Nanti kalau saya sakit gimana? Besok saya ada wawancara kerja."
Dika menghela napas berat dan mennghembuskannya secara perlahan. Tanpa bicara sepatah kata pun pria itu mengambil satu bantal dan bangkit dari tempat tidur. Kemudian, Dika berbarng di lantai denganbantal tersebut. Mira terkejut melihatnya, apa Pak Dika sedang marah padanya? Pasalnya, apa yang di lakukan oleh pria itu seperti menghindari dirinnya.
"Pak Dika? Bapak marah ya sama saya?" tanya Mira.
Tidak ada jawaban dari pria itu.
Waduh, beneran marah nih Pak Mira, kata Mira dalam hati.
Gadis itu turun ke lantai dan mengguncang-guncangkan tubuh Dika. Ia memanggil-manggil nama pria itu.
"Kamu ini kenapa lagi sih?" kesal Dika. Kedua mata pria itu seperti sudah tidak punya kekuatan untuk terbuka, ia butuh istirahat secepatnya karena ada banyak hal yang harus di lakukan di esok hari,
"Bapak marah ya sama saya?" tanya Mira pada pria itu.
"Nggak," jawab Dika singkat kemudian memejamkan matanya kembali.
"Tapi Bapak seolah-olah menghindar dari saya. Saya merasa gak enak sama Bapak."
"Kamu tuh maunya apa sih?" Dika kembali mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.Pria itu sudah tidak tahan lagi diganggu ketika hendak tidur.
"Tadi saya tidur di ranjang kamu bilang kita gak boleh tidur dalam satu ranjang, terus saya suruh kamu tidur di lantai kamu bilang saya sadidtis. Sekarang saya yang tidur di lantai kamu masih saja gangguin saya. Mau kamu apa?"
Mira tidak bisa berkata apa-apa. Gadis itu terpaku dengan omelan pria itu.
"Udah kamu tidur di ranjang, saya mengalah," ucap Dika kembali tidur.
"Ya … pokoknya kita gak boleh tidur di ranjang yang sama," ucap Mira tidak mau tahu.
"Yaudah kalau gitu kamu tidur aja di bawah," kata Dika dengan entengnya.
"Bapak sadis banget nyuruh seorang gadis tidur di bawah," komentar Mira pedas.
"Yakan kata kamu kita gak boleh tidur di ranjang yang sama? Kita juga gak bisa pesan kamar lain karena ini satu-satunya kamar yang tersisa."
Mira memanyunkan bibirnya dan berkata, "ternyata Pak Dika orangnya sadistis banget ya. Tega banget Bapak suruh anak gadis seperti saya tidur di lantai? Nanti kalau saya sakit gimana? Besok saya ada wawancara kerja."
Dika menghela napas berat dan mennghembuskannya secara perlahan. Tanpa bicara sepatah kata pun pria itu mengambil satu bantal dan bangkit dari tempat tidur. Kemudian, Dika berbaring di lantai dengan bantal tersebut Mira terkejut melihatnya, apa Pak Dika sedang marah padanya? Pasalnya, apa yang di lakukan oleh pria itu seperti menghindari dirinnya.
"Pak Dika? Bapak marah ya sama saya?" tanya Mira.
Tidak ada jawaban dari pria itu.
Waduh, beneran marah nih Pak Dika, kata Mira dalam hati.
Gadis itu turun ke lantai dan mengguncang-guncangkan tubuh Dito. Ia memanggil-manggil nama pria itu.
"Kamu ini kenapa lagi sih?" kesal Dika. Kedua mata pria itu seperti sudah tidak punya kekuatan untuk terbuka, ia butuh istirahat secepatnya karena ada banyak hal yang harus di lakukan di esok hari,