"Bapak marah ya sama saya?" tanya Mira pada pria itu.
"Nggak," jawab Dika singkat kemudian memejamkan matanya kembali.
"Tapi Bapak seolah-olah menghindar dari saya. Saya merasa gak enak sama Bapak."
"Kamu tuh maunya apa sih?" Dika kembali mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Pria itu sudah tidak tahan lagi diganggu ketika hendak tidur.
"Tadi saya tidur di ranjang kamu bilang kita gak boleh tidur dalam satu ranjang, terus saya suruh kamu tidur di lantai kamu bilang saya sadidtis. Sekarang saya yang tidur di lantai kamu masih saja gangguin saya. Mau kamu apa?"
Mira tidak bisa berkata apa-apa. Gadis itu terpaku dengan omelan pria itu.
"Udah kamu tidur di ranjang, saya mengalah," ucap Dika kembali tidur.
Mira mengubah posisi tidurnya. Dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, kemudian berbalik lagi ke kanan.
Gadis itu tidak bisa tidur, padahal besok pagi dirinya ada tes wawancara di perusahaan yang ia lamar. Biasanya, jam 10 malam saja gadis itu sudah tertidur pulas dan sedang bersenang-senang di alam mimpi. Namun entah kenapa kali ini memejamkan matanya saja susah.
Mira memikirkan keadaan Dika yang tidur di lantai.Ini sejak dua jam selah pria itu memutuskan untuk tidur di sana. Apakah pria itu kedinginan tidur di sana? Khawatir dengan pria itu, Mira menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang.Matanya perlahan-lahan mengintip Dika. Pria itu tertidur membelakanginya.
Mira merasa kasihan padanya, apakah ia ijinkan saja Dika tidur di ranjang juga?
Detik kemudian gadis itu menggeleng kepalanya cepat. Itu tidak mungkin!
Tapi, jika di biarkan seperti itu bukankah Dika akan sakit? Dia pasti akan terkena demam sehingga pekerjaan pria itu pun pasti akan terganggu.
Dan Mira tidak ingin hal itu terjadi. "Pak Dika udah tidur?" tanya Mira memastikan apakah pria itu sudah tertidur atau belum. Tidak ada balasan darinya, ia pun menyimpulkan bahwa pria itu sudah tidur.
"Belum."Beberapa detik kemudian Dika menjawabnya.
"Pak Dika belum tidur?" tanya Mira kembali.
"Bagaimana saya bisa tidur dalam keadaan seperti ini?"
Mira tertegun, pria itu ada benarnya juga.
"Pak Dika, gimana kalau kita tukeran tempat aja? Pak Dika yang tidur di sini dan saya yang tidur di sana."
"Gak usah, nanti kalau kamu sakit saya juga yang repot. Saya harus membawa kamu ke rumah sakit, menunggu kamu, merawat kamu sehingga pekerjaan saya terbengkalai. Kalau saya tidak melakukan itu, kamu akan menganggap saya sebagai sadistic. Belum lagi, Ibu pasti akan memarahi saya karena tidak bisa menjaga kamu."
Sepertinya Dika memasukkan ucapan Mira itu ke dalam hati, buktinya pria itu mengkhawatirkannya. Mira pun merasa tidak enak, sepertinya dirinya membuat pria itu berada di posisi yang serba salah.
"Tapi, kalau Bapak tidur di lantai terus Bapak bisa sakit," kata Mira tidak tega.
Dika membalikkan tubuhnya, menatap Mira yang melihat ke arahnya.
"Kamu tuh maunya itu apa sih?" tanya Dika heran dengan gadis itu.
"Saya sudah mengalah untuk tidur di lantai daripada tidur di satu ranjang dengan kamu, kamu masih saja protes. Mau kamu apa?"
Dika melihat ke arah jam dinding, sudah jam setengah dua pagi. Pria itu menghembuskan napas berat karena dirinya belum tidur juga padahal besok banyak kegiatan yang akan dilakukanya. Semua ini gara-gara gadis kecil yang bersamanya itu.
"Ya … saya gak mau aja kalau Bapak sakit karena tidur di lantai, saya merasa bersalah karena secara gak langsung saya yang menyuruh Bapak untuk tidur di sana," ucap Mira mengatakan kegelisahannya, namun gadis itu membicarakannya di waktu yang tidak tepat. Dika merasa terbebani oleh opininya.
Tak ingin memperpanjang masalah lagi, Dika pun bangkit dari posisi tidurnya. Pria itu membawa bantal miliknya lalu member kode pada Mira agara gadis itu bergeser ke arah kiri. Detik kemudian, Dika merebahkan tubuhnya di ranjang tersebut dan mengambil posisi ternyaman untuk tidurnya. Melihat apa yang dilakukan oleh Dika membuat Mira terkejut. Pria itu pindah dari lantai ke ranjang, kini keduanya berada di satu ranjang.
Tidak ingin kejadian yang tak terduga itu terjadi, secepat kilat Mira pun bangkit dari tempat tidurnya dan pindah ke tempat yang lain.
Namun, Dika menahan lengan gadis itu untuk pindah.
"Kamu mau ke mana?" tanya Dika pada gadis itu.
"Saya … mau … pindah," jawab Mira terbata-bata.
"Gak usah, kamu tidur di sini aja," ucap pria itu lembut. Detik kemudian Dika mengambil dua guling dan menjajarkannya membentuk sebuah garis lurus.
"Kamu gak perlu takut saya akan melakukan hal yang tidak-tidak terhadap kamu, saya terlalu ngantuk untuk melakukannya. Dan ini, guling ini sebagai tanda batas area tidur kita, sekarang kamu tidur yang nyenyak dan jangan bicara apa pun lagi ke saya karena semuanya sudah selesai."