Sepulang sekolah aku, Arisa dan Nia berjalan bersama ke rumah Arisa. Arisa dan Nia berjalan berdampingan di depanku. Aku perhatikan, mata Nia kadang – kadang melirik ke belakang, tepatnya ke arahku. Tapi setiap kali aku mencoba membalas pandangannya, dia selalu saja memalingkan wajahnya kembali ke depan. Aku mengerti, dia pasti masih malu karena kejadian di UKS tadi.
Sesampainya kami di rumah Arisa yang kosong karena kedua orang tuanya selalu bekerja sampai larut malam, aku dan Nia yang sudah biasa main dan belajar bersama di rumahnya tanpa sungkan langsung masuk mengikuti Arisa ke kamarnya.
Sesampainya di kamarnya yang berada d lantai dua, Arisa menyuruh kami berdua duduk dulu sementara dia mau ke bawah dulu untuk mengambil cemilan dan minuman. Aku menawarkan diri untuk membantunya, tapi Arisa menolak dan menyuruhku menemani Nia sambil memberi kode kedipan mata dan senyum nakalnya sebelum keluar dan menutup pintu.
Tiba – tiba smartphoneku berdering, menandakan ada pesan masuk. SMS dari Arisa? Ngapain tuh anak sms-an dari balik pintu? Langsung saja kubuka dan kubaca isinya dalam hati.
"Good Luck Nembaknya."
*Cklek*
Kudengar suara pintu dikunci.
Oi, Fuzakenna! Arisa, kenapa kamu kunci pintunya ?!? Apa maksudnya ini? Aku mencoba membuka pintu dan tentu saja gagal karena sudah terkunci dari luar. Kini di dalam kamar seorang gadis, ada seorang gadis yang lain dan seorang pria di puncak masa remaja terjebak di dalamnya. Situasi macam begini, kalau aku gak mikirin hal yang iya –iya berarti aku gak normal!
Aku pun menoleh ke belakang dan kulihat Nia yang menatapku dengan tatapan basah dan wajah yang telah bersemu merah menandakan pergolakan hasrat nafsu di dalam hatinya. Aku mikir pakai jempolku juga aku yakin gadis ini pasti sedang birahi. Aku kira pengaruh obatnya sudah habis? Jangan bilang kalau dia menahannya selama di sekolah, dari tadi sampai sekarang?
"Ranata...." Suaranya lirih memanggil namaku.
"Ada apa Nia?" Aku dekati Nia yang sedang duduk di atas ranjang.
Begitu aku duduk di sebelahnya, tiba – tiba dia langsung menyambar bibirku dengan bibirnya.
Aku yang kaget spontan membuka mulutku, dan langsung saja bibir Nia yang sedang menempel dengan bibirku juga ikut terbuka bersama dengan mulutku dan dengan seketika lidahnya yang basah dan hangat langsung melompat keluar untuk bermain tarik ulur dengan lidahku.
*chupa* *chupa* *chupa* *chuuppp*
Suara becek dari lidah kami yang beradu menggema di ruangan kamar Arisa.
Permainan lidah kami yang awalnya sedikit kaku karena merupakan pengalaman pertama kami yang tidak disangka – sangka dengan cepat menjadi mulus. Dalam waktu singkat, kami berdua pun menutup mata kami dan dengan khusuk tenggelam dalam kenikmatan belitan lidah dan hisapan mulut yang saling memuaskan satu sama lain.
Setelah beberapa saat, kami berdua membuka mata kami secara bersamaan dan memisahkan diri. Namun wajah kami masih berada cukup dekat sehingga kami bisa merasakan panasnya nafas masing – masing.
Perlahan Nia merundukkan kepalanya dan menaruh kedua tangannya ke dadaku. Dia mendekapkan dirinya kedadaku dan dengan nafas yang panas berkata,
"Ranata..., aku masih belum puas...."
Aku lihat pinggul dan pantat Nia bergetar, wajahnya perlahan menengadah ke atas, matanya yang basah mengerling menatap mataku.
"Maaf, aku sudah jadi gadis nakal.... Ranata... aku menginginkan dirimu...!"
Perlahan Nia melepaskan dirinya dari pelukanku, lalu dia berdiri dan di hadapanku dan menyibakkan roknya dan membuka kancing atas bajunya. Kulihat kedua belah payudaranya yang besar dan terbungkus bra berwarna putih full terekspos di depan mataku. Aku menunduk melihat ke bawah dan kudapati celana dalamnya yang telah basah kembali dialiri oleh air terjun yang mengalir ke bawah menyusuri pahanya. Bahkan ada beberapa tetes cairan yang jatuh menetes dari ujung celana dalamnya ke lantai. Tubuh Nia masih belum berhenti bergetar, malah aku merasa kalau cairan yang keluar mengairi paha dan selangkangannya itu menjadi semakin deras mengucur ke bawah.
Sambil menatapku dengan matanya yang basah, Nia berseru kepadaku,
"Ranata... Aku mau kamu...! Aku gak tahan pengen kamu...!"
"Nia..." *gulp* aku tak kuasa menahan ludah, yang terasa manis dan hangat mengalir ke tenggorokanku mengingatkanku pada ciuman yang baru saja kami lakukan
"Aku ini mesum kan? Sudah basah banget kan?"
"I, iya, basahh, sudah badah banget... Sampai jatuh menetes...."
"Aku pengen! Disini kepengen kamu sampai nangis! Disini pengen kamu sampai jadi basah kuyup begini...!"
Dengan air mata yang sudah mengumpul di sudut matanya, Nia dengan berani memperlihatkan celana dalamnya yang sudah tak sanggup lagi menyembunyikan daerah pribadinya karena basah kuyup dan menjadi transparan. Aku dekati dirinya dan kupegang kedua sisi bahunya dengan tanganku. Kuberikan pandangan yang mantap langsung ke matanya.
"Nia, apa kamu yakin?"
"Iya, karena aku suka banget sama kamu.... Jadilah orang pertamaku."
"Nia...."
Tidak kusangka ternyata selama ini gadis pujaan hatiku juga menyimpan perasaan padaku.
Dengan lembut kukecup bibirnya.
"Kecupannya Ranata manis banget ...." Kata Nia, sambil menyentuh bibir mulutnya dengan jari – jarinya yang membuat gerakan – gerakan nakal yang merangsang mataku.
"Tatapan matamu yang malu – malu itu juga membuat jantungku berdebar - debar" Katanya lagi, sambil menatap mataku dengan tatapan nakal penuh nafsu.
Akhirnya sambil menutup mata, kami satukan kembali bibir kami. Kupermainkan lidahnya, kucium dan kuemut kedua belah bibirnya, lalu kumasukkan lidahku untuk mengaduk – aduk lidahnya, setelah itu kujepit lidahnya yang menggeliat nakal dengan bibirku lalu kuhisap lidahnya kuat - kuat. Nikmatnya rangsangan yang ku berikan membuat dirinya tak kuasa menahan desahan penuh nafsu. Dibukanya mulutnya lebar – lebar sambil mengeluarkan desahan, erangan, bahkan raungan penuh nafsu. Kujilati dan kuminum air liurnya yang manis yang tumpah kemana – mana membasahi bibir, pipi dan dagunya lalu kusegel mulutnya dengan sebuah ciuman yang sangat dalam sambil perlahan membawa tubuhnya yang panas terbakar api asmara terbaring terlentang ke atas tempat tidur Arisa.
Dengan perlahan dan sambil berciuman, kami pun saling melucuti pakaian yang lain, kubuka kemejanya, kupeloroti roknya, lalu kucabut juga branya sambil menciumi dan menghisap kedua putingnya. Tanganku tidak berhenti menjamahi tubuhnya hingga turun ke bawah memeloroti celana dalamnya yang telah basah kuyup. Nia juga tidak mau kalah, dia membukakan bajuku, memeloroti celanaku bersama dengan dalemannya.
Setelah menyingkirkan pakaian kami ke lantai, kini hanya tinggal tubuh telanjang kami berdua yang saling bercumbu di atas ranjang sahabat kami.
Setelah puas berciuman, kulanjutkan permainan lidah ku ke daerah lain dari tubuhnya. Kujilati dan kuhisap puting susu sebelah kirinya hingga dia meraung - raung penuh nikmat. Lalu perlahan – lahan bibirku berpindah menuju puting susu sebelah kirinya sambil mengecup dan menghisapi area kulit di sepanjang jalur perjalananku, meninggalkan garis jalan berwarna merah muda membujur dari puting kirinya menuju ke puting kanannya. Sesampainya lidahku di daerah tujuan, langsung saja kupermainkan puting susu kanannya dengan lidah ku sambil tetap mempermainkan puting kirinya dengan jari – jari tangan kananku.
Setelah raungannya berhenti dan dia hanya sanggup mendesah sambil bernafas terengah-engah, aku hentikan permainanku sejenak dan aku pandangi seluruh tubuhnya yang sangat indah. Payudaranya yang ranum itu benar – benar besar ukurannya lebih dari cukup untuk membuat kedua tanganku tenggelam dalam marshmallow empuknya. Pinggulnya yang ramping begitu menggoda untuk dipeluk. Pahanya yang mulus dan kakinya yang jenjang itu benar – benar membuatku ingin terus membelainya tanpa henti. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah menyegarkan mata.
Setelah puas memandangi tubuhnya, kutatap matanya yang penuh dengan hasrat birahi. Tak lama mata kami saling bertatapan, perlahan Nia bangkit dari tempat tidur dan membelai pipi kananku sambil mendorong tubuhnya ke arah ku hingga posisi kami berbalik dengan tubuhku setengah terbaring di atas tempat tidur, bertumpu pada kedua tanganku dan tubuhnya di atas tubuhku. Wajahnya yang cantik berada sejajar dengan wajahku. Sambil tetap menatap mataku, Nia berkata,
"Ranata, hari ini akan aku tunjukkan padamu..."
Dengan senyuman yang manis, perlahan wajahnya yang cantik bergerak turun ke bawah sambil dia melanjutkan kata – katanya,
"Seberapa sayangnya aku sama kamu...."
Lalu Nia memegang batang kejantananku dengan kedua tangannya, dan perlahan Nia mendekatkan wajahnya yang telah bersemu merah sambil membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya, dan dia mulai menjilati ujung kejantananku sambil menutup matanya dengan ekspresi penuh nikmat. Dia gerak – gerakkan kepalanya naik turun, ke kanan dan ke kiri, menjilati dan menghisap ujung kejantananku dengan berbagai posisi. Betapa nikmatnya oral yang Nia berikan kepadaku. Walau cuma di ujung, tapi rasanya membuat kepalaku melayang – layang. Tak lama Nia membuka kedua belah matanya, menatap ujung penisku dengan penuh kasih sayang, memberinya sebuah ciuman lalu berkata,
"Penisnya Ranata enak banget....."
Lalu dia lanjutkan oral seks yang dia berikan, kali ini dengan menjilati batang kejantananku bagaikan sebuah lolipop yang sangat manis. Eh, tunggu, kadang dia menghisap dan menyeruput penisku yang telah basah dengan air sucinya, jadi bagaikan es krim? Ah! Peduli amat! Saat ini otakku sudah tidak bisa memikirkan apa – apa lagi selain kenikmatan yang diberikan oleh mulutnya.
Setelah penisku benar – benar basah sampai ke bolanya, Nia perlahan merayap di atas tubuhku, menciumiku dengan tatapan mesra sambil memegangi kedua pipiku dengan tangannya. Aku pun juga memeluk tubuhnya dengan lembut dan ku elus – elus kepala dan punggungnya yang mulus dengan kedua belah tanganku.