Selama seminggu, aku dan Nia bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Kami selalu mencari setiap kesempatan yang ada untuk bersama – sama memuaskan nafsu kami untuk bercumbu dan bercinta dengan penuh gairah. Rasanya kami tidak ingin lepas satu sama lain, maunya nempeeel terus, kayak perangko.
Namun, kami tentu saja tidak bisa "bermain" di rumah kami setiap saat karena ada keluarga di rumah. Kedua ayah dan Ibu kami termasuk orang tua yang konservatif dan bermoral tinggi. Terutama orang tua Nia, kalau mereka tahu aku sudah memetik kembang perawan anaknya, aku pasti bakal dihajar habis – habisan sama mereka berdua, walaupun aku yakin mereka pasti akan setuju kalau aku melamar anaknya untuk kunikahi. Meski pun aku tetap akan babak belur mereka hajar karena sudah "menodai" kesucian anak gadis kesayangan mereka.
Sehingga akhirnya kami jadi lebih sering mencari tempat yang aman dan "main" di luar rumah daripada di dalam kamar kami sendiri. Contohnya seperti sekarang ini, kami bermain api di toilet perempuan yang bersih dan apik tak seperti toilet cowok tak lama setelah bel pulang sekolah berbunyi dan murid sudah hampir semuanya pulang ke rumah.
"Tunggu, Ranata! Dasarr...."
Walaupun mulutnya mengeluarkan suara protes, namun tetap saja Nia dengan penuh nafsu menerima ciuman dari ku dan menikmati setiap gerakan dan kuluman lidahku yang menari – nari bersama dengan lidahnya di dalam mulut kami yang saling terhubung dalam sebuah ciuman yang sangat panas dan basah. Kami saling bergantian menghisap lidah yang lain dan meminum setiap tetes cairan segar yang dihasilkannya.
Kedua tanganku tidak diam saja dan dengan segera menaikkan seragam sekolah Nia hingga kedua buah payudaranya yang berukuran besar tersingkap dan menahan kemeja Nia di atasnya. Langsung saja kupijat dan kuremas buah dada Nia sambil tetap kami berciuman dengan panasnnya. Kunaikkan irama permainan lidah kami sambil menyelipkan tangan kiriku kebawah menyelinap masuk melewati celana dalamnya dan langsung bersentuhan dengan bibir vaginanya. Perlahan – lahan kubelai dan ku usap – usap daerah sepanjang bibir vaginanya naik dan turun dengan jari – jari ku. Nia yang terengah – engah dengan nafas memburu mengeluarkan desahan – desahan penuh nafsu seiringan dengan tempo gerakan jariku. Pinggulnya yang menerima gerakan tangan ku di selangkangannya dengan penuh kepasrahan pun ikut bergerak naik turun mengikuti irama permainan jariku.
Kuciumi bibir Nia dan perlahan bergerak turun ke bawah. Kuciumi pipi kanannya, lalu turun ke bawah dan kuciumi lehernya sambil sesekali menghisapnya hingga menimbulkan bekas cipokan berwarna merah muda merona yang membentuk garis menyambung di sepanjang sisi leher kanannya. Aku bergerak semakin turun dan kuciumi bagian atas dada dan collar bone Nia. Lengkungan seksi collar bone nya begitu menggoda untuk ku hisap dalam – dalam hingga seluruh bagian dalam lekukan lembah itu bersemi dengan warna merah muda bagaikan sedang musim sakura mekar.
Nia pun tampaknya begitu menikmati permainanku dan desahan nya yang tertahan pun menjadi semakin keras. Bahkan terkadang tubuhnya pun ikut meronta dan menggelinjang hebat diterpa ombak – ombak kenikmatan yang menghujami dirinya. Kuremas payudara kanannya dengan tangan kiriku hingga puting susunya yang sudah mengeras semakin menonjol keluar memamerkan dirinya di hadapanku. Langsung saja kuterkam, kucium, kukulum dan kuhisap puting susunya. Tangan kananku yang tak berhenti mempermainkan vaginanya membuat Nia merasakan kepuasan ganda di bagian atas dan bawah tubuhnya yang saling beradu dan berkolaborasi hingga membawa Nia semakin dekat dengan puncak kepuasan seksualnya. Akhirnya ketika aku berpindah ke puting susu di payudara sebelah kirinya, Nia pun akhirnya mengalami orgasme bersama dengan hisapan dalam yang kuberikan pada puting susunya.
Vaginanya yang bergetar hebat merambatkan rangsangan khas yang mengalir dari ujung jari – jariku berlari hingga mencapai ubun – ubunku. Kupeluk tubuh Nia yang panas dan berkedut – kedut sambil tetap menghisap susu kirinya hingga pinggul Nia mengejang dan menyentak bibir vaginanya yang telah basah kebanjiran menekan jari - jariku yang masih terjebak di dalam celana dalamnya yang becek dan lengket.
Kusandarkan tubuh Nia ke dinding keramik yang dingin dan aku mulai meremas – remas dan memijati payudaranya sambil menjilati kedua puting susunya secara bergantian dengan ujung lidahku. Nia yang tidak berhenti mendesah perlahan memutar tubuhnya dan bersandar pada dinding dengan posisi menyamping ke kiri sambil menggerak – gerakkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan mengundang yang beradu dengan selangkanganku. Roknya yang tersingkap memamerkan pantatnya yang montok berisi. Kuhentikan ciumanku dan kupeloroti celanaku bersama dengan dalemannya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku tidak berhenti memerah dan meremas – remas payudara Nia.
Pantat Nia yang putih mulus beradu dengan selangkanganku yang membuat penisku yang telah berdiri sedari tadi menjadi semakin besar dan keras. Akhirnya tubuh Nia berputar kembali dan berbalik membelakangi diriku, dengan kedua tangannya bersandar pada dinding keramik sementara pinggul dan pantatnya dia sodorkan ke hadapanku yang dengan bersemangat beradu dengan selangkanganku. Pantat Nia yang putih mulus dan montok berisi membelai – belai penisku yang terjepit di tengah belahan bukit indah di belakang tubuhnya. Pinggal dan pinggulnya yang begitu seksi bergerak naik turun mengasah penisku sambil terkadang melakukan gerakan memutar yang nakal. Cairan kelamin Nia yang membanjiri selangkangannya pun perlahan mulai ikut membasahi penisku yang beradu langsung dengan pantat dan selangkangannya. Kutahan pantat Nia dengan tangan kananku sementara tangan kiriku masih memerah payudaranya dan langsung kutancapkan batang kejantananku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku bergerak menembus vaginanya dalam – dalam hingga membentur ke ujung dengan satu sentakan. Tubuh Nia merespon dengan kontraksi hebat yang tidak hanya terjadi pada otot – otot dinding vaginanya yang langsung bergetar dan bergerak meremas dan memijati penisku di sepanjang dinding vaginanya. Kontraksi yang dialami tubuh Nia juga membuat punggungnya melengkung ke atas dan menolakkan kepalanya ke belakang mendekati wajahku. Dengan spontan Nia memalingkan wajahnya sehingga berhadapan dengan wajahku dan dengan tangan kirinya yang menarik daguku, dia bawa wajahku semakin dengan dengan wajahnya yang berpaling ke belakang. Aku bergerak maju dan kuberikan ciuman ke mulut Nia yang sudah terbuka menganga mengeluarkan desahan panas yang penuh nafsu.
Kedua tanganku kini berada di payudaranya, yang kupermainkan dan ku dribble kesana – kemari, naik – turun, ke atas dan kebawah. Kuremas dan kucubit kedua puting susunya dengan lembut sambil menggerak- gerakkan penisku keluar masuk lubang vaginanya yang begitu ketat dan kencang walau pun sudah kusetubuhi berkali – kali. Kuhantam pintu rahimnya dari belakang dan kutarik ke depan kedua puting susu Nia yang dijepit oleh jari – jariku. Tangan kiri Nia yang semula menahan daguku bergerak mengitari leherku dan memeluknya dengan semakin erat, membuat ciuman kami menjadi semakin dalam di tengah hantaman bertubi – tubi yang diberikan oleh penisku ke dinding vagina dan mulut rahimnya.
Akhirnya karena tak kuasa menahan rangsangan kenikmatan yang diberikan oleh permainan jari – jariku di kedua payudaranya serta hantaman penisku yang menjajal lubang vagina dan rahimnya, Nia kembali mengalami orgasmenya yang kedua. Otot – otot vaginanya yang berkontraksi bergetar hebat dan bergerak semakin mengencang mencoba memerah penisku dengan penuh kehausan dibarengi oleh sensasi panas dan hangat yang membanjiri vaginanya dan mengguyur penisku yang terjebak di dalamnya. Betul – betul sebuah sebuah sensasi kenikmatan yang tiada taranya di muka bumi ini.
Kupacu penisku dengan semakin bersemangat menjelajahi setiap bagian dalam vaginanya dan membentur – bentur dinding vaginanya serta berusaha membobol pintu rahimnya. Tak lupa kupercepat irama permainan tanganku yang mempermainkan payudaranya yang dengan pasrah menerima bentuk apapun yang aku berikan padanya bagaikan adonan roti yang kenyal dan kalis. Lidahku juga tak mau kalah bersaing dan kubimbing lidah Nia yang sudah tak berdaya menerima semua permainanku dengan tubuhnya yang telah menjadi benar – benar sangat sensitif karena ombak pasang klimaks yang menenggelamkan dirinya.
Akhirnya *bless* Dengan satu hentakan kuat kutancapkan penisku dalam – dalam menembus tempat terdalam di dalam lubang vaginanya, kubobol pintu rahimnya dan kusemprotkan lahar panas yang berwarna putih ke dalam ruang bayinya.
Jika Nia sedang dalam masa subur sekarang, maka dapat kupastikan dia pasti akan segera hamil dan bahkan mungkin aku akan mendapat bonus anak kembar dua atau bahkan tiga. Untungnya kami berdua rajin mencatat dan menghitung periode menstruasi dan masa subur Nia serta tak lupa untuk selalu melakukan cross check catatan kami sebelum mulai berhubungan intim.
Sambil sempat – sempatnya memikirkan hal itu, tanganku yang meremas payudara Nia langung bergerak menjepit kedua puting susunya dan dengan cepat menariknya ke arah depan. Tangan Nia yang semakin erat memeluk leherku mengunci ciuman kami dan mencegah teriakan kencang yang ingin segera keluar meledak dari dalam mulutnya.
"MMMMHHHHHHHHHH~!!!!"
Bersamaan dengan klimaks yang kualami, Nia yang baru saja mengalami klimaks kembali mengalami orgasme untuk yang ketiga kalinya dan tubuhnya bergetar dan menggelinjang liar dengan hebatnya....
Belum puas baru muncrat hanya sekali, kubawa tubuh Nia yang sudah lemas tanpa daya menyandar pada dinding keramik yang keras dan dingin ke atas tempat dudukan toilet. Tubuh Nia masih bergetar dan berkedut dalam klimaksnya yang ketiga ketika dia kududukkan dengan posisi setengah terbaring menyandar di toilet. Kupengang kedua kakinya dan kusibakkan ke samping, membuka pahanya lebar – lebar dan memperlihatkan selangkanan dan vaginanya yang telah basah kebanjiran dengan sperma bercampur cairan kelamin Nia masih mengucur keluar dari liang vaginanya.
"Jangannn..... Ran.... Aku sudah gak tahan lagi...."
Nia menatap batang kejantananku yang masih berdiri tegak dengan penuh semangat.
Kulihat matanya yg lelah karena menghadapi ombak demi ombak kenikmatan yang telah mengombang - ambingkan dirinya sebelumnya. Kulepaskan tanganku dari kakinya yang masih mengangkang dan terkulai lemas di bawah toilet. Nafasnya yang masih memburu dan tubuhnya yang berkedut - kedut membuat Nia tak sanggup lagi berkata - kata dengan lancar.
Kudekati tubuhnya dan kuelus lembut kepalanya, hingga membuat Nia memejamkan kedua matanya dengan ekspresi wajah penuh hikmat menikmati setiap sisa - sisa kenikmatan yang masih melekat pada dirinya....