Tangan kiriku perlahan mulai bergerak turun ke bawah merayapi perutnya dengan gerakan jari – jariku.
Nia melepaskan bibirnya dari bibirku dan tertawa kecil.
"Ahahaha~ Ranata~ geli~"
Dengan tersenyum, aku kecup kembali bibirnya sementara tangan kiriku menyelinap masuk ke dalam celana dalamnya yang berwarna hijau muda sama seperti branya. Ku usap – usap bibir kemaluannya dengan jari – jariku. Lalu kugunakan jari tengah dan jari manis untuk merangsang pinggiran bibir vaginanya dengan mengusap – usapnya ke atas dan ke bawah, sesekali membuat gerakan memutar dan meregangkan bibir vaginanya melebar ke kanan dan ke kiri. Sementara itu, jari tengahku sibuk menjelajahi bagian atas vaginanya dan mempermainkan klitorisnya yang perlahan menyembul keluar dari persembunyiannya. Terasa betul semakin derasnya cairan hangat dan lengket yang mengaliri dan membasahi selangkangan Nia menjelaskan betapa tubuhnya begitu menikmati gerakan jari – jariku yang merangsang vagina dan payudaranya.
Tubuh indah Nia yang hanya mengenakan celana dalam yang basah untuk menutupi vaginanya tak berhenti bergetar dan menggeliat di atas ranjang. Sesekali gelombang kejut yang dirasakannya memancar dari vagina dan payudaranya mengacaukan pikirannya dan membuatnya tak mampu mengontrol tubuhnya yang tak henti – hentinya berkedut – kedut. Terkadang tangannya yang kehilangan kendali membuat gerakan – gerakan tak terduga yang membuat burungku terkaget – kaget dalam cengkeramannya., hingga akhirnya Nia melepaskan penisku dari genggaman tangannya yang terkulai tanpa daya di atas kasur.
Suhu tubuhnya yang semakin memanas dan frekuensi getarannya yang semakin meninggi membuatku semakin bersemangat menciumi dirinya. Tidak hanya bibirnya, mulutku juga menyasar leher, dada dan payudaranya, memberinya kecupan, ciuman dan hisapan yang meninggalkan bekas – bekas berwarna merah muda di kulitnya yang putih mulus itu. Tangan kananku berganti – ganti mempermainkan kedua buah payudaranya secara bergantian, sementara tangan kiriku tidak berhenti mengusap dan merangsang vaginanya dengan segala macam cara. Hingga akhirnya perlahan- lahan kumasukkan jari – jariku satu persatu ke dalam vaginanya dan kugetarkan di dalam lubang cintanya. Hingga akhirnya ketika jari telunjuk dan jari tengahku yang sudah masuk ke dalam vaginanya membuat gerakan - gerakan memutar yang mengaduk dan menggetarkan dinding vaginanya, tubuh Nia langsung mengalami kontraksi dan menggelinjang hebat sambil mengeluarkan erangan panjang penuh nikmat dari mulutnya. Orgasme yang dialaminya begitu dahsyat dan cairan cintanya yang muncrat keluar bersamaan dengan otot – otot dinding vaginanya yang ketat dan kencang memaksa jari – jariku keluar dari liang kewanitaannya yang licin.
Kubiarkan Nia yang terengah – engah setelah mengalami orgasme panjang untuk beristirahat sejenak dan mengambil nafas. Tubuhnya yang terkulai lemas di atas ranjang setelah mengejang cukup lama terkadang masih bergetar dan berkedut. Terutama di bagian selangkangannya dan pahanya yang terkadang bergolang naik turun. Kubelai rambut hitamnya yang panjang terurai sampai ke pingganng bagaikan air terjun malam yang selembut beludru dengan penuh kasih sayang. Kukagumi setiap bagian dan lekukan tubuhnya yang begitu indah dan membuatku tidak bisa berhenti memandanginya. Paras wajahnya yang cantik menunjukkan ekpresi penuh kepuasan akan kenikmatan yang baru saja aku berikan....
Cukup lama kami terdiam, perlahan kutanggalkan setiap helai pakaianku yang kemudian jatuh ke lantai. Kudekati ranjang tempat Nia terbaring dan menatapku melepas setiap helai pakaianku di depan matanya. Aku belai rambutnya dan kutatap matanya, sambil perlahan membaringkan tubuhku di atas tubuhnya untuk menindih dan memeluk dirinya. Mata kami yang saling menatap menyiratkan api nafsu dan hasrat dalam hati kami. Nia tersenyum dan melingkarkan kedua lengannya ke leherku, membawa tubuhku semakin dekat merangkul dirinya. Nafas kami bertemu dan menyatu dalam satu irama.
"Nia... Pujaan hatiku..." aku bergumam sebelum memberinya sebuah ciuman yang dalam dan penuh cinta.
Nia yang menerima ciumanku merapatkan lengannya dan memelukku semakin erat, membawa diri kami berdua semakin dalam dalam lembah kenikmatan. Setelah bibir kami berpisah namun tetap terhubung dengan benang perak di ujung lidah kami, Nia menciumiku lagi dan menghisap semuanya sebelum melepaskan ciumannya. Nia menatap diriku dengan penuh cinta dan berkata,
"Ranata...., aku cinta banget sama kamu...."
Kubelai rambutnya dengan tangan kananku dan kusibakkan celana dalamnya hingga lubang vaginanya terlihat dan beradu langsung dengan ujung kejantananku yang sedari tadi bergesek - gesek dengan paha dan selangkangannya.
"Nia..., apa kamu siap?" Kutanyakan pertanyaan yang sebenarnya aku sudah tahu jawabannya.
"Ehemm, kali ini, let's do it the proper way...." jawab Nia, bercampur dengan bahasa Inggris.
"Yes, darling, I will make love with you... A lot..." jawabku tak mau kalah darinya.
Dengan tersenyum, kucium bibirnya kembali sambil perlahan kumasukkan kejantananku memasuki lubang kewanitaannya. Nia yang sudah menunggu saat – saat ini mencengkram penisku dengan otot – otot dinding vaginanya dengan kuatnya, membimbing penisku semakin masuk ke dalam seolah telah begitu lapar menginginkan sesuatu untuk mengisi setiap tempat yang tersisa di sepanjang liang kenikmatannya. Begitu kencang, ketat, hangat dan basah, itulah sensasi yang kurasakan ketika penisku yang telah mengeras dan membesar ke ukuran maksimal melesak masuk ke dalam vaginanya. Kontraksi dan tekanan dinding – dinding vaginanya memijat – mijat penisku seolah berusaha keras ingin memerah susu putih kental yang baru saja kemarin mengisi rahimnya.
Tak lama ujung penisku menghantam bibir rahimnya, bersamaan dengan ciuman kami yang sudah berada di ujung nafas. Nia kembali mengalami kontraksi hebat dan tubuhnya menggelinjang keras dalam pelukanku. Vaginanya yang telah menjadi begitu sensitif akibat foreplay yang kami lakukan tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan oleh penisku sepanjang di jalur perjalanannya. Aku juga sudah tak sanggup lagi menahan klimaks yang ingin keluar sedari tadi ketika Nia mengalami klimaks pertamanya.
Pelukan kami menjadi semakin erat dan ciuman kami yang terputus membebaskan mulut kami yang mengeluarkan raungan penuh nikmat akan orgasme yang kami berdua alami secara bersamaan. Ombak demi ombak kenikmatan tidak berhenti menggempur tubuh dan jiwa kami yang telah basah diguyur keringat. Penisku yang tertanam dalam di vaginanya langsung menembakkan sperma yang muncrat menembus langsung ke dalam rahimnya. Sementara otot – otot vaginanya terus berkontraksi ingin memerah setiap tetes susu kental untuk mengisi rahimnya yang haus akan madu putihku. Cairan cinta Nia tak henti – hentinya muncrat dan mengalir keluar dari vaginanya, membasahi paha dan selangkangan kami, serta kasur yang kami tiduri.
Akhirnya setelah orgasme panjang yang cukup lama, tubuh kami berdua berguling ke samping dengan tetap saling memeluk satu sama lain. Nia di kiri dan aku di kanan. Wajah kami yang begitu dengan menyatukan nafas kami yang saling memburu menerpa wajah di hadapannya. Dan penisku yang masih besar dan keras tetap menancap dengan mantapnya di dalam vagina Nia yang bergetar dan berkedut – kedut seirama dengan gemetar tubuhnya. Kubelai rambutnya perlahan dan kuciumi bibir, pipi dan keningnya sambil tersenyum. Nia yang matanya tak berhenti menatap mataku dengan penuh cinta membalas dengan sebuah ciuman yang dalam sambil perlahan menutup matanya dan merangkul leher dan punggungku dengan lengannya. Ku balas dengan membelai rambutnya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku membelai kontur tubuhnya dari sepanjang pipi turun mengikuti garis horizon sepanjang leher, bahu, lengan lalu masuk kedalam menyusuri bagian samping dadanya lalu turun menuju pinggul, pinggang dan pahanya, kemudian memutar ke belakang dan berakhir dengan mencengkram pantatnya. Kuremas – remas lembut pantatnya sambil melanjutkan ciumanku hingga tubuh kami berdua tenang kembali.
Setelah tubuh kami kembali tenang dan turun dari puncak kenikmatan yang baru kami rasakan, tangan kami tak berhenti saling membelai satu sama lain. Kulepaskan ciuman ku dan kulemparkan sebuah senyuman kepada Nia,
"Siap untuk Ronde Kedua, Nia ku tersayang?" Tanyaku
Nia tertawa kecil dan berkata "Kalau bagiku, ini Ronde Ketiga, Ranata sayang~"