Chereads / Hembusan Hasrat / Chapter 30 - Basah Di Luar, Basah Di Dalam

Chapter 30 - Basah Di Luar, Basah Di Dalam

Cukup lama tubuhku menindih tubuh Nia yang mengangkang di atas ranjang. Tubuh kami masih saling berpelukan dan berciuman menjadi satu. Kedua tangan Nia melingkar di leherku sementara kedua kakinya yang terkangkang menekuk dan menahan pantatku, menjebak penisku sehingga tetap berada dalam vaginanya yang tak pernah berhenti memijati dan memerah madu putihku tanpa mengenal lelah. Tanganku masih tetap menahan tubuh Nia, mencengkram kepala dan pantatnya, menguncinya tubuhnya dalam pelukanku.

Setelah cukup lama kami menyatu dalam klimaks yang panjang. Ombak – ombak kenikmatan yang menerpa tubuh kami bertubi – tubi dan menenggelamkan diri kami ke dalam kepuasan seksual yang sangat dalam pun perlahan – lahan mulai mereda. Pelukan kami pun mulai mengendur dan kedua lengan serta kaki Nia yang mengunci tubuhku perlahan – lahan mulai lepas dan terkulai lemas di atas ranjang .

Perlahan kukendurkan juga cengkeraman tanganku dan aku mulai bergerak perlahan membalikkan tubuhku yang menindih tubuh gemulai Nia di atas ranjang. Aku bergerak ke samping kanan tubuh Nia sambil tetap memeluknya dalam posisi menyamping. Kubelai lembut pipi dan pinggangnya sambil memperhatikan kondisi tubuhnya.

Nafasnya panjang dan dalam, membuat kedua payudaranya yang berukuran besar bergerak naik dan turun dalam tempo yang lambat.Perutnya yang mulus pun juga ikut kembang kempis dalam irama yang lembut. Nia perlahan menolehkan wajahnya ke arahku dan menatapku dalam – dalam dengan penuh rasa cinta. Paras cantiknya yang merona merah sungguh mencuri hatiku. Kucium lagi bibirnya untuk kesekian kalinya, tidak bosan – bosannya kumainkan lidah kami dan kami satukan kembali nafas kami dalam satu irama. Setelah ciuman yang panas dan basah ini kami lepaskan, Nia perlahan memejamkan matanya dan tersenyum seolah sedang berkontemplasi menikmati setiap sisa – sisa kenikmatan yang masih mewarnai hati dan pikirannya hingga tetes terakhir.

Kuperhatikan kembali seluruh tubuhnya dari atas kebawah. Pandangan mataku merayapi sekujur tubuhnya mulai dari kedua matanya yang masih terpejam dengan kelopak mata yang bergetaran, lalu turun hingga berhenti sejenak di bibirnya yang sedikit terbuka memperlihatkan celah sempit berwarna merah muda yang mengundang hasratku untuk segera menghisapnya. Kutahan nafsuku dan kujelajahi lagi seluruh tubuh Nia dengan pandangan mataku. Kulihat dadanya yang masih naik turun dan payudaranya yang mengembang dan mengempis dengan kedua puting susunya yang sudah tegak mengeras dan menonjol di puncak payudaranya. Lalu pandanganku kembali turun ke bawah menyusuri perutnya yang mulus dan pinggangnya yang ramping serta paha dan kakinya yang panjang. Ku berikan belaian lembut pada perut, paha dan pinggangnya sambil melabuhkan pandanganku pada selangkangannya.

Penisku yang baru saja lolos dari liang senggamanya masih berbalutkan susu putih kental yang bercampur dengan madu bening Nia. Sementara lubang kewanitaan Nia masih terus mengeluarkan campuran cairan cinta kami yang meluber tumpah keluar membanjiri paha dan selangkangan kami dan merembes ke kasur. Keringat membasahi sekujur tubuh kami yang masih panas terbakar api nafsu, terbaring saling berpelukan di atas ranjang kekasihku.

Setelah cukup lama beristirahat, Nia mengajakku untuk mandi bersamanya. Dengan senang hati tentu saja aku menerima ajakannya untuk membersihkan diri bersama- sama. Kuangkat tubuh Nia yang terkulai di atas kasur dengan hati – hati. Setelah memantapkan posisi tubuhnya yang terasa ringan dalam pose princess carry, kubawa Nia ke kamar mandi pribadinya yang ada di sebelah kamarnya di lantai dua. Begitu masuk kuturunkan tubuhnya dengan gerakan yang mantap namun hati – hati dan aku pun mulai memandikan tubuh Nia dengan basuhan pancuran air hangat yang kupegang. Setelah seluruh tubuh Nia telah basah dari kepala sampai ke kaki, gantian Nia yang mengambil selang pancuran air hangat dari tanganku dan dia pun mulai menyirami tubuhku dengan air hangat.

Titik - titik air hangat yang menyentuh kulitkumengembalikan kesegaran dan semangatku serta merangsang peredaran darah yang mengalir di sekujur tubuhku. Dan pemandangan indah tubuh Nia yang telanjang bugil di hadapan ku membuat kejantananku kembali tegak berdiri dengan penuh kegagahan. Nia yang melihat betapa gagahnya kejantananku yang kembali bangkit berdiri membelalakkan matanya dan berkata,

"Ran, adik kecilmu kok, sudah bangun lagi? Kamu masih mau nambah?"

"Kamu terlalu cantik sih, sayang~ Aku tak kuasa menahan gairah cintaku"

Kupeluk tubuh Nia dan perlahan kubimbing dirinya untuk bersandar di tembok kamar mandi. Kuambil selang shower nya dan kugantungkan pada standernya yang menempel di dinding dengan air hangat yang terus mengucur menghujani tubuh kami berdua yang sudah kembali bersemangat untuk bercumbu dan bercinta.

Dengan tersenyum Nia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leherku dan membawa wajahku semakin dekat dengan wajahnya. Kuciumi dia dengan ciuman yang tak kalah hangatnya dengan air yang menghujani tubuh kami. Kugenggam tangan kirinya yang berada di dinding dengan tangan kananku dan perlahan ku angkat kaki kanannya dengan tangan kiriku.

Ku pas kan posisi penisku pada mulut vaginanya dan dengan gerakan perlahan kumasukkan batang kejantananku sedikit demi sedikit ke dalam liang kewanitaannya hingga masuk seluruhnya sampai mengetuk pintu rahimnya. Kujaga keseimbangan tubuh kami dan setelah terbiasa, aku mulai menyetubuhi Nia dalam posisi berdiri di bawah siraman air shower.

Kupacu perlahan penisku keluar masuk vaginanya yang menerima setiap hujaman dengan penuh suka cita. Cairan cinta hasil persetubuhan kami sebelumnya mulai membanjir keluar dipaksa oleh kontraksi otot – otot vagina Nia yang begitu liat dan kencang. Lubangnya yang masih terasa ketat walau sudah kugarap berkali – kali memijat dan memeras penisku dengan penuh semangat. Nafas kami yang saling beradu di bawah hangatnya siraman air shower semakin menambah irama permainan kami.

Kupacu penisku keluar masuk vaginanya dengan gerakan yang semakin cepat, seiring dengan irama nafas kami yang semakin memendek dan memburu.Tubuh Nia yang terjepit di antara dinding berlapis keramik dan pelukan tubuhku dengan cepat melumat dalam kenikmatan. Vaginanya yang masih sangat sensitif tiba - tiba mengejang dan menjepit penisku dengan kerasnya. Langsung saja aku merespon dengan membenamkan penisku sedalam mungkin ke dalam liang senggamannya. Nia langsung mengalami klimaks dan mulutnya yang terbuka ingin mengeluarkan teriakan kencang kubungkam dengan sebuah ciuman. Kumasukkan lidahku menyerbu ke dalam mulutnya dan kupermainkan lidahnya yang tak berdaya menerima setiap gerakan lidahku.

"Mhhhm! Mhmmm! MMMMhhmmm...!"

Desahan dan teriakan yang tertahan di ujung mulutnya tak sanggup lepas keluar dari bibirnya yang terbungkam. Tubuhnya yang bergetar hebat hampir kehilangan keseimbangan dalam gejolak nafsu yang menerpa dirinya. Untung aku sudah bersiap menahan tubuhnya dengan kokoh.

Tanpa menunggu klimaksnya selesai, langsung saja kupacu penisku merogol vaginanya dengan cepat berusaha untuk mengejar puncak kenikmatanku sendiri. Nia yang semakin erat memeluk tubuhku menerima permainan lidah dan penisku di kedua mulutnya. Payudaranya yang besar tertekan kuat ke dada ku dan gesekan – gesekan putingnya yang mengeras ditambah dengan sensasi lembut kedua buah payudaranya yang mengusap – usap dadaku semakin membuatku terangsang. Agaknya Nia juga semakin terangsang dengan gesekan – gesekan yang dialami oleh puting susunya.

Tubuh Nia semakin hebat bergetar seiring dengan memuncaknya irama permainan kami, hingga akhirnya kuhantamkan penisku menembus bibir rahimnya dan kutembakkan lahar panas yang dengan segera bercampur dengan madu putih yang mengisi rahimnya pada persetubuhan kami sebelumnya. Bersamaan dengan itu, Nia juga kembali mengalami klimaks dan tubuhnya yang jatuh lemas hampir roboh ke lantai, jika saja aku tidak mengunci posisinya di antara tembok dan tubuhku. Kulepaskan ciumanku dan Nia yang ngos – ngosan segera mengambil nafas cepat dengan memburu. Kedua tangannya yang semula melingkari leherku langsung jatuh lemas lunglai ke samping badannya. Nia juga mulai menyandarkan kepalanya yang terasa berat ke bahuku. Aku tetap memeluk tubuh Nia sambil terus menyalurkan benih – benih kejantananku ke liang vaginanya yang telah muncrat memancarkan cairan cintanya yang telah membasahi selangkangan kami hingga mengalir ke bawah mengairi paha dan kaki kami.

Setelah kami berdua selesai menikmati setiap tetes terakhir kenikmatan kami, kucabut penisku yang telah mengecil dari vagina Nia. Susu putih ku dan madu bening Nia menyembur keluar disemprotkan oleh tekanan kontraksi otot – otot vaginanya. Dengan senyum puas di bibir kami masing – masing, kami kembali saling berpelukan dan berciuman di bawah siraman air hangat.

Kumatikan shower dan kami berdua menuangkan sabun cair ke tangan masing – masing. Kuusapkan sabun di tangan ku untuk membersihkan seluruh tubuh Nia dan Nia pun melakukan hal yang sama padaku. Rangsangan sentuhan di sekujur tubuh kami membangkitkan nafsu kami yang kembali berkobar. Tapi karena tubuh kami berdua sudah licin penuh dilumuri sabun dan kami pun juga sudah lelah kami putuskan untuk menyelesaikan mandi kami dan melanjutkan percumbuan kami di lain waktu.

Kami keluar dari kamar mandi Nia berbarengan dengan saling berbagi handuk yang membuat tubuh kami saling menempel satu sama lain. Kukenakan kembali pakaianku dan Nia mengenakan pakaian rumahnya. Kuperhatikan setiap gerak – gerik tubuh Nia yang indah gemulai saat mengenakan pakaiannya helai demi helai. Rasanya ingin sekali aku melompat menerkam dirinya dan kembali menikmati tubuhnya di atas ranjang.

Tapi sayang, hari sudah menjelang petang. Kami juga tidak tahu pasti kapan kedua orangtua Nia akan pulang. Yang jelas, Aku harus pulang sebelum malam tiba. Dengan sebuah pelukan dan ciuman hangat, kami pun berpisah dan aku mulai memacu langkahku untuk segera pulang ke rumahku.