Mu Yuchen meletakkan ponselnya. Begitu berpaling, dilihatnya Xi Xiaye yang mencoba menyembunyikan senyuman gelinya sambil menatap dokumen di hadapannya.
Sesaat dia terdiam kemudian tersenyum. "Kau bisa tertawa kalau itu lucu. Tidak perlu ditahan."
Dia kemudian berjalan melewati Xi Xiaye dan duduk di kursinya.
Xi Xiaye tertawa ringan dan berkata, "Tidak, hanya… tak kusangka kau itu sama denganku…"
"Aku anggap kau selalu terganggu dengan masalah seperti itu juga?" Mu Yuchen mengangkat alis, matanya terlihat sedikit gembira.
Xi Xiaye mengangguk malu-malu. "Su Nan dan ibuku selalu khawatir padaku, jadi…"
"Mmm, aku ingat seperti saat kita bertemu pertama kali."
Xi Xiaye tersenyum dan mengangkat tangannya yang melepuh itu. "Ya, aku benar-benar berterima kasih atas pertolonganmu lagi dan lagi. Aku tidak tahu cara membalasnya."
Menolong lagi dan lagi?
Mu Yuchen tertawa, nadanya tampak sejalan dengan kelembutan dan selera humor yang tidak biasa. "Banyak cara membalas seseorang. Contoh yang baik adalah mencurahkan hatimu ke orang itu."
Xi Xiaye tersentak. Dia merasa canggung dan tidak tahu harus berkata apa.
Mu Yuchen dengan cepat menutupi situasi itu sambil dilihatnya Xiaye dan menunjuk dokumen yang dipegangnya. "Itu proposal yang sebelumnya kau masukkan. Sudah kuperiksa dan kurevisi. Pakailah sebagai referensi, aku yakin itu membantu beban kerjamu."
Xi Xiaye membuka dokumen itu dan memeriksanya. Benar, beberapa detail sudah direvisi dan dituliskannya beberapa catatan kecil. Tulisan tangannya terlihat tegas dan karismatik, sama seperti sifatnya.
Xiaye terkejut dan juga terkesan. Setelah beberapa saat, dia melihatnya dan dengan tenang berkata, "Akan kumasukkan proposal lengkapnya bulan depan."
"Katakan saja apa yang kau butuhkan. Proyek ini mungkin menjadi perhatian kita tahun depan, jadi kita harus teliti mulai dari tahap awal pekerjaan."
"Siap. Kurasa aku butuh membentuk tim memulai analisis yang detail dan proyeksi untuk memenuhi rencana yang ditetapkan," ujar Xi Xiaye setelah memikirkannya.
"Ada Ruiz dan Casey yang membantu. Untuk timnya terserah padamu. Perusahaan akan berkoordinasi dengan rencanamu. Baiklah, ini ada beberapa gambaran yang mungkin berguna untukmu."
Mu Yuchen kemudian dengan sigap mengetik beberapa kata di laptopnya. Selanjutnya, dibukanyalah folder dengan beberapa desain gambar di dalamnya.
Xi Xiaye berpindah dan berdiri di sampingnya, berfokus pada layar laptopnya.
"Ini desain untuk proyek yang di Perancis. Saat ini masih perlu beberapa masukkan, namun ini hampir sama dengan proyek yang sedang kau kerjakan saat ini, kau bisa melihat ini sebagai referensi."
Masih membutuhkan masukkan?
Bukankah itu berkas rahasia perusahaan?
Xi Xiaye menatapnya terkejut. Tidak tahu harus berkata apa.
Tanpa menunggu balasannya, Mu Yuchen berpaling dari layar dan mengangkat kepalanya melihat Xi Xiaye yang saat itu sedang melihatnya juga.
Dia tersenyum sambil tiba-tiba kepikiran sesuatu. Ada keheningan sesaat sebelum akhirnya dia berkata, "Xi Xiaye, aku percaya padamu."
Kata-katanya itu begitu menyentuh Xi Xiaye.
Xiaye merasa bangga karena telah dihargai seperti itu, membuatnya tidak perlu meyakinkan dirinya sendiri lagi, itu benar-benar seperti dirinya sebelumnya, yang mana membuat Mu Yuchen percaya padanya.
Tangannya yang sedang memegang dokumen sedikit terkepal dan kuku jari-jarinya perlahan memutih. Matanya teralihkan, napasnya tersengal dan setelah itu dia mengangguk. Baru saja dia hendak berkata sesuatu, terdengar pintu diketuk.
Mereka saling berpandangan dan kemudian melihat ke arah pintu saat Li Si masuk.
"Tuan, Nyonya Besar ada di sini. Dia…"
Mu Yuchen mengernyit saat mendengarnya.
"Aku harus kembali bekerja." Xi Xiaye dengan cepat merapikan kembali dokumennya.
"Ada salinan desain ini. Kalau kau mau melihatnya, datanglah kapan saja," Mu Yuchen meyakinkan.
"Baik."
Xi Xiaye kemudian dengan sigap meninggalkan ruangan.
Waktu berjalan begitu cepat Xiaye tenggelam dalam pekerjannya. Hingga akhirnya malam pun tiba. Xi Xiaye berencana pulang lebih awal untuk menyiapkan proyek yang akan datang, namun dia kedatangan tamu yang tak disangkanya di pintu masuk Glory World Corporation.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Dari tangga, Xi Xiaye melihat Xi Xinyi yang anggun namun terlihat murung. Raut wajahnya muram, Xiaye memandangnya dengan aura dingin, membuat Xi Xinyi pucat.
"Kak…" Xi Xinyi memanggil lirih. "Perusahaan sedang dalam masalah. Nenek terlalu khawatir dan tiba-tiba tak sadarkan diri. Aku coba menelepon kakak tapi tidak bisa, jadi aku langsung ke sini. Kumohon jenguklah dia. Ayah masih di Kota B dan belum bisa kembali sekarang. Ibu khawatir bahwa Kakek berpikiran macam-macam, jadi belum diceritakannya. Dia menunggu di ruang operasi sekarang. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku takut…Nenek belum baikan untuk beberapa waktu ini… Aku takut, Kak…"
Matanya penuh dengan ketakutan selagi memandang Xi Xiaye.
Perusahaan sedang dalam masalah?
Xi Xiaye mengernyit. Bagaimana Media Budaya Yueying di bawah kendali Nenek tidak berjalan dengan baik? Dia telah menontonnya di TV bahwa mereka telah melakukan kontrak kerjasama dengan beberapa proyek besar dan benar-benar sibuk saat ini, jadi kenapa tiba-tiba dalam masalah?
"Rumah sakit mana?" Xi Xiaye bertanya setelah terdiam sesaat.
Xi Xinyi menjawab.
Perasaan Xi Xiaye bercampur aduk tentang neneknya Deng Wenwen. Sebelum Xi Xinyi bergabung dalam keluarga, kakek neneknya begitu menyayangi Xiaye. Kemudian semua berubah setelah kedatangan Xi Xinyi. Dia menjadi orang asing, tersudutkan dan Xiaye melihat mereka tertawa bersama seperti keluarga sesungguhnya.
"Xiaye, adikmu menyukai ruanganmu. Bertukarlah dengan punyanya."
"Xiaye, Xinyi nantinya makan malam denganku. Pinjamkanlah baju yang waktu itu aku belikan. 'Kan tidak pernah kau pakai."
"Xiaye, kenapa kau membiarkan Xinyi berenang saat kau tahu tubuhnya itu lemah? Apa yang sudah kukatakan?"
"Sejak Han Yifeng dan Xinyi saling menyukai, kenapa kau yang keras kepala? Tidakkah kau bahagia membiarkan mereka bersama?"
"Kau puteri walikota. Bukannya semua pria di Kota Z mau memilihmu? Kau membuat semuanya tidak tenang. Kakekmu sampai sakit karenamu juga. Kenapa kau seegois ini? Kenapa sampai harus bertengkar dengan Xinyi?"
"Dasar kekanak-kanakan. Aku kecewa padamu!"
Tiba-tiba semua perkataan Deng Wenwen menggema di telinganya dan dengan sekejap geram di dadanya.
Terkadang saat orang lari dari sesuatu, takdir akan menghantui orang itu dengan mimpi buruk.
Saat mereka sampai di Rumah Sakit T, Deng Wenwen baru selesai dengan operasinya dan sedang dalam perjalanan ke ruang pemulihan.
Kata dokter dia tiba-tiba stroke dan dia bisa saja kehilangan nyawanya jika tidak segera dilarikan ke rumah sakit tepat waktu.
Xi Xiaye berdiri di sampingnya dan melihat Deng Wenwen yang masih belum sadar. Yue Lingsi terlihat khawatir. Saat melihat Xi Xiaye, matanya terlihat aneh dan dia kerap mencuri pandang pada Xi Xiaye.
"Ada apa?" tanya Xi Xiaye dingin.