"Karena demikian, kuharap kau yang mengambil alih proyek ini, Direktur Xi. Kuberi waktu sebulan dan semoga proposalnya sudah siap di rapat bulan depan. Ada pertanyaan?" Mu Yuchen mengakhiri pembicaraannya.
Xi Xiaye mengernyit dan melihat dokumen yang diserahkan Liu Lingyu. Untuk beberapa saat dia sedikit keberatan sebelum melihat Mu Yuchen yang sedang membaca dokumen. "Aku…"
Muchen mengangkat kepalanya saat mendengarnya. Dia pun angkat bicara begitu dilihatnya Xiaye keberatan, "Kau bisa berdiskusi denganku kalau-kalau ada sesuatu. Nanti ada dua asisten yang berpengalaman yang membantumu. Apa kau tidak percaya diri dengan proyek ini, Direktur Xi?"
Xi Xiaye terkejut dengan nada bicaranya,terlihat Mu Yuchen menaruh kepercayaan padanya. Wakil Direktur Liu Lingyu terus memberi isyarat dengan matanya, jadi dengan pasrah dia mengangguk dan berkata, "Terima kasih atas kepercayaannya, Direktur Utama Mu. Akan kulakukan yang terbaik, dan tidak akan mengecewakan."
Mu Yuchen mengangguk dan melihat semuanya. "Saya harap semuanya dapat mengerjakan bagian yang sudah dikerjakan. Kurangi bicara dan perbanyak kerja. Akan ada hadiah menanti kalian jika target tercapai di setiap triwulanannya." Jika ada keuntungan lima persennya dari setiap departemen akan kuberikan sebagai bonus. Berapa yang kau dapat bergantung dari seberapa keras yang kau kerjakan."
"Siap, Tuan! Akan kami kerjakan yang terbaik!"
Semuanya pun termovitasi. Siapa yang tidak senang jika punya uang tambahan?
Tidak biasa untuk Direktur Utama Mu menjadi begitu bermurah hati dan sampai melakukan hal itu untuk memotivasi karyawannya. Apakah semuanya tidak akan kerja keras untuk bonus seperti itu? Uang lebih jika kerja lebih!
"Ada pertanyaan?" tanya Mu Yuchen.
Semuanya menggeleng.
"Rapat selesai."
Mu Yuchen berdiri dan meninggalkan ruang rapat diikuti Li Si dan Ah Mo.
Yang lainnya pun keluar meninggalkan ruang rapat.
…
Kantor Xi Xiaye berada di lantai 51 dengan desain yang sederhana namun elegan serta lumayan luas. Di belakang meja kerjanya ada jendela besar, mengarah ke laut. Ruang kerjanya benar-benar nyaman untuk bekerja.
Tok-tok!
Seseorang mengetuk pintunya sesaat setelah Xi Xiaye duduk.
"Masuk!" Katanya sambil tetap fokus pada layar komputernya.
Pintu terbuka dan asistennya Xiao Mei masuk, membungkuk hormat. "Direktur Xi, Li Si asisten Direktur Utama Mu menelepon dan berkata bahwa beliau ingin bertemu di ruangannya."
Ruangan Direktur Utama?
Xi Xiaye terdiam sebelum akhirnya mengangkat kepalanya melihat Xiao Mei. Xiaye sedikit enggan, namun tetap mengangguk. "Baiklah."
"Saya permisi kembali bekerja."
Xiao Mei pun segera meninggalkan ruangan.
Xi Xiaye tiba-tiba merasa sakit kepala mengingat proyek pengembangan yang baru saja dilimpahkan padanya. Sulit baginya menangani proyek sebesar itu sendirian. Dia mungkin membutuhkan tim untuk melakukan analisis yang akurat. Dengan begitu mungkin dia bisa memberikan proposal yang baik dan memuaskan.
Sepertinya.. Pemikirannya ini harus dia sampaikan pada atasannya.
Dia berencana untuk menyampaikan rencananya ini pada Liu Lingyu, namun dia mengingat bahwa Mu Yuchen lah yang menunjuknya langsung dan bukan melalui Liu Lingyu, jadi mungkin dia harus menyampaikannya pada Yuchen.
Xi Xiaye pun berdiri dan meninggalkan ruangannya dengan membawa dokumen dari mejanya.
Ruang Direktur Utama terletak di lantai 58, lantai teratas di gedung itu.
Begitu sampai, dilihatnya Ah Mo keluar dari ruangan dengan tumpukan dokumen di tangannya. Disapanya dengan sopan saat melihat Xi Xiaye, "Direktur Xi!"
Xiaye mengangguk pelan dan tersenyum ramah. Ah Mo dimatanya sangat berkesan baik, dia telah menolongnya beberapa kali, seperti saat tangannya melepuh.
"Halo, Asisten Ah Mo!" Balasnya.
"Silahkan masuk duluan. Tapi akan sedikit menunggu karena Tuan sedang berbicara dengan Nyonya!" Ah Mo memberi isyarat menelepon.
"Mmm, ditunggu. Silakan lanjutkan pekerjaannya." Xi Xiaye tersenyum sambil melihat tumpukan dokumen yang dibawanya.
Ah Mo menepuk dokumennya itu dan berlalu Sambil tersenyum.
Xi Xiaye mengetuk pintu, tapi seolah terbuka sendiri. Tidak dikunci.
Didorongnya pintu dan melihat Mu Yuchen berdiri membelakanginya sambil menelepon.
Mu Yuchen berpaling saat didengarnya langkah kaki yang masuk. Dia mengangguk pada Xi Xiaye begitu dilihatnya sebelum akhirnya menunjuk meja kerjanya di dekat situ.
"Aku tahu, kau tak perlu khawatir. Kuharap hal serupa tidak terjadi lagi."
Mu Yuchen berbincang dengan Wang Hui dengan nada yang terdengar kurang sabar. Neneknya benar-benar sudah kelelahan mencarikan pasangan untuk cucunya. Pernah dia menjodohkannya dengan cucu dari seorang kawan lama. Di waktu yang lainnya, dengan puteri seorang pejabat kelas atas. Dia muak karena akhir-akhir ini tak berhenti menceramahi cucu kesayangannya itu.
"Chen, ini demi kebaikanmu. Kau bilang sibuk kerja, makanya sudah kucarikan wanita untukmu. Bisa kau lihat dan nikahilah mana yang kau suka. Bukannya hebat membidik dua burung dengan satu batu saja? Kau punya istri, kita punya cucu mantu. Pebisnis menyukai situasi saling menguntungkan dan inilah. Kakek dan aku begitu bosan setelah pensiun. Jika kau tidak mendapatkan apa yang bisa kami lakukan, kami akan terus mengganggumu," desak Wang Hui.
"Sudah kubilang, pergilah ke Perancis dengan kakek. Lingshi sedang berada di sana sekarang berlibur. Dia hanya akan kembali setelah beberapa waktu, jadi kalian bisa ditemaninya." Mu Yuchen menjawabnya dengan tak acuh di telepon.
Namun, Wang Hui mulai tidak sabar. Bagaimana bisa anak ini dibiarkannya menghindar setiap dia membahas mengenai pernikahan?
"Aku tidak peduli. Aku sudah ingin punya cucu mantu. Aku mau cicit yang hebat. Tunggu saja sampai tahun depan. Kau memang mirip dengan kakekmu. Kalian tidak akan mendengarkannya kalau aku tidak cukup keras!"
Nada Wang Hui naik, membuat Mu Yuchen mengernyit. "Nek…"
"Nanti aku ke perusahaan. Bicara denganmu nanti. Awas kau jika sekali lagi banyak alasan!"
Sebelum Mu Yuchen dapat membalasnya, Wang Hui sudah menutup telepon.
Suaranya cukup keras sehingga Xi Xiaye dapat mendengarnya saat membuka-buka dokumen dalam diam. Tak disangkanya Direktur Utama Mu seorang pemimpin Glory World Corporation ternyata menghadapi masalah juga di rumah.
Bahkan, Mu Yuchen dan dia juga telah bertemu di salah satu kencan buta menggelikan yang telah direncakan neneknya itu. Xi Xiaye tiba-tiba tersenyum memikirkan betapa lucunya saat itu.