Pada malam itu
.
.
.
.
.
.
.
Bintang-bintang berjatuhan
.
.
.
.
.
.
.
Badai mengacaukan kota-kota
.
.
.
.
.
.
.
Bulan purnama mengguncang lautan
.
.
.
.
.
.
.
Tak ada yang berada di luar kehangatan dan keamanan rumah mereka
.
.
.
.
.
.
.
Kecuali aku, mungkin
.
.
.
.
.
.
.
Hujan turun dengan sangat lebat, aku bahkan tidak bisa melihat kedepan, dan aku tak dapat menentukan arahku, mungkin aku memperburuknya dengan memakai masker bodoh in.
Aku harus dapat mencapai rumah guild itu, kalau tidak.... aku mungkin bisa terkena hipotermia atau lebih buruk lagi.
Akhirnya aku dapat masuk ke dalam rumah guild itu, di dalamnya tidak ada siapa-siapa kecuali wanita berambut perak itu.
"Ada yang bisa aku bantu tuan?" katanya, ia melihatku dengan rasa kasihan
"Ya, aku butuh teh hangat" kataku sambil duduk di salah satu bangku guild itu.
"Ini tuan" gadis itu memberiku teh hangat sesuai yang aku inginkan ia lalu duduk di depanku.
"Engkau dari mana tuan? anda kelihatannya bukan berasal dari daerah ini" tanya gadis itu
"Ya.... aku tinggal di kota Glidehint itu, kau tahu? kota yang melayang itu" jelasku
"Ah iya aku tahu kota itu tapi, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya
"Kau bertanya terlalu banyak nak" jawabku sambil meneguk teh itu.
Tiba-tiba petir menyambar jalan didepan rumah guild ini, gadis itu berteriak karena kaget.
"Tidak apa-apa, yang penting hal itu tidak akan mengubah hidupmu" kataku
"Benar juga sih.." katanya
"Ini" aku memberikannya 100 koin
"Bolehkah aku menginap disini?, tidak mungkin aku dapat pulang ke Glidehint dengan cuaca dan keadaan seperti ini" kataku
"Ya tak apa-apa" gadis itu mengambil koinnya
"Disebelah gudang itu ada kamar kosong, kau bisa beristirahat disana" katanya sambil menunjuk
"Ah.. terima kasih" aku pun meneguk habis teh itu lalu pergi ke kamar itu
"Ngomong-ngomong... tuan siapa?" tanya gadis itu
"Michiki, atau .... Black Death" jawabku sambil melepas maskerku